Guru, Agen Perubahan Bangsa

Rabu, 25 November 2015 - 22:01 WIB
Guru, Agen Perubahan Bangsa
Guru, Agen Perubahan Bangsa
A A A
HARI ini, bertepatan dengan Hari Guru, saya hendak mengajak seluruh anak bangsa untuk merefleksikan peran Guru sebagai salah satu Agen Perubahan (Agent of Change). Tidak ada kemajuan tanpa diawali gerakan perubahan. Gerakan perubahan tidak lepas dari keterlibatan guru dalam segala aspek.

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh mutu pendidikan. Pendidikanlah yang mengangkat harkat dan martabat, menyejajarkan kita dengan bangsa-bangsa lain. Pendidikanlah yang membuka mata kita satu sama lain tentang dunia yang sedang kita hadapi.

Karena itu, saya menyadari sepenuhnya, peningkatan tersebut tidak akan pernah melupakan keterlibatan dan peran penting para guru. Merekalah ujung tombak mutu dan kualitas kehidupan bangsa. Turut menentukan wajah Indonesia di hadapan negara-negara lain.

Tidak kalah penting, guru mewariskan teladan tentang bagaimana menjalani kehidupan yang baik. Teladan tentang kehidupan yang berkhidmat pada warisan leluhur. Teladan yang tidak sekedar diperoleh dari bangku sekolah, pendidikan formal, namun dari setiap interaksi kehidupan keseharian kita.

Teladan itulah yang pernah saya peroleh saat mengenyam pendidikan Sekolah Dasar 73 Tebet Jakarta Selata dan Sekolah Menengah 9 Jakarta pada dua orang sosok guru dan pendidik.

Bapak Ruhiyat tidak sekedar menempatkan dirinya sebagai sosok pengajar Bahasa Indonesia yang terkenal kalem dan penyabar. Hampir tak pernah ada amarah dari raut wajahnya, meski dikelilingi puluhan siswa dengan tabiat dan perilaku yang cenderung menyebalkan dan menjengkelkan.

Lain halnya dengan Ibu Sukati. Meski ia adalah seorang wanita, luapan amarah dan emosinya senantiasa menghiasi keseharian siswa SMA 9 kala itu. Boleh jadi sosok sebagai pengampu mata pelajaran Matematika Al-Jabar, juga turut mencirikan lazimnya guru Matematika yang terkenal "galak".

Namun, saya mengenang kedua sosok yang cenderung berlainan karakter tersebut memiliki ciri guru dan pendidik yang sesungguhnya. Mereka tidak sekedar mengajarkan apa yang tertera di atas kertas dan tercoret di papan tulis. Mereka mewariskan keteladan, bahwa kesabaran dan amarah yang ditujukkan pada saya mengandung nilai universal tentang bagaimana menghadapi hidup dengan sabar dan mendisiplinkan diri dengan baik.

Dari Bapak Ruhiyatlah saya meneladani kesabaran dalam menghadapi segala ujian kehidupan. Apalagi sebagai publik figur yang senantiasa tidak pernah sepi dari fitnah, isu maupun gosip.

Dari Ibu Sukatilah saya memperoleh teladan tentang bagaimana mendisiplinkan diri dalam meraih impian dan tujuan hidup. Hidup yang cenderung keras membutuhkan ketegasan dan kedisiplan, agar kita mampu menaklukkannya, demikian ungkap Ibu Sukati saat itu.

Saya berharap, tipikal guru seperti itulah yang mampu berperan penting dalam peningkatan mutu kehidupan bangsa dan negara. Mutu yang tidak sekedar dinilai dari peningkatan material, tapi juga spiritual.

Saya berterima kasih atas segala sumbangsing yang diberikan oleh para guru. Para guru dalam arti yang luas, baik itu tenaga pengajar formal, informal, pendidik dan mereka yang menjalankan aktivitas pengajaran dan pendidikan demi membangun kualitas kehidupan anak bangsa.

Begitu besar jasa kalian, hingga tak ternilai dengan apapun. Begitu besar pengorbanan kalian, hingga kita sulit menghitungnya. Itulah kalian, Pahlawan tanpa Tanda Jasa.

SETYA NOVANTO
Ketua DPR RI
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5062 seconds (0.1#10.140)