Politikus Perlu Gaet Suara Anak Muda Lewat Medsos, Begini Caranya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dosen dan Analis Komunikasi Politik dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Silvanus Alvin mengatakan bahwa para politikus harus bisa memanfaatkan media sosial (medsos) sebagai alat kampanye kepada anak muda. Di samping itu, gaya komunikasi atau konten yang disajikan juga harus mengikuti selera anak muda atau snackable.
"Jadi saya pernah menulis riset snackable konten. Maksudnya gini: kalau kita makan nasi atau bakmi kita paling cuma takeran tertentu doang, habis itu kenyang. Tapi kalau kita makan snack (makaroni) satu dua tahu-tahu sudah habis satu kantong atau popcorn, kita masih laper enggak? Masih. Nah konten itu harus seperti itu. Snackable konten," kata Alvin dalam disuksi #PodcastAksiNyata Partai Perindo, Senin (18/9/2023).
Alvin menjelaskan, dalam platform media sosial (medsos) seperti misalnya Instagram dan TikTok memiliki fitur reels yang durasinya tidak terlalu panjang. Hal ini bertujuan untuk menayangkan konten yang singkat, namun pesan yang disampaikan dapat dipahami.
Selain itu, kata Alvin, para politikus juga harus menyampaikan program kerja yang kerap disukai anak muda. Seperti misalnya, mengangkat tema lingkungan, pembangunan berkelanjutan, penegakan hukum, dan antikorupsi.
"Hal-hal seperti itu yang bisa menjadi pintu masuk politisi (kepada anak muda)," ucapnya.
Meski demikian, Alvin menerangkan, metode atau kampanye konvensional seperti baliho dan spanduk juga masih dibutuhkan para politisi. Hal itu lantaran populasi pemilih generasi X di Indonesia masih banyak.
"Harus hybrid. Karena kita masih ada generasinya. Misal generasi X dan cara lama seperti baliho spanduk efektif enggak? Masih. Misalnya juga di daerah yang agak timur misalnya. Di mana orang tidak semasif menggunakan TikTok atau Instagram. Boleh enggak? Boleh," ujarnya.
Lihat Juga: Debat Pilkada Kota Magelang, Paslon dari Partai Perindo Paparkan Keberhasilan saat Memimpin Kota Magelang
"Jadi saya pernah menulis riset snackable konten. Maksudnya gini: kalau kita makan nasi atau bakmi kita paling cuma takeran tertentu doang, habis itu kenyang. Tapi kalau kita makan snack (makaroni) satu dua tahu-tahu sudah habis satu kantong atau popcorn, kita masih laper enggak? Masih. Nah konten itu harus seperti itu. Snackable konten," kata Alvin dalam disuksi #PodcastAksiNyata Partai Perindo, Senin (18/9/2023).
Alvin menjelaskan, dalam platform media sosial (medsos) seperti misalnya Instagram dan TikTok memiliki fitur reels yang durasinya tidak terlalu panjang. Hal ini bertujuan untuk menayangkan konten yang singkat, namun pesan yang disampaikan dapat dipahami.
Selain itu, kata Alvin, para politikus juga harus menyampaikan program kerja yang kerap disukai anak muda. Seperti misalnya, mengangkat tema lingkungan, pembangunan berkelanjutan, penegakan hukum, dan antikorupsi.
"Hal-hal seperti itu yang bisa menjadi pintu masuk politisi (kepada anak muda)," ucapnya.
Meski demikian, Alvin menerangkan, metode atau kampanye konvensional seperti baliho dan spanduk juga masih dibutuhkan para politisi. Hal itu lantaran populasi pemilih generasi X di Indonesia masih banyak.
"Harus hybrid. Karena kita masih ada generasinya. Misal generasi X dan cara lama seperti baliho spanduk efektif enggak? Masih. Misalnya juga di daerah yang agak timur misalnya. Di mana orang tidak semasif menggunakan TikTok atau Instagram. Boleh enggak? Boleh," ujarnya.
Lihat Juga: Debat Pilkada Kota Magelang, Paslon dari Partai Perindo Paparkan Keberhasilan saat Memimpin Kota Magelang
(rca)