Selamatkan Arsip Kemaritiman dan Gender, ANRI dan Pelindo Kolaborasi Gelar Seminar
loading...
A
A
A
Pada kesempatan yang sama, Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum PT Pelindo Ihsanuddin Usman menyatakan, kolaborasi kegiatan seminar nasional yang sangat bermanfaat ini merupakan sebuah kebanggaan bagi Pelindo.
“Sejak diberlakukannya merger Pelindo pada 1 Oktober 2021 yang diresmikan Bapak Presiden di Labuan Bajo pada 14 Oktober 2021, Pelindo sudah tidak lagi terbagi menjadi empat, melainkan menjadi satu kesatuan," ucapnya.
Dalam konteks itu pula, kata dia, maka Pelindo melihat hubungan kerja sama dengan ANRI menjadi sangat siginifikan. Seperti yang disampaikan Kepala ANRI, ada darurat kearsipan, hal tersebut kami alami. Bagaimana kami mengalami kesulitan ketika terdapat hal-hal yang harus kami telusuri, terutama kami sebelumnya merupakan empat perusahaan yang memiliki pengelolaan arsip berbeda-beda,” terang Ihsanuddin Usman.
Pada seminar kearsipan tersebut dilaksanakan diskusi panel. Sesi pertama menghadirkan Pengamat Bidang Militer, Pertahanan dan Keamanan Connie R Bakrie; dan Deputi Bidang Konservasi Arsip ANRI Kandar. Sedangkan Ketua Dewan Pakar Memori Kolektif Bangsa, Mukhlis PaEni turut serta sebagai pembahas dan Kepala Museum Bahari, Tinia Budiati sebagai moderator.
Connie menyatakan, ketika Presiden Jokowi menyatakan bahwa negara Indonesia merupakan poros maritim dunia 2014 lalu, seharusnya semua pihak bisa berproses cepat. “Bagaimana kita menempatkan negara itu pada posisi tertinggi sesuai dengan kehormatannya. Artinya, jika kita memang negara yang ada di dua samudera, diapit oleh dua benua, itulah kehormatan kita,” terang Analis Pertahanan, Militer dan Intelijen ini.
“Jadi, supremasi negara itu adalah bagaimana negara mampu menempatkan pada tempat kita yang sesungguhnya dan Kalinyamat paham hal itu,” tambahnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Konservasi Arsip ANRI, Kandar menyatakan bahwa khazanah arsip tentang kemaritiman yang tersimpan di ANRI tidak saja sebagai bahan bukti penyelenggaraan kehidupan berbangsa yang tercipta pada masa lampau, tetapi memiliki makna lintas waktu, lintas peristiwa, dan lintas geografi.
“Masalah kemaritiman yang bisa di-highlight ialah mengenai politik-pemerintahan, pertahanan-keamanan, ekonomi-pembangunan, dan sosial,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa arsip kemaritiman dari kementerian/lembaga sangat diharapkan untuk segera diserahkan agar dimilikinya database arsip kemaritiman.
Lebih lanjut Ketua Dewan Pakar MKB dan Komite MoW, Mukhlis PaEni mengungkapkan bahwa Indonesia sudah kehilangan budaya maritim, yang tersisa adalah tradisi pesisir.
“Sejak diberlakukannya merger Pelindo pada 1 Oktober 2021 yang diresmikan Bapak Presiden di Labuan Bajo pada 14 Oktober 2021, Pelindo sudah tidak lagi terbagi menjadi empat, melainkan menjadi satu kesatuan," ucapnya.
Dalam konteks itu pula, kata dia, maka Pelindo melihat hubungan kerja sama dengan ANRI menjadi sangat siginifikan. Seperti yang disampaikan Kepala ANRI, ada darurat kearsipan, hal tersebut kami alami. Bagaimana kami mengalami kesulitan ketika terdapat hal-hal yang harus kami telusuri, terutama kami sebelumnya merupakan empat perusahaan yang memiliki pengelolaan arsip berbeda-beda,” terang Ihsanuddin Usman.
Pada seminar kearsipan tersebut dilaksanakan diskusi panel. Sesi pertama menghadirkan Pengamat Bidang Militer, Pertahanan dan Keamanan Connie R Bakrie; dan Deputi Bidang Konservasi Arsip ANRI Kandar. Sedangkan Ketua Dewan Pakar Memori Kolektif Bangsa, Mukhlis PaEni turut serta sebagai pembahas dan Kepala Museum Bahari, Tinia Budiati sebagai moderator.
Connie menyatakan, ketika Presiden Jokowi menyatakan bahwa negara Indonesia merupakan poros maritim dunia 2014 lalu, seharusnya semua pihak bisa berproses cepat. “Bagaimana kita menempatkan negara itu pada posisi tertinggi sesuai dengan kehormatannya. Artinya, jika kita memang negara yang ada di dua samudera, diapit oleh dua benua, itulah kehormatan kita,” terang Analis Pertahanan, Militer dan Intelijen ini.
“Jadi, supremasi negara itu adalah bagaimana negara mampu menempatkan pada tempat kita yang sesungguhnya dan Kalinyamat paham hal itu,” tambahnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Konservasi Arsip ANRI, Kandar menyatakan bahwa khazanah arsip tentang kemaritiman yang tersimpan di ANRI tidak saja sebagai bahan bukti penyelenggaraan kehidupan berbangsa yang tercipta pada masa lampau, tetapi memiliki makna lintas waktu, lintas peristiwa, dan lintas geografi.
“Masalah kemaritiman yang bisa di-highlight ialah mengenai politik-pemerintahan, pertahanan-keamanan, ekonomi-pembangunan, dan sosial,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa arsip kemaritiman dari kementerian/lembaga sangat diharapkan untuk segera diserahkan agar dimilikinya database arsip kemaritiman.
Lebih lanjut Ketua Dewan Pakar MKB dan Komite MoW, Mukhlis PaEni mengungkapkan bahwa Indonesia sudah kehilangan budaya maritim, yang tersisa adalah tradisi pesisir.