Katanya Bukan Marah, Jokowi: Cuma Minta Menteri Kerja Keras Atasi Corona
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa diperkirakan puncak Corona (Covid-19) akan terjadi di bulan Agustus hingga September. Menurutnya prediksi ini bisa berubah jika tidak ditangani dengan baik.
"Kalau melihat angka-angka memang perkiraan puncaknya Agustus-September. Perkiraan terakhir yang saya terima. Tapi kalau kita tidak melakukan sesuatu ini bisa angkanya bisa berbeda," kata Jokowi saat berbincang dengan media di Istana Merdeka, Senin (13/7/2020).
(Baca juga: Soroti Kinerja Menteri, Jokowi: Tak Ada Progres Signifikan)
Berkaitan dengan itu, dia meminta jajaran menterinya bekerja keras. Dia pun membantah jika hal tersebut dianggap marah-marah.
"Oleh sebab itu saya minta para menteri untuk bekerja keras. Tapi kalau mintanya dengan nada yang berbeda yang untuk memotivasi para menteri untuk bekerja lebih keras lagi, bukan marah, memotivasi agar lebih keras lagi bekerjanya," ungkapnya.
(Baca juga: Bertambah 1.282 Kasus, Total 76.981 Orang Positif Covid-19)
Seperti diketahui Presiden Jokowi menyoroti kinerja para menterinya yang dinilai belum maksimal dalam menangani pandemi Covid-19. Dia mengatakan, hal ini terlihat dari belanja-belanja di kementerian yang masih biasa-biasa saja.
"Saya lihat laporan masih biasa-biasa saja. Segera keluarkan belanja itu secepat-cepatnya. Karena uang beredar akan semakin banyak, konsumsi masyarakat nanti akan naik. Jadi belanja-belanja-belanja kementerian tolong dipercepat," ujarnya dalam video pembukaan sidang kabinet paripurna tanggal 18 Juni yang diunggah Biro Pers Setpres, Minggu (28/6/2020).
Jokowi menyoroti penyerapan anggaran di bidang kesehatan yang masih jauh dari harapan. Dimana dari total anggaran Rp75 triliun baru 1,53%. "Misalnya saya beri contoh, bidang kesehatan itu dianggarkan Rp75 triliun. Rp75 triliun baru keluar 1,53% coba," tandasnya.
(Baca juga: Kemlu: 1.175 WNI di Luar Negeri Positif Corona, 772 Sembuh, 90 Meninggal)
Kemudian dia juga menilai, penyaluran bantuan sosial (bansos) masih dalam kategori lumayan. Dimana penyaluran belum mencapai 100%. "Bansos yang ditunggu masyarakat segera keluarkan. Kalau ada masalah lakukan tindakan-tindakan lapangan. Meskipun sudah lumayan, tapi baru lumayan. Ini extraordinary. Harusnya 100%," paparnya.
Lalu Jokowi minta agar stimulus ekonomi segera direalisasikan. Jangan sampai hanya karena aturan membuat semua terhambat. "Jangan sudah PHK gedhe-gedhean, duit serupiah pun belum masuk ke stimulus ekonomi kita. Hanya gara-gara urusan peraturan, urusan peraturan. Ini extraordinary," tuturnya.
Pada kesempatan itu mantan Gubernur DKI Jakarta menilai, tidak ada progres signifikan dalam penanganan Covid-19. "Saya harus ngomong apa adanya enggak ada progres yang signifikan. Enggak ada," pungkasnya.
Lihat Juga: Daftar Komandan Paspampres Sukses Raih Jenderal Bintang 4, Tiga di Antaranya Perisai Hidup Jokowi
"Kalau melihat angka-angka memang perkiraan puncaknya Agustus-September. Perkiraan terakhir yang saya terima. Tapi kalau kita tidak melakukan sesuatu ini bisa angkanya bisa berbeda," kata Jokowi saat berbincang dengan media di Istana Merdeka, Senin (13/7/2020).
(Baca juga: Soroti Kinerja Menteri, Jokowi: Tak Ada Progres Signifikan)
Berkaitan dengan itu, dia meminta jajaran menterinya bekerja keras. Dia pun membantah jika hal tersebut dianggap marah-marah.
"Oleh sebab itu saya minta para menteri untuk bekerja keras. Tapi kalau mintanya dengan nada yang berbeda yang untuk memotivasi para menteri untuk bekerja lebih keras lagi, bukan marah, memotivasi agar lebih keras lagi bekerjanya," ungkapnya.
(Baca juga: Bertambah 1.282 Kasus, Total 76.981 Orang Positif Covid-19)
Seperti diketahui Presiden Jokowi menyoroti kinerja para menterinya yang dinilai belum maksimal dalam menangani pandemi Covid-19. Dia mengatakan, hal ini terlihat dari belanja-belanja di kementerian yang masih biasa-biasa saja.
"Saya lihat laporan masih biasa-biasa saja. Segera keluarkan belanja itu secepat-cepatnya. Karena uang beredar akan semakin banyak, konsumsi masyarakat nanti akan naik. Jadi belanja-belanja-belanja kementerian tolong dipercepat," ujarnya dalam video pembukaan sidang kabinet paripurna tanggal 18 Juni yang diunggah Biro Pers Setpres, Minggu (28/6/2020).
Jokowi menyoroti penyerapan anggaran di bidang kesehatan yang masih jauh dari harapan. Dimana dari total anggaran Rp75 triliun baru 1,53%. "Misalnya saya beri contoh, bidang kesehatan itu dianggarkan Rp75 triliun. Rp75 triliun baru keluar 1,53% coba," tandasnya.
(Baca juga: Kemlu: 1.175 WNI di Luar Negeri Positif Corona, 772 Sembuh, 90 Meninggal)
Kemudian dia juga menilai, penyaluran bantuan sosial (bansos) masih dalam kategori lumayan. Dimana penyaluran belum mencapai 100%. "Bansos yang ditunggu masyarakat segera keluarkan. Kalau ada masalah lakukan tindakan-tindakan lapangan. Meskipun sudah lumayan, tapi baru lumayan. Ini extraordinary. Harusnya 100%," paparnya.
Lalu Jokowi minta agar stimulus ekonomi segera direalisasikan. Jangan sampai hanya karena aturan membuat semua terhambat. "Jangan sudah PHK gedhe-gedhean, duit serupiah pun belum masuk ke stimulus ekonomi kita. Hanya gara-gara urusan peraturan, urusan peraturan. Ini extraordinary," tuturnya.
Pada kesempatan itu mantan Gubernur DKI Jakarta menilai, tidak ada progres signifikan dalam penanganan Covid-19. "Saya harus ngomong apa adanya enggak ada progres yang signifikan. Enggak ada," pungkasnya.
Lihat Juga: Daftar Komandan Paspampres Sukses Raih Jenderal Bintang 4, Tiga di Antaranya Perisai Hidup Jokowi
(maf)