Paspor Sebagai Simbol Kedigdayaan Negara dan Citra Suatu Bangsa

Senin, 13 Juli 2020 - 12:10 WIB
loading...
Paspor Sebagai Simbol...
Foto/dok
A A A
JAKARTA - Paspor Indonesia memang tidak terlalu menarik. Itu terbukti kalau kekuatan paspor Indonesia hanya pada peringkat ke-5 di antara 10 negara anggota Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).

Ranking yang dirilis Henley bersifat dinamis dan bisa berubah per bulan. Namun, Henley lebih sering dijadikan acuan para pemangku kepentingan karena didasarkan pada data eksklusif dari Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) yang memiliki database informasi traveling terbesar dan terakurat di dunia.

Pengamat hubungan internasional, Guspiabri Sumowigeno dari Par Indonesia Strategic Research, menyimpulkan indeks ini menunjukkan Indonesia kurang dikenal dan dipercaya negara-negara luar. Begitu pun sebaliknya, Indonesia tidak ingin memberikan bebas visa pada negara yang belum stabil. (Baca: Korut Kecam Sanksi Inggris Terkait Kamp Penjara dan Kerja Paksa)

Dalam pandangan Guspiabri, penyebab utama kalahnya Indonesia dari Singapura dan Malaysia dalam peringkat paspor Arton ialah akibat sistem pencatatan kependudukan masih kurang kredibel. Di Indonesia, kasus pemalsuan dokumen masih marak sehingga banyak negara besar kurang percaya. “Negara luar juga ingin mengantisipasi hal yang tidak diinginkan,” ujar Guspiabri.

“Kita dikenal sebagai negara yang memiliki kelompok teroris sehingga negara asing takut ada beritikad tidak baik. Selain itu, sejauh mana orang Indonesia akan memberikan keuntungan, pasti masuk ke dalam pertimbangan,” katanya.

Sementara itu, sebelum mayoritas negara di dunia memberlakukan lockdown, Jepang telah menjadi negara paling bebas bergerak di muka bumi. Jepang berhasil menggeser Uni Emirate Arab (UEA) dan Singapura dari posisi puncak pada 2020 versi Henley Passport Index.

Capaian itu tidak terlepas dari keberhasilan Jepang meningkatkan akses visa-free dan visa-on-arrival menuju 191 negara, unggul 1 negara daripada Singapura. Ranking tersebut mengurutkan paspor berdasarkan jumlah negara yang bisa dikunjungi tanpa memerlukan visa. Di belakang Jepang dan Singapura, terdapat Korea Selatan dan Jerman dengan visa-free mencapai 189 negara. (Baca juga: Anies: 66% Orang Tanpa Gejala Covid-19 Ada di Sekitar Kita)

Ranking tersebut tidak terdampak oleh lockdown di berbagai negara di dunia. Henley menyatakan ini merupakan saat tepat untuk melihat seberapa berartinya kebebasan bergerak seseorang. Pada pekan lalu, Uni Eropa (UE) membuka pintu perbatasan terhadal 14 negara sejak 1 Juli. Salah satu negara yang diperbolehkan UE memasuki kawasan Benua Biru ialah Jepang dan Korea Selatan.

“Sebagai langkah mencegah penularan, UE masih menutup diri terhadap AS dan Brasil menyusul buruknya penanganan wabah,” ujar Henley dikutip CNN. Secara resmi, AS berada diurutan ketujuh. Tapi, secara tidak resmi, kebebasan bergerak warga AS sama seperti warga Meksiko (ke-25) atau Uruguay (ke-28).

Begitu pun dengan Brasil (ke-19) yang kenyataannya sama dengan Paraguay (ke-35). Hal serupa juga sebenarnya dialami Singapura berada diurutan runner up. Kebebasan bergerak warganya sangat terbatas dibandingkan dengan negara teratas lainnya, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Jerman. (Lihat videonya: Penjaga Masjid Lakukan Aksi Heroik Selamatkan Kota Amal)

Kepala Henley, Christian H. Kaelin, mengatakan dampak wabah virus korona sangat besar, terutama terhadap pergerakan orang di seluruh dunia. “Namun, pembukaan perbatasan yang dilakukan UE menunjukkan normalisasi sudah semakin dekat,” katanya. (Muh Shamil)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1390 seconds (0.1#10.140)