Ichwan Sam Sang Administrator dan Mentor Organisasi Ulung

Senin, 26 Desember 2022 - 09:37 WIB
loading...
A A A
Hampir seluruh hidupnya didedikasikan untuk perjuangan lewat organisasi. Bahkan, saya menjadi saksi hidup, saat Mas Ichwan sakit stroke, sejak 2014, beliau masih memikirkan MUI. Saat kondisi membaik, selalu meminta untuk ngantor ke MUI. Dan meski kondisi fisik lemah, beberapa kali juga diantar ke kantor.

Dalam perjalanan roda organisasi MUI, tiga orang yang menjadi motor penggerak roda organisasi untuk beberapa periode; Kiai Ma'ruf Amin, Pak Amidhan dan Mas Ichwan. Kiai Ma'ruf berperan pada ide dan gagasan keagamaan serta proses taqninnya. Pak Amidhan berperan membangun jejaring pemerintahan, dan Mas Ichwan memback up aspek administrasi dan loby dengan jejaringnya. Saya belajar dan berhutang pada ketiganya.

Bekerja Dalam Sunyi
Sebagai aktivis tulen organisasi, Mas Ichwan lebih memilih bekerja dalam diam. Berkarya dalam sunyi namun meninggalkan legacy yang nyata dalam tatanan penguatan organisasi, termasuk LPPOM, dan DSN MU. Produk organisasi diarsipkan dan ditata serta didokumentasikan dengan sangat baik. Tidak larut dalam hingar bingar panggung publik. Sehingga, meski peran organisasinya luar biasa, namun namanya di publik tidak setenar aktivis organisasi yang lain, semisal Mas Din dan sejenisnya.

Mas Ichwan sering mendistribusi tugas kepada para yunior, dari berbagai generasi. Buya Anwar Abbas, Mas Zainut Tauhid, Pak Amirsyah, Mas Rofiqul Umam, Pak Hasanudin, merupakan beberapa nama yang tumbuh di MUI dengan ruang kekaderan dari beliau. Beliau tekun, istiqamah, dan pekerja keras di balik meja. Maklum, beliau wartawan senior. Biasa menulis tentang orang, bukan tentang dirinya.

Saya sering medapatkan mandat untuk menghadapi wartawan, ketika ada isu-isu aktual keagamaan yang ditanyakan, mewakili MUI, meski dari sisi usia masih sangat belia. Tidak jarang, isu-isu "berat" juga diamanahkan ke saya. Mas Ichwan mendelegasikan kewenangan kepada banyak orang, sesuai kompetensinya.

Merawat Kader, Menjaga Harmoni
Setidaknya, ada dua pelajaran penting yang saya peroleh dari Mas Ichwan dalam berorganisasi, khususnya saat berkhidmah di NU dan MUI; yaitu komitmen untuk merawat kader dan menjaga harmoni serta menghindarkan diri dari konfrontasi dan konflik.

Selalu ada sisi positif yang dilihat dalam berbagai dinamika organisasi. Ketika ada pengurus tidak aktif, dan ada yang protes akan ketidakaktifannya, beliau menasihatkan "lho, kalau tidak aktif justru memberi kesempatan sampeyan untuk lebih optimal berhidmah". Sebaliknya, kalau ada pengurus aktif, atau bahkan "terlalu aktif" sampai mengerjakan hal-hal yang bukan bidangnya, beliau bilang "ya malah bagus, punya semangat sehingga meringankan tugas yang lain".

Dalam distribusi tugas, beliau konsisten dengan asas representasi, dengan terus menjaga komunikasi dengan berbagai latar belakang ormas Islam yang berbeda.

Ketika penyusunan pengurus MUI, Mas Ichwan selalu menekankan dua hal; yaitu aspek kompetensi dan aspek keterwakilan atau representasi. Hal ini untuk menjaga kebersamaan dan harmoni, namun harus tetap dalam koridor profesionalitas dan keahlian sesuai bidang tugasnya.

Selamat jalan Mas Ichwan, amal jariyahmu akan mengalirkan pahala, menerangi alam kuburmu; menjadi pemberat timbangan kebaikanmu, dan mengantarmu dalam indahnya surga, jannatunnaim.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1481 seconds (0.1#10.140)