Jelang Perayaan Natal, Ketua PBNU Ajak Masyarakat Jaga Kondusivitas
loading...
A
A
A
“Sebenarnya Presiden menginginkan agar semua tokoh-tokoh agama ini mampu terus menyebarkan toleransi, sehingga tidak ada radikalisme. Presiden menginginkan agar agama mengajarkan persatuan dan kebinekaan, karena agama sejatinya mengajarkan persatuan,” ujarnya.
Mengenai penerapan moderasi beragama di masyarakat, Gus Fahrur menuturkan memang sudah menjadi tugas dari para tokoh agama untuk menyampaikan pesan agama secara utuh dan mengimbau masyarakat supaya mampu memilih sumber atau guru dengan benar, termasuk memiliki filter yang kuat di era derasnya alur informasi seperti sekarang.
“Harus ada upaya terus menerus menjalankan moderasi beragama dari parah tokoh agama, kita jangan menyampaikannya secara sepotong-sepotong dan masyarakat harus memilih guru dengan benar. Makanya kita berharap masyarakat mengambil sumber informasi dari yang benar, apalagi di masa sekarang banyaknya informasi, sehingga masyarakat harus memiliki filter,” ungkapnya.
Sejauh ini, radikalisme masih ada lantaran memang masih terdapat sebuah pemahaman yang tidak lengkap dan hanya tersampaikan sepotong-sepotong saja. “Radikalisme itu lahir dari adanya pemahaman yang salah dari agama, pemahaman yang tidak lengkap dan disampaikan secara sepotong-potong, padahal agama sendiri mengajarkan hal yang lurus, mempermudah, kabar gembira dan di tengah atau moderat. Ini semua akan selalu ada, dan kita semua harus saling menguatkan,” ucapnya.
Gus Fahrur menegaskan tindakan radikalisme dan terorisme bukanlah ajaran agama, namun berasal dari sebuah ajaran yang terdistorsi. Makanya, semua tokoh agama harus memberikan ajaran yang luas dan mampu menghormati orang lain, berbuat baik dan mencintai sesama. Adanya aliran-aliran sempalan ini harus kita cegah.
Menyambut perayaan Natal umat Nasrani di Indonesia, Ketua PBNU ini mengajak seluruh masyarakat untuk terus menjaga moderasi beragama, kondusivitas serta menjaga keamanan negara.
“Kita ingin mengajak semuanya untuk terus menjaga moderasi beragama, situasi kondusif dan negara yang aman. Kalau negara tidak aman bagaimana kita bisa tenang beribadah, sehingga memang tidak boleh ada perang, kebencian dan fanatisme yang berlebihan. Kita bisa hidup sama-sama dengan saling meyakini apa yang diyakini masing-masing. Agama harus menjadi titik temu, rahmat dan kasih sayang. Kita semua harus bangga menjadi bangsa Indonesia yang rukun dan toleran,” tutupnya.
Mengenai penerapan moderasi beragama di masyarakat, Gus Fahrur menuturkan memang sudah menjadi tugas dari para tokoh agama untuk menyampaikan pesan agama secara utuh dan mengimbau masyarakat supaya mampu memilih sumber atau guru dengan benar, termasuk memiliki filter yang kuat di era derasnya alur informasi seperti sekarang.
“Harus ada upaya terus menerus menjalankan moderasi beragama dari parah tokoh agama, kita jangan menyampaikannya secara sepotong-sepotong dan masyarakat harus memilih guru dengan benar. Makanya kita berharap masyarakat mengambil sumber informasi dari yang benar, apalagi di masa sekarang banyaknya informasi, sehingga masyarakat harus memiliki filter,” ungkapnya.
Sejauh ini, radikalisme masih ada lantaran memang masih terdapat sebuah pemahaman yang tidak lengkap dan hanya tersampaikan sepotong-sepotong saja. “Radikalisme itu lahir dari adanya pemahaman yang salah dari agama, pemahaman yang tidak lengkap dan disampaikan secara sepotong-potong, padahal agama sendiri mengajarkan hal yang lurus, mempermudah, kabar gembira dan di tengah atau moderat. Ini semua akan selalu ada, dan kita semua harus saling menguatkan,” ucapnya.
Gus Fahrur menegaskan tindakan radikalisme dan terorisme bukanlah ajaran agama, namun berasal dari sebuah ajaran yang terdistorsi. Makanya, semua tokoh agama harus memberikan ajaran yang luas dan mampu menghormati orang lain, berbuat baik dan mencintai sesama. Adanya aliran-aliran sempalan ini harus kita cegah.
Menyambut perayaan Natal umat Nasrani di Indonesia, Ketua PBNU ini mengajak seluruh masyarakat untuk terus menjaga moderasi beragama, kondusivitas serta menjaga keamanan negara.
“Kita ingin mengajak semuanya untuk terus menjaga moderasi beragama, situasi kondusif dan negara yang aman. Kalau negara tidak aman bagaimana kita bisa tenang beribadah, sehingga memang tidak boleh ada perang, kebencian dan fanatisme yang berlebihan. Kita bisa hidup sama-sama dengan saling meyakini apa yang diyakini masing-masing. Agama harus menjadi titik temu, rahmat dan kasih sayang. Kita semua harus bangga menjadi bangsa Indonesia yang rukun dan toleran,” tutupnya.
(cip)