Bukti Kesiapan Qatar di Piala Dunia 2022
loading...
A
A
A
Pada 20 November 2002, perhatian para pencinta sepak bola tertuju ke Qatar . Negara monarki ini menorehkan sejarah dengan menjadi tuan rumah Piala Dunia edisi ke-22.
Penyelenggaraan Piala Dunia di Qatar juga merupakan kali pertama ajang pesta olahraga terbesar kedua setelah olimpiade itu digelar di Timur Tengah dan kedua di Asia.
Ada sejumlah catatan menarik dari ajang pesta sepak bola paling bergengsi ini. Selain gelontoran dana jumbo miliaran dolar yang dikeluarkan panitia, untuk pertama kalinya pula Piala Dunia kali ini digelar pada musim dingin. Hal ini karena pertimbangan kondisi alam di Qatar yang apabila digelar pada musim panas, suhunya sangat ekstrem, bisa mencapai 40-46 derajat Celsius.
Sejak dinyatakan terpilih menjadi tuan rumah piala dunia 2022 pada 12 tahun silam, banyak pihak meragukan kesiapan Qatar. Munculnya nama Qatar juga boleh dibilang kejutan karena negara berpenduduk 2,93 juta itu berhasil mengalahkan Amerika Serikat (AS) pada voting terakhir. Qatar juga menyingkirkan beberapa negara lain di babak awal pemilihan, yakni Jepang, Korea Selatan, dan Australia.
Namun, nyatanya Qatar bisa menjawab keraguan tersebut. Untuk urusan penyelenggaraaneventolahraga bergensi bertaraf internasional, Qatar telah membuktikan mampu menggelareventbertaraf internasional dengan baik. Dalam beberapa tahun terakhir, negara yang dipimpin Emir Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani itu telah menjadi langganan penyelenggaraan MotoGP dan Formula 1.
Keduaeventitu, meski bukan satu-satunya modal utama, jelas menunjukkan kesiapan Qatar sebagai yang terdepan untuk menjadi penyelenggara Piala Dunia. Komitmen mereka menjadi tuan rumah yang sukses sudah dilakukan dan dibuktikan dengan dibangunnya sejumlah stadion sepak bola yang monumental.
Dana yang dikeluarkan oleh negara monarki itu pun tidak sedikit. Tercatat, negara kaya sumber daya minyak dan gas itu mengeluarkan anggaran sekitar USD220 miliar atau sekitar Rp3.550 triliun, termahal dalam sejarah penyelenggaraan Piala Dunia. Gelontoran uang sebanyak itu digunakan selain untuk membangun tujuh stadion baru dengan teknologi terkini, dan renovasi satu stadion yang sudah ada, serta pembangunan fasilitas pendukung lain, seperti hotel.
Pada Piala Dunia 2022, Qatar menyiapkan delapan stadion yakni Stadion Lusail, Stadion 974, Stadion Education City, Stadion Internasional Khalifa, Stadion Al Thumama, Stadion Al Janoub, Stadion Al Bayt, dan Stadion Ahmad bin Ali. Kedelapan stadion itu untuk menggelar 64 pertandingan sejak fase grup hingga laga puncak final pada 18 Desember mendatang.
Untuk menyiapkan delapanvenuesepak bola itu, Pemerintah Qatar merogoh kocek sekitar Rp154,7 triliun. Adapun pengeluaran lainnya antara lain untuk anggaran pengamanan sebesar Rp15,4 triliun. Angaran keamanan ini cukup fantastis karena panitia harus memberikan jaminan keamanan kepada para pemain bintang dari 32 tim yang berlaga.
Ini cukup masuk akal karena dari sisi nilai pemain, banyak dari mereka yang berpartisipasi berstatus sebagai bintang yang memiliki nilai kontrak luar biasa besar. Sebut saja penyerang Prancis Kylian Mbappe yang punya nilai pasar 160 juta euro. Kemudian, ada pula bintang Real Madrid yang membela Brasil, Vinicius Junior, yang nilai pasarnya 120 juta euro, tertinggi di antara para pemain brasil lainnya.
Di luar anggaran pengamanan tersebut, alokasi belanja Pemerintah Qatar pada ajang piala dunia ini digunakan membangun infrastruktur pendukung, seperti jaringan transportasi umum metro atau kereta bawah tanah di Doha dan sekitarnya. Lalu, ada juga bandara baru yang dibangun, jalan raya, serta lebih dari 100 hotel, dan jaringan telekomunikasi. Beberapa sumber berita menyebutkan, untuk fasilitas pendukung itu, investasi yang dikeluarkan Rp557 triliun.
Melihat nilai investasi yang dikeluarkan Qatar, sungguh bukan komitmen ‘kaleng-kaleng’ dalam menyambut hajatan besar itu. Namun, tentu saja otoritas di negara itu sudah menghitung cermat bagaimana dana sebesar itu bisa ‘balik modal’. Dalam arti, apa yang dikeluarkan selama 12 tahun sejak ditunjuk menjadi tuan rumah, merupakan investasi yang dimaksudkan untuk jangka panjang.
Apa yang dilakukan Qatar bisa menjadi gambaran bagaimana keseriusan pemerintah mereka dalam upaya meningkatkan citra bangsa di masa mendatang. Jika ada keuntungan material dari ajang tersebut, tentu itu adalah bonus kerja keras mereka selaku penyelenggara.
Penyelenggaraan Piala Dunia di Qatar juga merupakan kali pertama ajang pesta olahraga terbesar kedua setelah olimpiade itu digelar di Timur Tengah dan kedua di Asia.
Ada sejumlah catatan menarik dari ajang pesta sepak bola paling bergengsi ini. Selain gelontoran dana jumbo miliaran dolar yang dikeluarkan panitia, untuk pertama kalinya pula Piala Dunia kali ini digelar pada musim dingin. Hal ini karena pertimbangan kondisi alam di Qatar yang apabila digelar pada musim panas, suhunya sangat ekstrem, bisa mencapai 40-46 derajat Celsius.
Sejak dinyatakan terpilih menjadi tuan rumah piala dunia 2022 pada 12 tahun silam, banyak pihak meragukan kesiapan Qatar. Munculnya nama Qatar juga boleh dibilang kejutan karena negara berpenduduk 2,93 juta itu berhasil mengalahkan Amerika Serikat (AS) pada voting terakhir. Qatar juga menyingkirkan beberapa negara lain di babak awal pemilihan, yakni Jepang, Korea Selatan, dan Australia.
Namun, nyatanya Qatar bisa menjawab keraguan tersebut. Untuk urusan penyelenggaraaneventolahraga bergensi bertaraf internasional, Qatar telah membuktikan mampu menggelareventbertaraf internasional dengan baik. Dalam beberapa tahun terakhir, negara yang dipimpin Emir Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani itu telah menjadi langganan penyelenggaraan MotoGP dan Formula 1.
Keduaeventitu, meski bukan satu-satunya modal utama, jelas menunjukkan kesiapan Qatar sebagai yang terdepan untuk menjadi penyelenggara Piala Dunia. Komitmen mereka menjadi tuan rumah yang sukses sudah dilakukan dan dibuktikan dengan dibangunnya sejumlah stadion sepak bola yang monumental.
Dana yang dikeluarkan oleh negara monarki itu pun tidak sedikit. Tercatat, negara kaya sumber daya minyak dan gas itu mengeluarkan anggaran sekitar USD220 miliar atau sekitar Rp3.550 triliun, termahal dalam sejarah penyelenggaraan Piala Dunia. Gelontoran uang sebanyak itu digunakan selain untuk membangun tujuh stadion baru dengan teknologi terkini, dan renovasi satu stadion yang sudah ada, serta pembangunan fasilitas pendukung lain, seperti hotel.
Pada Piala Dunia 2022, Qatar menyiapkan delapan stadion yakni Stadion Lusail, Stadion 974, Stadion Education City, Stadion Internasional Khalifa, Stadion Al Thumama, Stadion Al Janoub, Stadion Al Bayt, dan Stadion Ahmad bin Ali. Kedelapan stadion itu untuk menggelar 64 pertandingan sejak fase grup hingga laga puncak final pada 18 Desember mendatang.
Untuk menyiapkan delapanvenuesepak bola itu, Pemerintah Qatar merogoh kocek sekitar Rp154,7 triliun. Adapun pengeluaran lainnya antara lain untuk anggaran pengamanan sebesar Rp15,4 triliun. Angaran keamanan ini cukup fantastis karena panitia harus memberikan jaminan keamanan kepada para pemain bintang dari 32 tim yang berlaga.
Ini cukup masuk akal karena dari sisi nilai pemain, banyak dari mereka yang berpartisipasi berstatus sebagai bintang yang memiliki nilai kontrak luar biasa besar. Sebut saja penyerang Prancis Kylian Mbappe yang punya nilai pasar 160 juta euro. Kemudian, ada pula bintang Real Madrid yang membela Brasil, Vinicius Junior, yang nilai pasarnya 120 juta euro, tertinggi di antara para pemain brasil lainnya.
Di luar anggaran pengamanan tersebut, alokasi belanja Pemerintah Qatar pada ajang piala dunia ini digunakan membangun infrastruktur pendukung, seperti jaringan transportasi umum metro atau kereta bawah tanah di Doha dan sekitarnya. Lalu, ada juga bandara baru yang dibangun, jalan raya, serta lebih dari 100 hotel, dan jaringan telekomunikasi. Beberapa sumber berita menyebutkan, untuk fasilitas pendukung itu, investasi yang dikeluarkan Rp557 triliun.
Melihat nilai investasi yang dikeluarkan Qatar, sungguh bukan komitmen ‘kaleng-kaleng’ dalam menyambut hajatan besar itu. Namun, tentu saja otoritas di negara itu sudah menghitung cermat bagaimana dana sebesar itu bisa ‘balik modal’. Dalam arti, apa yang dikeluarkan selama 12 tahun sejak ditunjuk menjadi tuan rumah, merupakan investasi yang dimaksudkan untuk jangka panjang.
Apa yang dilakukan Qatar bisa menjadi gambaran bagaimana keseriusan pemerintah mereka dalam upaya meningkatkan citra bangsa di masa mendatang. Jika ada keuntungan material dari ajang tersebut, tentu itu adalah bonus kerja keras mereka selaku penyelenggara.
(ynt)