Generasi Muda Perlu Disiapkan Menjadi Pejuang Menjaga Persatuan Bangsa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hari Pahlawan, 10 November, menjadi pengingat bagi masyarakat Indonesia tentang perjuangan bangsa dalam meraih kemerdekaan dan menjaga keutuhan negara. Di masa kini, perjuangan tidak lagi dengan mengangkat senjata melawan penjajah tapi menghadapi paham radikal yang tak hentinya merongrong persatuan.
Wakil Ketua Pembina Pengurus Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PP Perti) KH Anwar Sanusi mengatakan, saat ini adalah waktunya generasi muda yang berjuang untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa setelah 77 tahun kemerdekaan Republik Indonesia (RI).
"Generasi muda ini merupakan tongkat estafet perjuangan bangsa, perekat persatuan atas segala perbedaan. Generasi muda ini harus lebih mencintai Tanah Air untuk merawat kesatuan dan persatuan. Karena lagi-lagi perjuangan berat ini, mau tidak mau secara alami kan harus berganti (generasi)," kata Anwar Sanusi, Sabtu (12/11/2022).
Baca juga: Radikalisme dan Terorisme Bukan Stigmatisasi Kepada Umat Islam
Menurutnya, keberadaan organisasi kemasyarakatan (ormas) memiliki peran yang sangat besar dalam merawat persatuan. Sejarah menuliskan bagaimana ormas sejak zaman dahulu telah berjasa dalam mendorong terciptanya kemerdekaan dan melahirkan tokoh-tokoh bangsa yang hebat.
"Di Indonesia ini dengan banyaknya ormas, termasuk ormas keagamaan yang tergabung dalam LPOI (Lembaga Persahabatan Ormas Islam)–LPOK (Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan) memiliki dan mengemban kewajiban untuk mendidik masyarakat dalam menjalin persatuan dan kesatuan," ujar Ketua Umum PP Perti Periode 2005-2011 ini.
Anwas Sanusi mengatakan, keberadaan ormas di Tanah Air adalah kelebihan yang dimiliki bangsa Indonesia. Ormas-ormas ini, memiliki massa yang tergabung dan tersebar dalam pesantren, madrasah, sekolah perguruan tinggi, hingga fasilitas publik yang merupakan aset besar dalam perjuangan melawan paham radikalisme.
"Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Tarbiyah Islamiyah, ada Al Ittihadiyah, Syarekat Islam, Persatuan Umat Islam (PUI), Persatuan Islam (Persis) dan lain sebagainya. Ormas ini kan punya wilayah dan punya cabang. Seperti saya dari Persatuan Tarbiyah Islamiyah kami punya 35 wilayah dan ratusan cabang. Nah melalui saluran-saluran inilah kita sampaikan pesan perdamaian dan persatuan kepada khususnya generasi muda," kata salah satu pendiri dan Ketua LPOI ini.
Mengutip pesan Proklamator Soekarno, 'Generasi kami ini jelas musuhnya, yaitu melawan penjajah, tetapi nanti generasi-generasi muda ini akan lebih berat (musuhnya). Pesan itu, kata Anwar Sanusi, menunjukkan bahwa perjuangan mempertahankan persatuan merupakan perjuangan berat yang mau tidak mau secara alami harus berganti generasi.
"Ada ungkapan dari Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari selaku pendiri Nahdlatul Ulama, beliau mengatakan Hubbul Wathon Minal Iman, di mana mencintai negara adalah sebagian dari iman. Artinya begini, bahwa generasi muda, generasi milenial ini kan harus lebih mencintai Tanah Airnya untuk merawat kesatuan dan persatuan," kata pendiri Badan Kontak Muballig Indonesia (Baqomubin) ini.
Karena itu, generasi muda Indonesia tidak boleh dibiarkan begitu saja, terlebih dewasa ini, sudah masuk ke era teknologi informasi. Di era ini, informasi baik maupun buruk terkait pemahaman keagamaan, kerap menjadi ancaman.
"Oleh sebab itu, kalau agama itu diajarkan secara benar tentunya tidak bertentangan dengan nasionalisme apalagi dengan negara. Kembali lagi kalau kita adalah mencintai agama, Hubbul Wathon Minal Iman, itu mencintai agama untuk mempertahankan persatuan bangsa," kata Anwar Sanusi.
Ia menjelaskan, setidaknya ada 3 hal yang bisa diupayakan seluruh stakeholder bangsa dalam perjuangan melawan virus radikalisme dengan membangun deteksi dini di tengah masyarakat. Pertama, memberikan pembekalan kepada mahasiswa baru, dosen baru, dan pengurus sivitas akademika mengenai paham radikal. Kedua, melakukan pencerahan qolbu di pesantren-pesantren. Ketiga, membangun deteksi dini dari lingkup keluarga sebagai lingkungan dan sekolah pertama bagi anak.
Anwar Sanusi berharap kesadaran dari lingkup keluarga dengan memberikan perhatian dan pendidikan mampu menghindarkan seluruh anak bangsa dari paham radikalisme yang mengancam. Keluarga itu nomor satu sebagai ujung tombak dalam perjuangan pencegahan radikalisme.
"Sekali lagi Jas Merah, jangan melupakan sejarah, dan mari semangat 10 November tahun 2022 ini pada 77 tahun, Anda sebagai generasi muda harus siap memegang tongkat estafet perjuangan bangsa," kata mantan anggota DPR tiga periode dari Fraksi FPPP ini.
Wakil Ketua Pembina Pengurus Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PP Perti) KH Anwar Sanusi mengatakan, saat ini adalah waktunya generasi muda yang berjuang untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa setelah 77 tahun kemerdekaan Republik Indonesia (RI).
"Generasi muda ini merupakan tongkat estafet perjuangan bangsa, perekat persatuan atas segala perbedaan. Generasi muda ini harus lebih mencintai Tanah Air untuk merawat kesatuan dan persatuan. Karena lagi-lagi perjuangan berat ini, mau tidak mau secara alami kan harus berganti (generasi)," kata Anwar Sanusi, Sabtu (12/11/2022).
Baca juga: Radikalisme dan Terorisme Bukan Stigmatisasi Kepada Umat Islam
Menurutnya, keberadaan organisasi kemasyarakatan (ormas) memiliki peran yang sangat besar dalam merawat persatuan. Sejarah menuliskan bagaimana ormas sejak zaman dahulu telah berjasa dalam mendorong terciptanya kemerdekaan dan melahirkan tokoh-tokoh bangsa yang hebat.
"Di Indonesia ini dengan banyaknya ormas, termasuk ormas keagamaan yang tergabung dalam LPOI (Lembaga Persahabatan Ormas Islam)–LPOK (Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan) memiliki dan mengemban kewajiban untuk mendidik masyarakat dalam menjalin persatuan dan kesatuan," ujar Ketua Umum PP Perti Periode 2005-2011 ini.
Anwas Sanusi mengatakan, keberadaan ormas di Tanah Air adalah kelebihan yang dimiliki bangsa Indonesia. Ormas-ormas ini, memiliki massa yang tergabung dan tersebar dalam pesantren, madrasah, sekolah perguruan tinggi, hingga fasilitas publik yang merupakan aset besar dalam perjuangan melawan paham radikalisme.
"Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Tarbiyah Islamiyah, ada Al Ittihadiyah, Syarekat Islam, Persatuan Umat Islam (PUI), Persatuan Islam (Persis) dan lain sebagainya. Ormas ini kan punya wilayah dan punya cabang. Seperti saya dari Persatuan Tarbiyah Islamiyah kami punya 35 wilayah dan ratusan cabang. Nah melalui saluran-saluran inilah kita sampaikan pesan perdamaian dan persatuan kepada khususnya generasi muda," kata salah satu pendiri dan Ketua LPOI ini.
Mengutip pesan Proklamator Soekarno, 'Generasi kami ini jelas musuhnya, yaitu melawan penjajah, tetapi nanti generasi-generasi muda ini akan lebih berat (musuhnya). Pesan itu, kata Anwar Sanusi, menunjukkan bahwa perjuangan mempertahankan persatuan merupakan perjuangan berat yang mau tidak mau secara alami harus berganti generasi.
"Ada ungkapan dari Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari selaku pendiri Nahdlatul Ulama, beliau mengatakan Hubbul Wathon Minal Iman, di mana mencintai negara adalah sebagian dari iman. Artinya begini, bahwa generasi muda, generasi milenial ini kan harus lebih mencintai Tanah Airnya untuk merawat kesatuan dan persatuan," kata pendiri Badan Kontak Muballig Indonesia (Baqomubin) ini.
Karena itu, generasi muda Indonesia tidak boleh dibiarkan begitu saja, terlebih dewasa ini, sudah masuk ke era teknologi informasi. Di era ini, informasi baik maupun buruk terkait pemahaman keagamaan, kerap menjadi ancaman.
"Oleh sebab itu, kalau agama itu diajarkan secara benar tentunya tidak bertentangan dengan nasionalisme apalagi dengan negara. Kembali lagi kalau kita adalah mencintai agama, Hubbul Wathon Minal Iman, itu mencintai agama untuk mempertahankan persatuan bangsa," kata Anwar Sanusi.
Ia menjelaskan, setidaknya ada 3 hal yang bisa diupayakan seluruh stakeholder bangsa dalam perjuangan melawan virus radikalisme dengan membangun deteksi dini di tengah masyarakat. Pertama, memberikan pembekalan kepada mahasiswa baru, dosen baru, dan pengurus sivitas akademika mengenai paham radikal. Kedua, melakukan pencerahan qolbu di pesantren-pesantren. Ketiga, membangun deteksi dini dari lingkup keluarga sebagai lingkungan dan sekolah pertama bagi anak.
Anwar Sanusi berharap kesadaran dari lingkup keluarga dengan memberikan perhatian dan pendidikan mampu menghindarkan seluruh anak bangsa dari paham radikalisme yang mengancam. Keluarga itu nomor satu sebagai ujung tombak dalam perjuangan pencegahan radikalisme.
"Sekali lagi Jas Merah, jangan melupakan sejarah, dan mari semangat 10 November tahun 2022 ini pada 77 tahun, Anda sebagai generasi muda harus siap memegang tongkat estafet perjuangan bangsa," kata mantan anggota DPR tiga periode dari Fraksi FPPP ini.
(abd)