Terobosan Industri Pertahanan dan Urgensi Dukungan Pemerintah
loading...
A
A
A
Sebelumnya, PT Dahana juga telah mengembangkan drone jenis sama yang diberi nama Rajata yang mampu mencari sasaran tanpa diketahui lawan.
Terobosan kapal selam tanpa awak, kapal serbu ringan, maupun drone kamikaze merupakan sebagian dari alutsista yang dikembangkan industri pertahanan dalam negeri.
Fakta yang tersaji tidak sekadar merefleksikan keseriusan industri pertahanan bangs aini untuk memenuhi kebutuhan TNI yang terus berkembang demi menjawab tantangan perubahan jaman. Di sisi lain, hal tersebut juga menjadi indikator mereka semakin percaya diri melakukan inovasi.
Namun yang patut mendapat catatan adalah, sehebat apapun kapasitas dan semaju apapun inovasi yang dilakukan anak bangsa, dukungan pemerintah tetap faktor terpenting.
Tanpa komitmen pemerintah, terutama untuk memanfaatkan karya mereka, terobosan itu hanya akan berhenti pada purwapura. Karena itulah, Kementerian Pertahan perlu mengawal langkah mereka untuk memastikan program yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan TNI, dan kemudian mengakuisisinya untuk menjadi bagian arsenal persenjataan TNI.
Indonesia semestinya belajar dari Turki yang memberi kepercayaan pada industri pertahanan domestik untuk memenuhi kebutuhan militernya. Berkat dukungan pemerintahnya, Turki kini menempatkan tujuh perusahaan pertahanannya dalam 100 perusahaan pertahanan teratas dunia.
Mereka adalah Aselsan, TUSAS/Turkish Aerospace Industries Inc (TAI), BMC, Roketsan, STM Defense Technologies & Engineering Ltd, FNSS, dan Havelsan. Bila pemerintah serius dan menunjukkan komitmen kuat seperti pemerintah Turki, tidak mustahil target Presiden Joko Widodo menjadikan Defend ID masuk jajaran 50 perusahaan global terkemuka bisa terwujud. Mampukah?
Terobosan kapal selam tanpa awak, kapal serbu ringan, maupun drone kamikaze merupakan sebagian dari alutsista yang dikembangkan industri pertahanan dalam negeri.
Fakta yang tersaji tidak sekadar merefleksikan keseriusan industri pertahanan bangs aini untuk memenuhi kebutuhan TNI yang terus berkembang demi menjawab tantangan perubahan jaman. Di sisi lain, hal tersebut juga menjadi indikator mereka semakin percaya diri melakukan inovasi.
Namun yang patut mendapat catatan adalah, sehebat apapun kapasitas dan semaju apapun inovasi yang dilakukan anak bangsa, dukungan pemerintah tetap faktor terpenting.
Tanpa komitmen pemerintah, terutama untuk memanfaatkan karya mereka, terobosan itu hanya akan berhenti pada purwapura. Karena itulah, Kementerian Pertahan perlu mengawal langkah mereka untuk memastikan program yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan TNI, dan kemudian mengakuisisinya untuk menjadi bagian arsenal persenjataan TNI.
Indonesia semestinya belajar dari Turki yang memberi kepercayaan pada industri pertahanan domestik untuk memenuhi kebutuhan militernya. Berkat dukungan pemerintahnya, Turki kini menempatkan tujuh perusahaan pertahanannya dalam 100 perusahaan pertahanan teratas dunia.
Mereka adalah Aselsan, TUSAS/Turkish Aerospace Industries Inc (TAI), BMC, Roketsan, STM Defense Technologies & Engineering Ltd, FNSS, dan Havelsan. Bila pemerintah serius dan menunjukkan komitmen kuat seperti pemerintah Turki, tidak mustahil target Presiden Joko Widodo menjadikan Defend ID masuk jajaran 50 perusahaan global terkemuka bisa terwujud. Mampukah?
(ynt)