Mensesneg Pratikno Dinilai Ingin Amputasi Skenario Reshuffle
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia menganggap, ada dua hal yang bisa ditangkap dari pernyataan Mensesneg Pratikno yang menyatakan kinerja menteri kabinet membaik setelah ditegur Presiden Jokowi , sehingga isu reshuffle kabinet tidak relevan lagi.
Pertama, Pratikno ingin mengamputasi spekulasi isu reshuffle kabinet yang berkembang di masyarakat agar tak ada lagi yang mengaitkan amarah Jokowi dengan reshuffle.
"Suka tak suka, kemarahan Jokowi secara alamiah mengganggu psikologis menteri dalam bekerja. Siapa pun pasti tertekan bekerja di bawah ancaman pemecatan," ujar Adi saat dihubungi SINDOnews, Selasa (7/7/2020).
Kedua, lanjut dia, pernyataan Pratikno berdampak pada persepsi kurang baik ke Istana. Terutama soal komunikasi ke publik. Ia menilai, satu panggung tapi bunyi speakernya berbeda dalam waktu yang berdekatan. (
).
"Apa mungkin dalam waktu sekejap kerja menteri langsung ok setelah dimarahi presiden? Kan tak perlu ahli untuk menilai seperti itu. Orang awam pun bisa ngerti," ujarnya.
Adi menambahkan, Presiden Jokowi sepertinya tengah dalam perasaaan dilematis akut terhadap isu reshuffle kabinet yang sudah kadung muncul ke permukaan.
"Satu sisi menterinya belum setahun kerja dan selama ini selalu dibanggakan. Sisi lainnya mengalkulasi potensi kegaduhannya (jika melakukan reshuffle)," kata analis politik asal UIN Jakarta ini.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno menyebut para jajaran Kabinet Indonesia Maju merespons cepat teguran Presiden Joko Widodo (Jokowi) di sidang Kabinet Paripurna 18 Juni 2020 lalu. Dia mengatakan, hal ini dapat dilihat dari progres kinerja kementerian/lembaga yang siginifikan. Dia mengatakan, hal ini menunjukkan bahwa teguran presiden memiliki arti yang signifikan. Jika kinerja membaik, isu reshuflle kabinet menjadi tidak relevan. ( ).
Pertama, Pratikno ingin mengamputasi spekulasi isu reshuffle kabinet yang berkembang di masyarakat agar tak ada lagi yang mengaitkan amarah Jokowi dengan reshuffle.
"Suka tak suka, kemarahan Jokowi secara alamiah mengganggu psikologis menteri dalam bekerja. Siapa pun pasti tertekan bekerja di bawah ancaman pemecatan," ujar Adi saat dihubungi SINDOnews, Selasa (7/7/2020).
Kedua, lanjut dia, pernyataan Pratikno berdampak pada persepsi kurang baik ke Istana. Terutama soal komunikasi ke publik. Ia menilai, satu panggung tapi bunyi speakernya berbeda dalam waktu yang berdekatan. (
Baca Juga
"Apa mungkin dalam waktu sekejap kerja menteri langsung ok setelah dimarahi presiden? Kan tak perlu ahli untuk menilai seperti itu. Orang awam pun bisa ngerti," ujarnya.
Adi menambahkan, Presiden Jokowi sepertinya tengah dalam perasaaan dilematis akut terhadap isu reshuffle kabinet yang sudah kadung muncul ke permukaan.
"Satu sisi menterinya belum setahun kerja dan selama ini selalu dibanggakan. Sisi lainnya mengalkulasi potensi kegaduhannya (jika melakukan reshuffle)," kata analis politik asal UIN Jakarta ini.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno menyebut para jajaran Kabinet Indonesia Maju merespons cepat teguran Presiden Joko Widodo (Jokowi) di sidang Kabinet Paripurna 18 Juni 2020 lalu. Dia mengatakan, hal ini dapat dilihat dari progres kinerja kementerian/lembaga yang siginifikan. Dia mengatakan, hal ini menunjukkan bahwa teguran presiden memiliki arti yang signifikan. Jika kinerja membaik, isu reshuflle kabinet menjadi tidak relevan. ( ).
(zik)