Anak Muda Diajak Peduli pada Isu Pangan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Anak muda Indonesia harus mulai peduli dengan isu pangan yang menjadi kekhawatiran banyak negara di belahan dunia lain. Indonesia yang memiliki sumber daya alam (SDA) melimpah membutuhkan peran anak muda untuk mencapai kemandirian dan ketahanan pangan.
Pendiri Foodbank of Indonesia, M Hendro Utomo menjelaskan, persaingan geopolitik sekarang menegaskan tiga hal yang penting untuk dikuasai, yakni teknologi, energi, dan pangan. Menurutnya, Indonesia tidak mumpuni di bidang energi dan teknologi, tapi merupakan penghasil pangan yang beragam.
"Ironisnya, 3,1 juta gandum diimpor dari Ukraina. Anak-anak muda harus jadi pelopor supaya Indonesia dapat mencapai kemandirian dan ketahanan pangan," kata Hendro dalam Rembug Pangan Orang Muda (RPOM) di Auditorium Juwono Sudarsono, FISIP Universitas Indonesia (UI), Selasa (1/11/2022).
Hendro mengatakan, Indonesia memiliki 2 modal besar menuju kebangkitan, yakni pangan dan pemuda. Karena itu, diskusi memperingati Hari Pangan Sedunia dan Hari Sumpah Pemuda ini diharapkan menjadi forum awal untuk menghimpun perspektif awal pemuda mengenai pangan. Peserta diskusi bertema 'Kebangkitan Pangan, Kebangkitan Bangsa' ini diharapkan memiliki kesadaran baru dan kegelisahan bahwa pangan adalah masalah multiperspektif yang harus diselesaikan bersama-sama.
"Dialog ini dimaksudkan sebagai prakongres. Kongres Orang Muda sendiri akan dilaksanakan pada tahun depan dengan melibatkan pemimpin muda dari berbagai provinsi di Indonesia," katanya.
Dekan FISIP UI, Semiarto Aji Purwanto mengatakan, pengetahuan dan perubahan pola pikir yang mempengaruhi perilaku terkait pangan harus mulai dimiliki oleh para pemuda. Menurutnya, penghargaan terhadap petani rendah, sehingga minat pemuda terhadap pertanian juga rendah.
"Meskipun usaha kuliner banyak diminati oleh para pemuda, tapi kuliner itu justru yang memutus rasa lidah pangan lokal, karena didominasi oleh perasa yang tidak alami atau tidak berasal dari sumber pangannya langsung. Makanan pabrikan yang merusak lidah lebih populer dibanding dengan pangan lokal," katanya.
Baca juga: Jokowi Teken Perpres Cadangan Pangan, Bulog Jaga Stok Beras, Jagung dan Kedelai
Pemantik diskusi, Wakil Rektor I IPB University, Prof Drajat Martianto menegaskan, pangan seharusnya fokus pada kesejahteraan manusia, mulai dari petani sampai manusia yang mengonsumsinya. Intinya masalah pangan bukan hanya masalah teknis ketersediaan, tapi harus perhatikan kesejahteraan sosial baik dalam produksi, konsumsi, maupun distribusinya.
"Poinnya, kita harus menantang anak-anak muda untuk berkontribusi dalam persoalan pangan ini di bidang ilmunya masing-masing," katanya.
Sejarawan, JJ Rizal mengatakan, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam mendiskusikan pangan dan pemuda. Ketiganya adalah langkah radikal dalam mengatasi masalah pangan, keragaman, dan kesetaraan.
"Masalah pangan kita adalah masalah yang akut, sehingga pembahasannya harus keluar dari sebatas diskusi biasa, butuh radikalisme untuk mengatasinya. Kita punya modal pengetahuan yang cukup, tapi bagaimana pengetahuan itu diwujudkan dalam kebijakan lebih penting," katanya.
Pendiri Foodbank of Indonesia, M Hendro Utomo menjelaskan, persaingan geopolitik sekarang menegaskan tiga hal yang penting untuk dikuasai, yakni teknologi, energi, dan pangan. Menurutnya, Indonesia tidak mumpuni di bidang energi dan teknologi, tapi merupakan penghasil pangan yang beragam.
"Ironisnya, 3,1 juta gandum diimpor dari Ukraina. Anak-anak muda harus jadi pelopor supaya Indonesia dapat mencapai kemandirian dan ketahanan pangan," kata Hendro dalam Rembug Pangan Orang Muda (RPOM) di Auditorium Juwono Sudarsono, FISIP Universitas Indonesia (UI), Selasa (1/11/2022).
Hendro mengatakan, Indonesia memiliki 2 modal besar menuju kebangkitan, yakni pangan dan pemuda. Karena itu, diskusi memperingati Hari Pangan Sedunia dan Hari Sumpah Pemuda ini diharapkan menjadi forum awal untuk menghimpun perspektif awal pemuda mengenai pangan. Peserta diskusi bertema 'Kebangkitan Pangan, Kebangkitan Bangsa' ini diharapkan memiliki kesadaran baru dan kegelisahan bahwa pangan adalah masalah multiperspektif yang harus diselesaikan bersama-sama.
"Dialog ini dimaksudkan sebagai prakongres. Kongres Orang Muda sendiri akan dilaksanakan pada tahun depan dengan melibatkan pemimpin muda dari berbagai provinsi di Indonesia," katanya.
Dekan FISIP UI, Semiarto Aji Purwanto mengatakan, pengetahuan dan perubahan pola pikir yang mempengaruhi perilaku terkait pangan harus mulai dimiliki oleh para pemuda. Menurutnya, penghargaan terhadap petani rendah, sehingga minat pemuda terhadap pertanian juga rendah.
"Meskipun usaha kuliner banyak diminati oleh para pemuda, tapi kuliner itu justru yang memutus rasa lidah pangan lokal, karena didominasi oleh perasa yang tidak alami atau tidak berasal dari sumber pangannya langsung. Makanan pabrikan yang merusak lidah lebih populer dibanding dengan pangan lokal," katanya.
Baca juga: Jokowi Teken Perpres Cadangan Pangan, Bulog Jaga Stok Beras, Jagung dan Kedelai
Pemantik diskusi, Wakil Rektor I IPB University, Prof Drajat Martianto menegaskan, pangan seharusnya fokus pada kesejahteraan manusia, mulai dari petani sampai manusia yang mengonsumsinya. Intinya masalah pangan bukan hanya masalah teknis ketersediaan, tapi harus perhatikan kesejahteraan sosial baik dalam produksi, konsumsi, maupun distribusinya.
"Poinnya, kita harus menantang anak-anak muda untuk berkontribusi dalam persoalan pangan ini di bidang ilmunya masing-masing," katanya.
Sejarawan, JJ Rizal mengatakan, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam mendiskusikan pangan dan pemuda. Ketiganya adalah langkah radikal dalam mengatasi masalah pangan, keragaman, dan kesetaraan.
"Masalah pangan kita adalah masalah yang akut, sehingga pembahasannya harus keluar dari sebatas diskusi biasa, butuh radikalisme untuk mengatasinya. Kita punya modal pengetahuan yang cukup, tapi bagaimana pengetahuan itu diwujudkan dalam kebijakan lebih penting," katanya.
(abd)