Arif Rachman Patahkan Laptop Usai Hapus Salinan CCTV Pembunuhan Brigadir J
loading...
A
A
A
JAKARTA - Arif Rachman Arifin , terdakwa kasus obstruction of justice dalam kasus pembunuhan Brigadir J mengakui telah mematahkan laptopnya usai menghapus salinan CCTV yang berada di rumah dinas Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Arif Rachman melakukan hal tersebut karena merasa tertekan oleh perintah dari mantan Kadiv Propam Polri, Irjen Pol Ferdy Sambo pada saat itu.
"Terdakwa mematahkan laptop tersebut karena merasa masih di bawah tekanan dan tidak menghilangkan laptop tersebut karena masih ragu terhadap perintah saksi Ferdy Sambo," ujar Kuasa Hukum Arif Rachman Arifin, Junaedi Saibih kepada wartawan, Jumat (28/10/2022).
Junaedi juga mengatakan bahwa alasan pengerusakan laptop tersebut dikarenakan khawatir bahwa laptop tersebut dapat digunakan atau diakses datanya oleh orang tertentu.
"Dan terdakwa masih berpikir laptop tersebut masih bisa digunakan/diakses datanya," terangnya.
"Terdakwa hanya mendapat perintah dari Saksi Brigjen Pol Hendra Kurniawan untuk menemui penyidik Polres Jakarta Selatan untuk membuat satu folder khusus untuk menyimpan file-file pelecehan Ibu Putri Candrawathi, tanpa ada fata yang menunjukkan bahwa terdakwa mengetahui ada perihal atau tidaknya peristiwa pelecehan," tutupnya.
Arif Rachman melakukan hal tersebut karena merasa tertekan oleh perintah dari mantan Kadiv Propam Polri, Irjen Pol Ferdy Sambo pada saat itu.
"Terdakwa mematahkan laptop tersebut karena merasa masih di bawah tekanan dan tidak menghilangkan laptop tersebut karena masih ragu terhadap perintah saksi Ferdy Sambo," ujar Kuasa Hukum Arif Rachman Arifin, Junaedi Saibih kepada wartawan, Jumat (28/10/2022).
Junaedi juga mengatakan bahwa alasan pengerusakan laptop tersebut dikarenakan khawatir bahwa laptop tersebut dapat digunakan atau diakses datanya oleh orang tertentu.
"Dan terdakwa masih berpikir laptop tersebut masih bisa digunakan/diakses datanya," terangnya.
"Terdakwa hanya mendapat perintah dari Saksi Brigjen Pol Hendra Kurniawan untuk menemui penyidik Polres Jakarta Selatan untuk membuat satu folder khusus untuk menyimpan file-file pelecehan Ibu Putri Candrawathi, tanpa ada fata yang menunjukkan bahwa terdakwa mengetahui ada perihal atau tidaknya peristiwa pelecehan," tutupnya.
(kri)