Forum R20 Berupaya Lindungi Masyarakat dari Kekerasan Konflik Agama

Jum'at, 28 Oktober 2022 - 14:08 WIB
loading...
Forum R20 Berupaya Lindungi Masyarakat dari Kekerasan Konflik Agama
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf. FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Diskusi antaragama-agama besar di dunia, Forum R20 akan digelar di Nusa Dua, Bali pada 2-3 November 2022. Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan membuka acara yang merupakan engagement group dari G20.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, Forum R20 yang digagas dan didirikan NU ini, memobilisasi para pemimpin dan pemuka agama global untuk memastikan agama berfungsi sebagai solusi yang sejati dan dinamis, bukan sebagai sumber masalah di abad ke-21.

"Tujuan utamanya adalah untuk mencegah isu identitas digunakan sebagai senjata, membatasi penyebaran kebencian kelompok, melindungi masyarakat dari kekerasan dan penderitaan yang dipicu oleh konflik, mendorong diskusi yang jujur dan realistis di dalam komunitas agama dan di antara berbagai komunitas agama, dan memasukkan nilai-nilai moral dan spiritual ke dalam struktur kekuatan geopolitik dan ekonomi," kata Ishaq dalam keterangan tertulis, Jumat (28/10/2022).

Baca juga: R20, Upaya Melawan Politik Identitas Dunia Global

Menurut Gus Yahya, sapaan akrab KH Yahya Cholil Qoumas, sebagai penggagas dan pendiri R20, NU memiliki rekam jejak yang konsisten dalam mengajak sesama muslim untuk merekontekstualisasi sebagian pemahaman ajaran Islam yang telah usang dan membelenggu. NU mengakui adanya prinsip-prinsip ortodoksi Islam yang bermasalah, dan bekerja untuk mendamaikannya dengan realitas peradaban kontemporer, sesuai konteks yang telah berubah secara signifikan dibandingkan dengan kondisi ketika hukum Islam klasik itu muncul.

"Prinsip-prinsip tersebut di antaranya terkait hubungan antara muslim dan nonmuslim, struktur pemerintahan, serta tujuan dan pelaksanaan peperangan yang tepat," katanya.

Hal tersebut sering digunakan oleh para militan ekstremis untuk membenarkan tindakan mereka dan berusaha menggunakan Islam untuk tujuan politik, sehingga menumbuhkan rasa tidak nyaman dan keterasingan dari dunia modern. Pada saat yang sama, apa yang dikenal sebagai Islam rahmatan lil'alamin berusaha untuk mengembalikan rahmah (cinta dan kasih sayang universal) ke tempat yang semestinya sebagai pesan utama agama.

Gus Yahya mengatakan, pada Munas Alim Ulama tahun 2019 di Banjar, Jawa Barat, NU menolak kategori kafir dalam hukum Islam. NU juga mendukung konsep negara bangsa dan memutuskan bahwa umat Islam tidak memiliki kewajiban secara agama untuk mendirikan kekhalifahan. Sebelumnya, pada 2017, Mahkamah Agung Indonesia memutuskan bahwa semua kelompok agama harus diperlakukan sama di hadapan hukum; kegagalan untuk melaksanakan hal itu akan dianggap inkonstitusional.

Dengan mengakui adanya tantangan di Indonesia sendiri, NU dan Center for Shared Civilizational Values (Sekretariat R20) mengundang Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia yang berbasis di Mekkah, Syaikh Muhammad bin Abdul Karim al-Issa, untuk menjadi ketua bersama dalam acara R20, sehingga dapat melibatkan dunia Islam yang lebih luas. Dalam beberapa tahun terakhir, Liga Muslim Dunia semakin memfokuskan jangkauan publiknya pada moderasi beragama dan persahabatan antarmasyarakat dan peradaban dunia yang beragam.

Kerja Sama Global NU
Di samping mengembangkan kerja sama dengan Liga Muslim Dunia, NU juga bekerja sama dengan Gereja Katolik global dan dengan salah satu jaringan Kristen terbesar di dunia, Aliansi Evangelis Protestan Dunia, yang mewakili 600 juta orang di 143 negara. Sekretaris Jenderal Aliansi Evangelis Protestan Dunia, Prof Thomas Schirrmacher dari Jerman akan menghadiri R20 secara langsung.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1760 seconds (0.1#10.140)