New Urbanisme Ala Anies Baswedan
loading...
A
A
A
Marselinus Nirwan Luru
Staf Pengajar Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Trisakti, Jakarta
Ketua Ikatan Alumni Teknik Planologi Universitas Trisakti, Jakarta
Gubernur Anies Baswedan akan mengakhiri masa kerja mempimpin DKI Jakarta pada 16 Oktober 2022. Lima tahun memimpin DKI Jakarta , tak sedikit mimpinya sebagai Gubernur, juga mimpi masyarakat Ibu kota terwujud.
Tagline"Maju kotanya, Bahagia Warganya" menjadi oase sekaligus muara pelbagai kebijakan serta kerjanya selama menahkodai Jakarta yang penuh dinamika. Penataan ruang menjadi bagian penting daritagline itu.
Lalu bagaimana refleksinya kini? Setidaknya ada tiga sorotan yang menampilkan eksekusi Anies dalam kacamata penataan ruang; yakni integtasi transportasi, beautifikasi ruang kota dan konsep baru ruang terbuka hijau.
Ruang kota Jakarta yang dominan berciri lompat katak sehingga nampak adanya pemisahan yang tak kompak antara satu pusat aktivitas dengan lainnya, sangat tak efektif dan efisien dalam hal aksesibilitas warga kota.
Tatkala volume kendaraan meningkat pada pagi dan sore hari, jalanan Jakarta tak ubahnya parkiran terpanjang se-Asia. Momok harian warga kota di jalan raya ini pun menjadi materi menarik adu program calon pemimpin Ibu Kota di panggung debat berikutnya.
Menemukan solusi atasi kemacetan menjadi agenda serius DKI Jakarta. Pemimpin DKI ditantang menelurkan gagasan dan kerja nyata menginter-koneksi tempat kerja dan tempat aktivitas warga kota agaraccessable. Pada tataran ini, lagu lama pengentasan kemacetan melalui reformasi penggunaan lahan tak relevan untuk DKI Jakarta yang kadung berkembang pesat.
Opsi tersebut membutuhkan banyak biaya sosial dan ekonomi. Maka, alternatif terbaik saat ini adalah mengatur aksesibilitas warga kota agar antartitik pusat aktivitas terhubungkan moda transportasi yang nyaman, biaya terjangkau, serta waktu perjalanan yang singkat.
Harus diakui Anies terbilang berhasil dalam upaya mengintegrasi transportasi demi konektivitas penggunaan lahan kota yang “lompak katak”. Janji kampanye menyelesaikan persoalan kemacetan perlahan terwujud meski kemacetan masih terjadi di beberapa tititk. Laporan TomTom Traffic Index menunjukan pergeseran membaik DKI Jakarta pada daftar kota termacet di dunia.
Setelah bertahun-tahun bertengger pada posisi tiga, lalu pada 2018, 2019 menjadi peringkat ketujuh. Kemudian pada 2020 keluar dari posisi 10 besar, di mana Jakarta menempati urutan 31, lalu meningkat 15 peringkat, menempati posisi 46 pada 2021.
Staf Pengajar Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Trisakti, Jakarta
Ketua Ikatan Alumni Teknik Planologi Universitas Trisakti, Jakarta
Gubernur Anies Baswedan akan mengakhiri masa kerja mempimpin DKI Jakarta pada 16 Oktober 2022. Lima tahun memimpin DKI Jakarta , tak sedikit mimpinya sebagai Gubernur, juga mimpi masyarakat Ibu kota terwujud.
Tagline"Maju kotanya, Bahagia Warganya" menjadi oase sekaligus muara pelbagai kebijakan serta kerjanya selama menahkodai Jakarta yang penuh dinamika. Penataan ruang menjadi bagian penting daritagline itu.
Lalu bagaimana refleksinya kini? Setidaknya ada tiga sorotan yang menampilkan eksekusi Anies dalam kacamata penataan ruang; yakni integtasi transportasi, beautifikasi ruang kota dan konsep baru ruang terbuka hijau.
Ruang kota Jakarta yang dominan berciri lompat katak sehingga nampak adanya pemisahan yang tak kompak antara satu pusat aktivitas dengan lainnya, sangat tak efektif dan efisien dalam hal aksesibilitas warga kota.
Tatkala volume kendaraan meningkat pada pagi dan sore hari, jalanan Jakarta tak ubahnya parkiran terpanjang se-Asia. Momok harian warga kota di jalan raya ini pun menjadi materi menarik adu program calon pemimpin Ibu Kota di panggung debat berikutnya.
Menemukan solusi atasi kemacetan menjadi agenda serius DKI Jakarta. Pemimpin DKI ditantang menelurkan gagasan dan kerja nyata menginter-koneksi tempat kerja dan tempat aktivitas warga kota agaraccessable. Pada tataran ini, lagu lama pengentasan kemacetan melalui reformasi penggunaan lahan tak relevan untuk DKI Jakarta yang kadung berkembang pesat.
Opsi tersebut membutuhkan banyak biaya sosial dan ekonomi. Maka, alternatif terbaik saat ini adalah mengatur aksesibilitas warga kota agar antartitik pusat aktivitas terhubungkan moda transportasi yang nyaman, biaya terjangkau, serta waktu perjalanan yang singkat.
Harus diakui Anies terbilang berhasil dalam upaya mengintegrasi transportasi demi konektivitas penggunaan lahan kota yang “lompak katak”. Janji kampanye menyelesaikan persoalan kemacetan perlahan terwujud meski kemacetan masih terjadi di beberapa tititk. Laporan TomTom Traffic Index menunjukan pergeseran membaik DKI Jakarta pada daftar kota termacet di dunia.
Setelah bertahun-tahun bertengger pada posisi tiga, lalu pada 2018, 2019 menjadi peringkat ketujuh. Kemudian pada 2020 keluar dari posisi 10 besar, di mana Jakarta menempati urutan 31, lalu meningkat 15 peringkat, menempati posisi 46 pada 2021.