Sering Jadi Nama Jalan, Berikut Sepak Terjang Jenderal TNI Gatot Subroto
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gatot Subroto, nama yang mungkin tidak asing di telinga masyarakat lantaran diabadikan menjadi nama jalan . Namun jarang yang mengetahui bagaimana sepak terjang Pahlawan Nasional ini.
Gatot Subroto merupakan Pahlawan Nasional yang juga menyandang pangkat jenderal . Dilansir dari digilib.uns.ac.id, pria kelahiran 10 Oktober 1909 ini sempat bekerja sebagai pegawai sebelum masuk ke militer .
Pada tahun 1923 dia meninggalkan pekerjaannya dan memutuskan untuk masuk ke dunia militer dengan masuk sekolah militer di Magelang.
Baca juga : Gawat!!! Jalan Gatot Subroto Dipenuhi Ranjau Paku
Setelah menjalani pendidikan militer, pria asal Banyumas ini menjadi anggota KNIL het Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (Tentara Hindia Belanda).
Ketika Perang Dunia II bergejolak tahun 1939, Indonesia lalu diduduki oleh Jepang. Pada masa ini Gatot Subroto lantas mengikuti pendidikan Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.
Latar belakang terbentuknya PETA ini rupanya berawal dari surat Gatot Mangkupraja kepada Gunseikan (kepala pemerintahan militer Jepang) pada bulan September 1943. Surat tersebut berisi permohonan agar bangsa Indonesia diperkenankan membantu pemerintahan Jepang di medan perang.
PETA merupakan tempat dimana Gatot Subroto melebarkan sayapnya. Setelah tamat dari pendidikan PETA, Gatot Subroto kemudian diangkat pemerintah Jepang menjadi komandan kompi di Sumpiuh, Banyumas dan tidak berapa lama kemudian dinaikkan menjadi komandan batalyon.
Selama menjabat sebagai komandan kompi dan komandan batalyon, Gatot Subroto dinilai sering memihak kepada rakyat pribumi, maka dari itu ia sering mendapat teguran dari atasannya.
Kesertaan Gatot Subroto menjadi anggota KNIL maupun PETA tidaklah mengindikasikan dirinya seorang kaki tangan pihak kolonial atau jiwa kebangsaannya yang rendah. Tapi hal itu hanyalah sebatas pekerjaan yang sudah lumrah pada masa itu.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, tahun 1945-1946 di Banyumas, Gatot Subroto berhasil mengambil alih kekuasaan kepolisian, dia kemudian diangkat menjadi komandan polisi di Purwokerto untuk mengamankan daerah tersebut.
Setelah Pemerintah membentuk TKR di Banyumas, dibentuklah Divisi V dengan Kol.Sudirman sebagai komandan dan Gatot Subroto menjadi Kepala Siasat.
Baca juga : Inilah 4 Jalan Terlebar di Jakarta, Gatot Subroto Lintasi 9 Kelurahan
Ketika perang melawan sekutu, Kolonel Gatot Subroto dipercaya untuk sebagai Komandan Front dan memegang komando teknis serta bertanggung jawab atas pasukan dari resimen Purwokerto dan Cilacap dalam perang Ambarawa.
Setelah sukses di Ambarawa, Kolonel Gatot Subroto akhirnya diangkat menjadi Panglima Divisi II Sunan Gunung jati.
Ketika Agresi Belanda I dimulai, Kolonel Gatot Subroto memimpin pasukannya untuk melawan agresi pasukan Belanda dengan pasukannya yang berada di Banjarnegara.
Hingga pada akhirnya Republik Indonesia secara resmi mengadukan agresi militer Belanda ke PBB, karena dinilai telah melanggar suatu Persetujuan Linggajati.
Gatot Subroto merupakan Pahlawan Nasional yang juga menyandang pangkat jenderal . Dilansir dari digilib.uns.ac.id, pria kelahiran 10 Oktober 1909 ini sempat bekerja sebagai pegawai sebelum masuk ke militer .
Pada tahun 1923 dia meninggalkan pekerjaannya dan memutuskan untuk masuk ke dunia militer dengan masuk sekolah militer di Magelang.
Baca juga : Gawat!!! Jalan Gatot Subroto Dipenuhi Ranjau Paku
Setelah menjalani pendidikan militer, pria asal Banyumas ini menjadi anggota KNIL het Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (Tentara Hindia Belanda).
Ketika Perang Dunia II bergejolak tahun 1939, Indonesia lalu diduduki oleh Jepang. Pada masa ini Gatot Subroto lantas mengikuti pendidikan Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.
Latar belakang terbentuknya PETA ini rupanya berawal dari surat Gatot Mangkupraja kepada Gunseikan (kepala pemerintahan militer Jepang) pada bulan September 1943. Surat tersebut berisi permohonan agar bangsa Indonesia diperkenankan membantu pemerintahan Jepang di medan perang.
PETA merupakan tempat dimana Gatot Subroto melebarkan sayapnya. Setelah tamat dari pendidikan PETA, Gatot Subroto kemudian diangkat pemerintah Jepang menjadi komandan kompi di Sumpiuh, Banyumas dan tidak berapa lama kemudian dinaikkan menjadi komandan batalyon.
Selama menjabat sebagai komandan kompi dan komandan batalyon, Gatot Subroto dinilai sering memihak kepada rakyat pribumi, maka dari itu ia sering mendapat teguran dari atasannya.
Kesertaan Gatot Subroto menjadi anggota KNIL maupun PETA tidaklah mengindikasikan dirinya seorang kaki tangan pihak kolonial atau jiwa kebangsaannya yang rendah. Tapi hal itu hanyalah sebatas pekerjaan yang sudah lumrah pada masa itu.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, tahun 1945-1946 di Banyumas, Gatot Subroto berhasil mengambil alih kekuasaan kepolisian, dia kemudian diangkat menjadi komandan polisi di Purwokerto untuk mengamankan daerah tersebut.
Setelah Pemerintah membentuk TKR di Banyumas, dibentuklah Divisi V dengan Kol.Sudirman sebagai komandan dan Gatot Subroto menjadi Kepala Siasat.
Baca juga : Inilah 4 Jalan Terlebar di Jakarta, Gatot Subroto Lintasi 9 Kelurahan
Ketika perang melawan sekutu, Kolonel Gatot Subroto dipercaya untuk sebagai Komandan Front dan memegang komando teknis serta bertanggung jawab atas pasukan dari resimen Purwokerto dan Cilacap dalam perang Ambarawa.
Setelah sukses di Ambarawa, Kolonel Gatot Subroto akhirnya diangkat menjadi Panglima Divisi II Sunan Gunung jati.
Ketika Agresi Belanda I dimulai, Kolonel Gatot Subroto memimpin pasukannya untuk melawan agresi pasukan Belanda dengan pasukannya yang berada di Banjarnegara.
Hingga pada akhirnya Republik Indonesia secara resmi mengadukan agresi militer Belanda ke PBB, karena dinilai telah melanggar suatu Persetujuan Linggajati.
(bim)