Eddie Marzuki Nalapraya, Sosok Jenderal yang Jadi Bapak Pencak Silat Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia patut berbangga punya tokoh Pencak Silat yang mendunia namanya. Dia adalah Mayjen TNI (Purn) Eddie Marzuki Nalapraya yang dijuluki ‘Bapak Pencak Silat Dunia’.
Mayjen Eddie Marzuki dikenal sebagai satu legenda Pencak Silat Indonesia. Pria kelahiran Tanjung Priok, Jakarta, 6 Juni 1931 ini telah berkontribusi besar kepada dunia Pencak Silat, olahraga beladiri asli dan kebanggaan Tanah Air.
Seperti apa sosok Mayjen TNI (Purn) Eddie Marzuki Nalapraya? Bapak Pencak Silat Dunia ini pernah menduduki jabatan Wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Gubernur Letjen TNI (Purn) Raden Soeprapto pada periode 1982-1987.
Dia memulai karier militernya sejak muda ketika masih berusia 16 tahun dengan bergabung ke dalam Detasemen Garuda Putih saat Agresi Militer Belanda I. Karena tumbuh dan dewasa di masa kemerdekaan, Eddie terlibat dalam sejumlah gerakan perjuangan melawan Kolonialisme.
Berasal dari keluarga Betawi kebanyakan di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Eddie merintis karir di Angkatan Bersenjata tanpa melalui Akademi Militer. Ketekunan dan kerja keras membuatnya mampu mencapai cita-citanya menjadi perwira tinggi.
Ia tercatat menyandang pangkat sersan tahun 1950 dan kemudian diangkat menjadi Mayor Jenderal (Mayjen) pada usia 80 tahun. Jenderal Tanpa Angkatan, begitu Eddie mengambarkan dirinya dalam otobiografinya.
Selama karier militernya, Eddie pernah menduduki sejumlah jabatan yakni Ajudan Pangdam VI/Siliwangi (1961), Den Kawal Pribadi Presiden (1967), Waassop Kodam V/Jaya (1974), Asisten Pengamanan Garnizun Ibu Kota (1975), Asisten Kodam V/Jaya (1977).
Puncak karier militernya ketika dipercaya mengisi posisi Kasdam V/Jaya (1979-1983), kemudian bergeser ke Asisten Teritorial Hankam (1983-1984) di akhir karier militernya. Eddie juga juga sempat tergabung menjadi anggota pasukan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Kongo tahun 1960.
Semasa masih aktif di militer, Eddie sudah dipercaya menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Terhitung, Eddie mengisi posisi ini selama 21 tahun dari 1981-2003.
Ia berperan penting dalam upaya membuat Pencak Silat diakui The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai Warisan Budaya Dunia tak Benda.
Berkat perjuangan Eddie, Pencak Silat resmi masuk daftar UNESCO pada 12 Desember 2019 melalui kegiatan Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kolombia. Kala itu Eddie mengemban amanah sebagai pembina Tim Pencak Silat Road to UNESCO dan Olympic tahun 2014-2019.
Penunjukannya sebagai Ketua Umum IPSI bukan tanpa dasar, kecintaan Eddie pada Pencak Silat sudah tumbuh sejak muda. Sebagai seorang pejuang yang mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada Agresi Militer Belanda 1947, Eddie tertarik dengan kemampuan Pencak Silat pejuang lainnya dalam melawan penjajah. Sehingga Eddie bersahabat dengan kalangan Silat dan menekuninya.
IPSI sebagai organisasi induk Pencak Silat di bawah kepemimpinannya mampu mengembangkan beladiri Pencak Silat dari tingkat lokal sampai dengan ke tingkat internasional. Pencak Silat sebagai beladiri asli Indonesia pada saat itu mampu berkembang dan dikenal oleh masyarakat secara luas hingga ke berbagai negara di Asia, Eropa, Amerika, Australia, dan berbagai negara di dunia.
Selain itu, Pencak Silat juga mampu menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan dalam berbagai even besar, mulai dari kejuaraan di tingkat nasional, yaitu PON dan di tingkat internasional mampu dipertandingkan dan dipertunjukkan dalam Festival Pencak Silat Internasional, Invitasi Pencak Silat Internasional, Kejuaraan Eropa, SEA Games, dan Asian Games.
Pada masa kepemimpinan Eddie di IPSI, ia segera melakukan berbagai usaha untuk terus mengembangkan dan membina Pencak Silat ke tingkat yang lebih tinggi. Dia memiliki tujuan untuk mengembangkan Pencak Silat hingga ke tingkat internasional.
Eddie Marzuki kemudian terlibat secara langsung dalam pembentukan Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat) di tahun 1980. Berdirinya Persilat merupakan sebagai organisasi Pencak Silat di tingkat internasional. Dia lalu ditunjuk sebagai Ketua Presidium.
Misi Persilat sendiri sesuai dengan tujuan Eddie untuk mengembangkan Pencak Silat di tingkat yang lebih tinggi (internasional) dengan memperjuangkan Pencak Silat untuk dapat dipertandingkan dalam SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade.
Perjuangan Eddie tak sia-sia. Tepatnya pada tahun 1987, Pencak Silat dipertandingkan pada SEA Games. Olympic Committee of Asian (OCA) atau Komite Olimpiade Asia juga ikut mengakui Pencak Silat pada 2003. Setelah mendapat pengakuan dari OCA, Pencak Silat akhirnya resmi dipertandingkan pada Asia Beach Games 2008 di Bali, Asia Martial Art Games 2009 di Thailand, dan Indoor Games 2009 di Hanoi.
Selain itu, Pencak Silat mulai dipertunjukkan dalam festival pencak silat dunia dan Asian Games. Pada tahun 2008, Eddie juga menggagas kejuaraan Pencak Silat di seluruh Eropa dan ia ditetapkan ‘Bapak Pencak Silat Eropa di Swiss’.
Belum lama ini, Eddie dianugerahi KONI Lifetime Achievement Award in Sports yang diserahkan langsung oleh Ketua Umum KONI Pusat Marciano Norman di kediaman legenda Pencak Silat ini di Megamendung, Bogor pada 6 September 2022 lalu.
Eddie tak kuasa menahan haru menerima penghargaan tersebut. Dia menuturkan sudah kewajibannya melestarikan budaya bangsa. "Kehormatan bagi saya, pertama kali saya didatangi oleh pimpinan KONI Pusat, terima kasih banyak," tutur Eddie.
Sebagai pejuang kemerdekaan dan tokoh Pencak Silat Tanah Air yang namanya mendunia, Eddie menerima banyak bintang tanda jasa. Pada 10 Agustus 2010, Eddie dianugerahi Bintang Mahaputera Pratama.
Kemudian, Eddie menerima tanda jasa Bintang Gerilya, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia, Satyalancana Kesetiaan XXIV Tahun, Satyalancana Perang Kemerdekaan, Satya Lencana Perang Kemerdekaan I, Satyalancana Perang Kemerdekaan II, Satyalancana G.O.M V, Satyalancana Sapta Marga, Satyalancana Satya Dharma, Satyalancana Wira Dharma, dan Satyalancana Penegak.
Selain itu, Eddie juga menerima penghargaan dari negara sahabat yakni Commander of the Most Noble Order of the Crown of Thailand dan Officer of the Order of Orange-Nassau dari Belanda. Ia juga mendapat gelar Doctor of Philosophy dalam bidang Martial Art dari Pasific Open University, Malaysia pada tahun 2011.
Mayjen Eddie Marzuki dikenal sebagai satu legenda Pencak Silat Indonesia. Pria kelahiran Tanjung Priok, Jakarta, 6 Juni 1931 ini telah berkontribusi besar kepada dunia Pencak Silat, olahraga beladiri asli dan kebanggaan Tanah Air.
Seperti apa sosok Mayjen TNI (Purn) Eddie Marzuki Nalapraya? Bapak Pencak Silat Dunia ini pernah menduduki jabatan Wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Gubernur Letjen TNI (Purn) Raden Soeprapto pada periode 1982-1987.
Dia memulai karier militernya sejak muda ketika masih berusia 16 tahun dengan bergabung ke dalam Detasemen Garuda Putih saat Agresi Militer Belanda I. Karena tumbuh dan dewasa di masa kemerdekaan, Eddie terlibat dalam sejumlah gerakan perjuangan melawan Kolonialisme.
Berasal dari keluarga Betawi kebanyakan di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Eddie merintis karir di Angkatan Bersenjata tanpa melalui Akademi Militer. Ketekunan dan kerja keras membuatnya mampu mencapai cita-citanya menjadi perwira tinggi.
Ia tercatat menyandang pangkat sersan tahun 1950 dan kemudian diangkat menjadi Mayor Jenderal (Mayjen) pada usia 80 tahun. Jenderal Tanpa Angkatan, begitu Eddie mengambarkan dirinya dalam otobiografinya.
Selama karier militernya, Eddie pernah menduduki sejumlah jabatan yakni Ajudan Pangdam VI/Siliwangi (1961), Den Kawal Pribadi Presiden (1967), Waassop Kodam V/Jaya (1974), Asisten Pengamanan Garnizun Ibu Kota (1975), Asisten Kodam V/Jaya (1977).
Puncak karier militernya ketika dipercaya mengisi posisi Kasdam V/Jaya (1979-1983), kemudian bergeser ke Asisten Teritorial Hankam (1983-1984) di akhir karier militernya. Eddie juga juga sempat tergabung menjadi anggota pasukan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Kongo tahun 1960.
Semasa masih aktif di militer, Eddie sudah dipercaya menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Terhitung, Eddie mengisi posisi ini selama 21 tahun dari 1981-2003.
Ia berperan penting dalam upaya membuat Pencak Silat diakui The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai Warisan Budaya Dunia tak Benda.
Berkat perjuangan Eddie, Pencak Silat resmi masuk daftar UNESCO pada 12 Desember 2019 melalui kegiatan Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kolombia. Kala itu Eddie mengemban amanah sebagai pembina Tim Pencak Silat Road to UNESCO dan Olympic tahun 2014-2019.
Penunjukannya sebagai Ketua Umum IPSI bukan tanpa dasar, kecintaan Eddie pada Pencak Silat sudah tumbuh sejak muda. Sebagai seorang pejuang yang mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada Agresi Militer Belanda 1947, Eddie tertarik dengan kemampuan Pencak Silat pejuang lainnya dalam melawan penjajah. Sehingga Eddie bersahabat dengan kalangan Silat dan menekuninya.
IPSI sebagai organisasi induk Pencak Silat di bawah kepemimpinannya mampu mengembangkan beladiri Pencak Silat dari tingkat lokal sampai dengan ke tingkat internasional. Pencak Silat sebagai beladiri asli Indonesia pada saat itu mampu berkembang dan dikenal oleh masyarakat secara luas hingga ke berbagai negara di Asia, Eropa, Amerika, Australia, dan berbagai negara di dunia.
Selain itu, Pencak Silat juga mampu menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan dalam berbagai even besar, mulai dari kejuaraan di tingkat nasional, yaitu PON dan di tingkat internasional mampu dipertandingkan dan dipertunjukkan dalam Festival Pencak Silat Internasional, Invitasi Pencak Silat Internasional, Kejuaraan Eropa, SEA Games, dan Asian Games.
Pada masa kepemimpinan Eddie di IPSI, ia segera melakukan berbagai usaha untuk terus mengembangkan dan membina Pencak Silat ke tingkat yang lebih tinggi. Dia memiliki tujuan untuk mengembangkan Pencak Silat hingga ke tingkat internasional.
Eddie Marzuki kemudian terlibat secara langsung dalam pembentukan Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat) di tahun 1980. Berdirinya Persilat merupakan sebagai organisasi Pencak Silat di tingkat internasional. Dia lalu ditunjuk sebagai Ketua Presidium.
Misi Persilat sendiri sesuai dengan tujuan Eddie untuk mengembangkan Pencak Silat di tingkat yang lebih tinggi (internasional) dengan memperjuangkan Pencak Silat untuk dapat dipertandingkan dalam SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade.
Perjuangan Eddie tak sia-sia. Tepatnya pada tahun 1987, Pencak Silat dipertandingkan pada SEA Games. Olympic Committee of Asian (OCA) atau Komite Olimpiade Asia juga ikut mengakui Pencak Silat pada 2003. Setelah mendapat pengakuan dari OCA, Pencak Silat akhirnya resmi dipertandingkan pada Asia Beach Games 2008 di Bali, Asia Martial Art Games 2009 di Thailand, dan Indoor Games 2009 di Hanoi.
Selain itu, Pencak Silat mulai dipertunjukkan dalam festival pencak silat dunia dan Asian Games. Pada tahun 2008, Eddie juga menggagas kejuaraan Pencak Silat di seluruh Eropa dan ia ditetapkan ‘Bapak Pencak Silat Eropa di Swiss’.
Belum lama ini, Eddie dianugerahi KONI Lifetime Achievement Award in Sports yang diserahkan langsung oleh Ketua Umum KONI Pusat Marciano Norman di kediaman legenda Pencak Silat ini di Megamendung, Bogor pada 6 September 2022 lalu.
Eddie tak kuasa menahan haru menerima penghargaan tersebut. Dia menuturkan sudah kewajibannya melestarikan budaya bangsa. "Kehormatan bagi saya, pertama kali saya didatangi oleh pimpinan KONI Pusat, terima kasih banyak," tutur Eddie.
Sebagai pejuang kemerdekaan dan tokoh Pencak Silat Tanah Air yang namanya mendunia, Eddie menerima banyak bintang tanda jasa. Pada 10 Agustus 2010, Eddie dianugerahi Bintang Mahaputera Pratama.
Kemudian, Eddie menerima tanda jasa Bintang Gerilya, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia, Satyalancana Kesetiaan XXIV Tahun, Satyalancana Perang Kemerdekaan, Satya Lencana Perang Kemerdekaan I, Satyalancana Perang Kemerdekaan II, Satyalancana G.O.M V, Satyalancana Sapta Marga, Satyalancana Satya Dharma, Satyalancana Wira Dharma, dan Satyalancana Penegak.
Selain itu, Eddie juga menerima penghargaan dari negara sahabat yakni Commander of the Most Noble Order of the Crown of Thailand dan Officer of the Order of Orange-Nassau dari Belanda. Ia juga mendapat gelar Doctor of Philosophy dalam bidang Martial Art dari Pasific Open University, Malaysia pada tahun 2011.
(kri)