Profil Sariamin Ismail, Novelis Perempuan Pertama Indonesia yang Punya Banyak Nama Samaran
loading...
A
A
A
Setelah novel ini sukses mengangkat namanya, pada 1937 dia menerbitkan kembali sebuah novel berjudul Pengaruh Keadaan. Sebagai seorang pengarang, Sariamin diketahui pernah mengalami masa ‘mandul’ atau dalam artian tidak membuat karya, yakni dari kurun tahun 1942 hingga dengan 1970.
Baca juga : Menilik 5 Festival Besar Sastra, Anak Sastra Wajib Tahu
Untuk alasannya sendiri karena perhatiannya banyak tertuju pada kehidupan rumah tangga dan dunia pendidikan terkait sekolah yang dibinanya. Pada akhirnya, dia kembali menulis sejak tahun 1976 atas saran dari menantunya karena namanya sudah mulai dilupakan orang.
Pada tahun 1981, bukunya yang berjudul Panca Juara kembali diterbitkan oleh Balai Pustaka. Dalam kehidupannya sebagai pengarang, Sariamin Ismail memiliki cukup banyak nama samaran yang pernah digunakan.
Selain Selasih ataupun Seleguri, dia pernah menggunakan nama lain seperti Sri Gunung, Sri Tanjung, Ibu Sejati, Bundo Kanduang, Mande Rubiah, dan lainnya. Adapun alasannya sendiri untuk meminimalisir kemungkinan ditangkap pihak berwenang karena karya-karyanya.
Di akhir hayatnya, Sariamin Ismail meninggal dunia pada 15 Desember 1995 di Pekanbaru dalam usia 86 tahun. Meski sudah cukup lama, namun karya-karyanya akan selalu dikenang dan abadi bersama para pembacanya.
Baca juga : Menilik 5 Festival Besar Sastra, Anak Sastra Wajib Tahu
Untuk alasannya sendiri karena perhatiannya banyak tertuju pada kehidupan rumah tangga dan dunia pendidikan terkait sekolah yang dibinanya. Pada akhirnya, dia kembali menulis sejak tahun 1976 atas saran dari menantunya karena namanya sudah mulai dilupakan orang.
Pada tahun 1981, bukunya yang berjudul Panca Juara kembali diterbitkan oleh Balai Pustaka. Dalam kehidupannya sebagai pengarang, Sariamin Ismail memiliki cukup banyak nama samaran yang pernah digunakan.
Selain Selasih ataupun Seleguri, dia pernah menggunakan nama lain seperti Sri Gunung, Sri Tanjung, Ibu Sejati, Bundo Kanduang, Mande Rubiah, dan lainnya. Adapun alasannya sendiri untuk meminimalisir kemungkinan ditangkap pihak berwenang karena karya-karyanya.
Di akhir hayatnya, Sariamin Ismail meninggal dunia pada 15 Desember 1995 di Pekanbaru dalam usia 86 tahun. Meski sudah cukup lama, namun karya-karyanya akan selalu dikenang dan abadi bersama para pembacanya.
(bim)