30 Rektor Perguruan Tinggi Yogyakarta Serukan Pemilu Berkualitas dan Demokrasi Bermartabat
loading...
A
A
A
YOGYAKARTA - Sebanyak 30 rektor atau pimpinan perguruan tinggi di Yogyakarta menyampaikan seruan moral tentang pemilu berkualitas dan demokrasi bermartabat.
Seruan moral yang diberi judul Pemilu Berkualitas dan Demokrasi Bermartabat itu dibacakan oleh Rektor UGM Ova Emilia yang didampingi oleh seluruh rektor yang hadir, baik dari perguruan tinggi negeri maupun swasta di Balairung, Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu (17/9/2022).
Sebelum seruan moral disampaikan, para rektor memanjatkan doa untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa, yang dipimpin oleh Rektor UIN Sunan Kalijaga Al Makin.
Mengawali seruan moral ini, Prof. Ova Emilia menyampaikan bangsa Indonesia harus bersyukur atas banyak perkembangan baik yang telah diraih di usia Indonesia yang ke-77, meski tidak menutup mata bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang menunggu untuk diselesaikan. Semuanya merupakan hasil kerja kolektif para pendiri bangsa, pemimpin, dan rakyatnya.
Perhatian utama para rektor yang sebagian besar adalah guru besar dari berbagai kampus ini adalah pada agenda konstitusional bangsa yang akan dihadapi pada 2024, yaitu Pemilihan Umum (Pemilu). Pemilu di mata para pimpinan perguruan tinggi ini merupakan aktualisasi nilai, perjuangan kebangsaan, dan pembangunan konsensus demokrasi yang mulia.
“Jika pemilu berlangsung dengan baik dan berkualitas, maka Indonesia akan menjadi contoh negara besar yang mampu berdemokrasi secara dewasa” ujar Ova.
Seruan moral ini berisi 10 poin yang menjadi perhatian para rektor, yang dalam beberapa pekan terakhir menjadi fokus diskusi dan kajian terbatas mereka di sejumlah kampus. Antara lain mengajak seluruh kompenen bangsa untuk menjadikan pemilu sebagai media pendidikan politik membangun moralitas bangsa. Para rektor juga menyerukan kepada seluruh komponen bangsa untuk menjamin Pemilu berjalan secara partisipatif bagi seluruh bangsa Indonesia, dan tidak dimonopoli oleh segelintir elite kelompok oligarki yang mengabaikan kepentingan publik.
Pada bagian lain dari seruan moral ini, para pimpinan perguruan tinggi di Yogyakarta mengajak seluruh komponen bangsa untuk menghindari jebakan penyalahgunaan identitas dengan politisasi agama, etnis, dan ras, yang berpotensi menimbulkan konflik dan kekerasan tidak berkesudahan, yang merusak kerukunan dan persatuan bangsa.
“Kami para rektor mendesak para elite politik, penguasa ekonomi, partai politik, dan penyelenggara pemilu untuk memberikan keteladanan, berintegritas, dan bermartabat dalam berdemokrasi sesuai konstitusi,” ujar Ova.
Dari kalangan perguruan tinggi negeri, selain Rektor UGM hadir pula Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Rektor Universitas Pembangunan (UPN) Veteran. Dari kalangan perguruan tinggi swasta, hadir Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Rektor Universitas Sanata Dharma (USD), Rektor Universitas Widya Mataram (UWM), dan lain-lain.
Seruan moral yang diberi judul Pemilu Berkualitas dan Demokrasi Bermartabat itu dibacakan oleh Rektor UGM Ova Emilia yang didampingi oleh seluruh rektor yang hadir, baik dari perguruan tinggi negeri maupun swasta di Balairung, Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu (17/9/2022).
Sebelum seruan moral disampaikan, para rektor memanjatkan doa untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa, yang dipimpin oleh Rektor UIN Sunan Kalijaga Al Makin.
Mengawali seruan moral ini, Prof. Ova Emilia menyampaikan bangsa Indonesia harus bersyukur atas banyak perkembangan baik yang telah diraih di usia Indonesia yang ke-77, meski tidak menutup mata bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang menunggu untuk diselesaikan. Semuanya merupakan hasil kerja kolektif para pendiri bangsa, pemimpin, dan rakyatnya.
Perhatian utama para rektor yang sebagian besar adalah guru besar dari berbagai kampus ini adalah pada agenda konstitusional bangsa yang akan dihadapi pada 2024, yaitu Pemilihan Umum (Pemilu). Pemilu di mata para pimpinan perguruan tinggi ini merupakan aktualisasi nilai, perjuangan kebangsaan, dan pembangunan konsensus demokrasi yang mulia.
“Jika pemilu berlangsung dengan baik dan berkualitas, maka Indonesia akan menjadi contoh negara besar yang mampu berdemokrasi secara dewasa” ujar Ova.
Seruan moral ini berisi 10 poin yang menjadi perhatian para rektor, yang dalam beberapa pekan terakhir menjadi fokus diskusi dan kajian terbatas mereka di sejumlah kampus. Antara lain mengajak seluruh kompenen bangsa untuk menjadikan pemilu sebagai media pendidikan politik membangun moralitas bangsa. Para rektor juga menyerukan kepada seluruh komponen bangsa untuk menjamin Pemilu berjalan secara partisipatif bagi seluruh bangsa Indonesia, dan tidak dimonopoli oleh segelintir elite kelompok oligarki yang mengabaikan kepentingan publik.
Pada bagian lain dari seruan moral ini, para pimpinan perguruan tinggi di Yogyakarta mengajak seluruh komponen bangsa untuk menghindari jebakan penyalahgunaan identitas dengan politisasi agama, etnis, dan ras, yang berpotensi menimbulkan konflik dan kekerasan tidak berkesudahan, yang merusak kerukunan dan persatuan bangsa.
“Kami para rektor mendesak para elite politik, penguasa ekonomi, partai politik, dan penyelenggara pemilu untuk memberikan keteladanan, berintegritas, dan bermartabat dalam berdemokrasi sesuai konstitusi,” ujar Ova.
Dari kalangan perguruan tinggi negeri, selain Rektor UGM hadir pula Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Rektor Universitas Pembangunan (UPN) Veteran. Dari kalangan perguruan tinggi swasta, hadir Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Rektor Universitas Sanata Dharma (USD), Rektor Universitas Widya Mataram (UWM), dan lain-lain.
(cip)