Profil Jenderal Gatot Subroto, Tokoh Perjuangan Militer yang Menjadi Pahlawan Nasional Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gatot Subroto , nama yang cukup familiar bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Dibalik penyematan namanya menjadi nama-nama jalan di Indonesia, Gatot Subroto merupakan seorang tokoh perjuangan Indonesia yang berstatus sebagai Jenderal .
Dikutip dari pemberitaan MPI, Jenderal TNI Anumerta Gatot Subroto didaulat sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 238 tanggal 18 Juni 1962.
Baca juga : Selalu Dipakai Nama Jalan, Ini Torehan Prestasi Jenderal TNI Gatot Subroto
Dalam riwayatnya, Jenderal Gatot Subroto merupakan putra dari Sayid Yudoyuwono dan lahir di Banyumas, Jawa Tengah pada 10 Oktober 1907. Selain itu, dia juga memiliki tujuh adik.
Beralih ke pendidikannya, Gatot Subroto pernah menimba ilmu di HIS. Setelah lulus dia sempat bekerja sebagai pegawai negeri, namun keluar karena tidak merasa cocok. Setelahnya, dia juga pernah masuk sekolah militer KNIL di Magelang.
Pada karier militernya, Gatot pernah menjadi sersan kelas II saat dikirim ke Padang Panjang sebelum akhirnya kembali mengikuti pelatihan dan pendidikan lanjutan. Menjadi serdadu KNIL membuatnya paham menjadi seorang tentara.
Saat pendudukan Jepang, Gatot Subroto mengikuti pendidikan Pembela Tanah Air(PETA), organisasi milik Jepang yang merekrut serdadu pribumi. Setelah lulus, dia menjadi komandan kompi di Banyumas sebelum akhirnya menjadi komandan batalyon.
Setelah Indonesia merdeka, pria kelahiran Banyumas ini bergabung bersama Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Kariernya di TKR terbilang cukup mentereng. Dia pernah menjadi Panglima Divisi II, Panglima Korps Polisi Militer, hingga Gubernur Militer Surakarta dan sekitarnya.
Dalam kesehariannya, Jenderal Gatot Subroto sangat peduli terhadap pribumi. Dia juga dikenal sebagai sosok pemimpin yang tegas, disiplin, dan membela kalangan yang tertindas.
Pada tahun 1948, pecah pemberontakan Madiun yang melibatkan PKI. Pemberontakan tersebut bisa diatasi oleh TKR di bawah pimpinan Gatot Subroto yang melancarkan operasi militer guna memulihkan keamanan.
Selain Pemberontakan Madiun, Gatot juga pernah berperan dalam penumpasan pemberontakan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan pimpinan Kahar Muzakar pada 1952. Tak hanya sekadar meraih kemenangan, para pemberontak pun berhasil dibujuk agar kembali ke TKR.
Baca juga : Gawat!!! Jalan Gatot Subroto Dipenuhi Ranjau Paku
Atas pencapaian tersebut, Gatot Subroto diangkat menjadi Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro.
Pada tahun 1953, sempat terjadi kericuhan di istana negara karena tuntutan rakyat yang ditolak. Dituduh sebagai dalangnya, Gatot mengundurkan diri dari jabatannya sekaligus dari dinas militernya juga.
Akan tetapi, tiga tahun berselang dia kembali aktif dan menjabat Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakil KSAD) pada 1956. Salah satu pencapaiannya adalah menumpas pemberontakan PRRI/Permesta yang ada di Sumatera dan Sulawesi Utara.
Selain itu, Jenderal Gatot Subroto juga dikenal sebagai penggagas ide pembentukan akademi militer guna membina dan melatih para perwira muda. Pada akhirnya, ide tersebut direalisasikan dengan pembentukan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada 1965.
Di akhir hidupnya, Gatot Subroto meninggal dunia pada 11 Juni 1962 karena sakit. Jenderal dengan 17 bintang jasa ini mendapat kenaikan pangkat menjadi Jenderal Anumerta.
Dikutip dari pemberitaan MPI, Jenderal TNI Anumerta Gatot Subroto didaulat sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 238 tanggal 18 Juni 1962.
Baca juga : Selalu Dipakai Nama Jalan, Ini Torehan Prestasi Jenderal TNI Gatot Subroto
Dalam riwayatnya, Jenderal Gatot Subroto merupakan putra dari Sayid Yudoyuwono dan lahir di Banyumas, Jawa Tengah pada 10 Oktober 1907. Selain itu, dia juga memiliki tujuh adik.
Beralih ke pendidikannya, Gatot Subroto pernah menimba ilmu di HIS. Setelah lulus dia sempat bekerja sebagai pegawai negeri, namun keluar karena tidak merasa cocok. Setelahnya, dia juga pernah masuk sekolah militer KNIL di Magelang.
Pada karier militernya, Gatot pernah menjadi sersan kelas II saat dikirim ke Padang Panjang sebelum akhirnya kembali mengikuti pelatihan dan pendidikan lanjutan. Menjadi serdadu KNIL membuatnya paham menjadi seorang tentara.
Saat pendudukan Jepang, Gatot Subroto mengikuti pendidikan Pembela Tanah Air(PETA), organisasi milik Jepang yang merekrut serdadu pribumi. Setelah lulus, dia menjadi komandan kompi di Banyumas sebelum akhirnya menjadi komandan batalyon.
Setelah Indonesia merdeka, pria kelahiran Banyumas ini bergabung bersama Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Kariernya di TKR terbilang cukup mentereng. Dia pernah menjadi Panglima Divisi II, Panglima Korps Polisi Militer, hingga Gubernur Militer Surakarta dan sekitarnya.
Dalam kesehariannya, Jenderal Gatot Subroto sangat peduli terhadap pribumi. Dia juga dikenal sebagai sosok pemimpin yang tegas, disiplin, dan membela kalangan yang tertindas.
Pada tahun 1948, pecah pemberontakan Madiun yang melibatkan PKI. Pemberontakan tersebut bisa diatasi oleh TKR di bawah pimpinan Gatot Subroto yang melancarkan operasi militer guna memulihkan keamanan.
Selain Pemberontakan Madiun, Gatot juga pernah berperan dalam penumpasan pemberontakan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan pimpinan Kahar Muzakar pada 1952. Tak hanya sekadar meraih kemenangan, para pemberontak pun berhasil dibujuk agar kembali ke TKR.
Baca juga : Gawat!!! Jalan Gatot Subroto Dipenuhi Ranjau Paku
Atas pencapaian tersebut, Gatot Subroto diangkat menjadi Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro.
Pada tahun 1953, sempat terjadi kericuhan di istana negara karena tuntutan rakyat yang ditolak. Dituduh sebagai dalangnya, Gatot mengundurkan diri dari jabatannya sekaligus dari dinas militernya juga.
Akan tetapi, tiga tahun berselang dia kembali aktif dan menjabat Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakil KSAD) pada 1956. Salah satu pencapaiannya adalah menumpas pemberontakan PRRI/Permesta yang ada di Sumatera dan Sulawesi Utara.
Selain itu, Jenderal Gatot Subroto juga dikenal sebagai penggagas ide pembentukan akademi militer guna membina dan melatih para perwira muda. Pada akhirnya, ide tersebut direalisasikan dengan pembentukan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada 1965.
Di akhir hidupnya, Gatot Subroto meninggal dunia pada 11 Juni 1962 karena sakit. Jenderal dengan 17 bintang jasa ini mendapat kenaikan pangkat menjadi Jenderal Anumerta.
(bim)