Mengulik Kabar Menculik Dewi, Istri Bung Karno di Tengah Badai G30S
loading...
A
A
A
JAKARTA - Upaya mengorek informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan peristiwa Gerakan 30 September (G30S) dilakukan melalui banyak cara. Pencarian dokumen terus dilakukan lewat penggerebekan pengikut gerakan tersebut. Selain itu juga lewat interogasi terhadap mereka yang ditangkap.
Seperti dikutip dari buku Memori Jenderal Yoga, Kamis (15/9/2022), tindakan pengamanan pun terus diperkuat. Kostrad yang didukung oleh pasukan RPKAD, Yon Kujang dan beberapa satuan lain tidak lagi bergerak sendiri, paling tidak adanya dukungan berbagai pihak. Maka pembersihan terhadap pengikut G30S semakin lancar.
Tidak jelas mengapa rencana yang sudah diatur sangat rahasia itu bocor. Tentu saja, info tersebut sampai kepada Presiden dengan penafsiran yang sudah keliru.
Suatu malam datang ke Kostrad beberapa orang yang mengaku sebagai utusan Presiden. Mereka mencari Yoga Sugomo dan Ali Moertopo untuk diminta menghadap Presiden. Tuduhan yang mereka lontarkan adalah, Kostrad akan menculik Dewi!
Kedatangan orang-orang tak dikenal itu disampaikan kepada Pangkostrad. Namun Keputusan dari panglima cukup tegas. "Ora usah mangkat (tidak usah berangkat)," kata Mayjen Soeharto.
Utusan tadi tidak puas dengan keputusan itu dan terus mendesak. Yoga tetap menolak. "Tidak. Kalau mau perang ya perang. Pokoknya saya tidak mau berangkat."
Utusan itu akhirnya meninggalkan halaman Kostrad. Mereka tak mau mengambil risiko bersikap keras, karena pengawalan di markas Kostrad sangat ketat.
Kostrad juga pernah menolak utusan Presiden yang lain. Ketika itu tanggal 4 Oktober datang dua orang utusan Presiden yang meminta izin untuk melihat sumur tua di Lubang Buaya. Pangkostrad tetap menolak.
"Besok saja bersama wartawan menyaksikan pengambilan jenazah."
Pada hari itu Presiden menyatakan sikapnya melalui corong RRI sebagai berikut:
1. Tuduhan bahwa AURI tersangkut dalam G30S adalah tidak benar,
2. Kepergiannya ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma pada tanggal 1 Oktober adalah atas kemauannya sendiri,
3. Semua pihak harus waspada, jangan sampai kekuatan AU dan AD diadudomba.
Seperti dikutip dari buku Memori Jenderal Yoga, Kamis (15/9/2022), tindakan pengamanan pun terus diperkuat. Kostrad yang didukung oleh pasukan RPKAD, Yon Kujang dan beberapa satuan lain tidak lagi bergerak sendiri, paling tidak adanya dukungan berbagai pihak. Maka pembersihan terhadap pengikut G30S semakin lancar.
Tidak jelas mengapa rencana yang sudah diatur sangat rahasia itu bocor. Tentu saja, info tersebut sampai kepada Presiden dengan penafsiran yang sudah keliru.
Suatu malam datang ke Kostrad beberapa orang yang mengaku sebagai utusan Presiden. Mereka mencari Yoga Sugomo dan Ali Moertopo untuk diminta menghadap Presiden. Tuduhan yang mereka lontarkan adalah, Kostrad akan menculik Dewi!
Kedatangan orang-orang tak dikenal itu disampaikan kepada Pangkostrad. Namun Keputusan dari panglima cukup tegas. "Ora usah mangkat (tidak usah berangkat)," kata Mayjen Soeharto.
Utusan tadi tidak puas dengan keputusan itu dan terus mendesak. Yoga tetap menolak. "Tidak. Kalau mau perang ya perang. Pokoknya saya tidak mau berangkat."
Utusan itu akhirnya meninggalkan halaman Kostrad. Mereka tak mau mengambil risiko bersikap keras, karena pengawalan di markas Kostrad sangat ketat.
Kostrad juga pernah menolak utusan Presiden yang lain. Ketika itu tanggal 4 Oktober datang dua orang utusan Presiden yang meminta izin untuk melihat sumur tua di Lubang Buaya. Pangkostrad tetap menolak.
"Besok saja bersama wartawan menyaksikan pengambilan jenazah."
Pada hari itu Presiden menyatakan sikapnya melalui corong RRI sebagai berikut:
1. Tuduhan bahwa AURI tersangkut dalam G30S adalah tidak benar,
2. Kepergiannya ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma pada tanggal 1 Oktober adalah atas kemauannya sendiri,
3. Semua pihak harus waspada, jangan sampai kekuatan AU dan AD diadudomba.
(maf)