Post Truth Era, Persepsi Dinilai Lebih Penting daripada Realitas

Selasa, 06 September 2022 - 00:54 WIB
loading...
Post Truth Era, Persepsi Dinilai Lebih Penting daripada Realitas
Acara Stadium General di STIS Al Wafa, Senin (5/9/2022). Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Di Indonesia, individu atau suatu instansi bisa runtuh karena isu. Beberapa instansi runtuh dan hancur lebur hanya karena isu yang belum tentu terbukti kebenarannya.

"Dalam konteks komunikasi, isu itu muncul karena persepsi dan persepsi itu lebih penting dari realitas," kata Firsan Nova, CEO Nexus RMSC, narasumber dalam acara Stadium General di STIS Al Wafa, Senin (5/9/2022).

Acara yang bertajuk The Power of Issue Industry dilaksanakan di Auditorium Utama STIS Al-Wafa dan dihadiri oleh mahasiswa di sana.

Melihat pentingnya pemahaman manajemen isu di suatu instansi, Firsan Nova mengatakan, kunci utama dalam mengelola isu adalah menciptakan public opinion/opini publik. Opini publik yang diangkat itu mengubah pikiran seseorang.

"Secara garis besar, mengganti opini publik itu lebih sulit dari pada menciptakan fakta yang sudah ada," ucap Firsan.

Saat ini, kita masuk ke dalam post truth era (matinya sebuah fakta). Semua isu biasa diserap dengan mudah tanpa adanya proses verifikasi dan itu sangat berbahaya. Dengan adanya kemudahan akses informasi melalui media online, seseorang dengan mudah membagikan isu tanpa diketahui kebenarannya.

"Post-truth era ini, seseorang dapat menentukan agenda setting atau isu yang akan disebarkan ke publik. Terciptanya agenda setting bisa menciptakan opini publik yang baru," jelas Firsan dalam acaranya di STIS Al-Wafa.

Dalam konteks isu, fakta selalu satu, tetapi cara pandang seseorang bisa berbeda. Semua itu bisa diatasi apabila kita dapat mengelola isu dengan baik. Firsan Nova menambahkan bahwa ada kunci untuk memainkan isunya.

"Cara paling mudah untuk memainkan isu adalah pilih isu yang paling menguntungkan yang dipengaruhi oleh rasa, suasana, dan kepentingan. Apabila kita tidak mudah mengubah fakta, ubah cara pandangnya," ungkapnya.

Nexus punya cara sendiri untuk menangani isu, pertama lihat content of issue, kedua source of issue, dan ketiga adalah public interest (apakah publik peduli dengan isu atau tidak).
(maf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1101 seconds (0.1#10.140)