Mengenal 3 Bersaudara Tokoh Emansipasi Wanita: RA Kartini, Rukmini, dan Kardinah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jika mendengar kata emansipasi pasti sosok Kartini yang terlintas di pikiran. Padahal, selain Kartini, terdapat dua sosok lainnya yang sama-sama ikut berjuang dalam menyetarakan hak wanita. Dialah Rukmini dan Kardinah.
Namanya nyaris terlupakan padahal jasanya besar pula bagi perempuan Indonesia. Ketiga bersaudara ini berjuang bersama dalam menggebrak dunia baru. Meski lahir dari ibu yang berbeda, ketiga bersaudara ini sangat kompak, bahkan ketiganya mendapat julukan Het Klaverblad atau Daun Semanggi.
RA Kartini
Setiap tanggal 21 April, seluruh masyarakat Indonesia memperingati hari kelahirannya. Dikenal sebagai pahlawan emansipasi, Kartini menyuarakan kesetaraan hak wanita. Raden Ajeng Kartini merupakan putri dari seorang Bupati Jepara bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan Mas Ajeng Ngasirah. Karena berasal dari keluarga bangsawan, Kartini dapat mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School. Sayang, pendidikannya harus terhenti karena harus menjalani pingit.
Melihat nasib para perempuan yang selalu terkurung dan terbelakang, timbul keinginan Kartini untuk melawan. Pada 12 November 1903, Kartini resmi menjadi menikah dengan Bupati Rembang, KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Walaupun sudah menikah, perjuangannya terus berlanjut. Beruntung, sang suami mendukung perjuangan Kartini dalam mendirikan sekolah khusus perempuan.
RA Kardinah
Kartini dan Kardinah lahir dari ibu yang sama. Kardinah merupakan adik dari RA Kartini. Saat muda, Kardinah bersama kedua saudaranya bersama-sama menyuarakan hak-hak wanita. Mereka telah melewati banyak hari bersama, terutama saat masa pingitan. Dari ketiga bersaudara tersebut, Kardinah yang pertama menikah. Dia menikah dengan Ario Reksonegoro X yang kala itu menjadi Patih Pemalang. Setelah sang suami menjadi Bupati Tegal, ia ikut diboyong ke kota itu.
Untuk melanjutkan perjuangannya, Kardinah mendirikan sekolah khusus wanita pribumi yang bernama Sekolah Kepandaian Putri Wisma Pranowo di sana. Sekolah itu mengajarkan para wanita pribumi berbagai hal seperti mengaji, membatik, bahasa belanda, dan pendidikan watak. Selain sekolah, Kardinah juga mendirikan sebuah rumah sakit yang dinamakan Rumah Sakit Kardinah dan sebuah perpustakaan bernama Panti Sastra.
RA Rukmini
Rukmini merupakan putri dari Raden Mas Ario Adipati Sosroningrat dengan Raden Ayu Moerjam. Dia merupakan adik tiri Kartini dan Kardinah. Rukmini agak berbeda dibandingkan dengan dua saudara lainnya. Rukmini mempunyai kepribadian yang lebih maskulin dan merupakan satu-satunya di antara ketiga saudara yang menikah tanpa perjodohan. Ia menikah dengan Raden Santoso.
Dalam perjuangannya, Rukmini membangun sekolah kejuruan. Hal inilah yang membedakan sekolah Rukmini dengan sekolah kedua saudaranya, di mana sekolah Rukmini lebih fokus dalam pembelajaran praktikal daripada ideal.
Selain membangun sekolah, Rukmini juga aktif dalam berbagai organisasi dan komunitas yang membela hak-hak perempuan. Pejuang wanita ini menjadi badan eksekutif dari organisasi pejuang hak pilih perempuan Eropa bernama Vereeniging voor Vrouwenkiesrecht (VVV). Bahkan, dirinya berkontribusi dalam pengajuan proposal pembangunan cabang VVV di Kudus dengan harapan perempuan pribumi bisa semaju perempuan Eropa. Selain itu, ia juga bergabung dalam Kongres Perempuan Indonesia di Yogyakarta dan dipilih menjadi perwakilan Indonesia dalam Kongres Perempuan se-Asia di Lahore, Pakistan.
Namanya nyaris terlupakan padahal jasanya besar pula bagi perempuan Indonesia. Ketiga bersaudara ini berjuang bersama dalam menggebrak dunia baru. Meski lahir dari ibu yang berbeda, ketiga bersaudara ini sangat kompak, bahkan ketiganya mendapat julukan Het Klaverblad atau Daun Semanggi.
RA Kartini
Setiap tanggal 21 April, seluruh masyarakat Indonesia memperingati hari kelahirannya. Dikenal sebagai pahlawan emansipasi, Kartini menyuarakan kesetaraan hak wanita. Raden Ajeng Kartini merupakan putri dari seorang Bupati Jepara bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan Mas Ajeng Ngasirah. Karena berasal dari keluarga bangsawan, Kartini dapat mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School. Sayang, pendidikannya harus terhenti karena harus menjalani pingit.
Melihat nasib para perempuan yang selalu terkurung dan terbelakang, timbul keinginan Kartini untuk melawan. Pada 12 November 1903, Kartini resmi menjadi menikah dengan Bupati Rembang, KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Walaupun sudah menikah, perjuangannya terus berlanjut. Beruntung, sang suami mendukung perjuangan Kartini dalam mendirikan sekolah khusus perempuan.
RA Kardinah
Kartini dan Kardinah lahir dari ibu yang sama. Kardinah merupakan adik dari RA Kartini. Saat muda, Kardinah bersama kedua saudaranya bersama-sama menyuarakan hak-hak wanita. Mereka telah melewati banyak hari bersama, terutama saat masa pingitan. Dari ketiga bersaudara tersebut, Kardinah yang pertama menikah. Dia menikah dengan Ario Reksonegoro X yang kala itu menjadi Patih Pemalang. Setelah sang suami menjadi Bupati Tegal, ia ikut diboyong ke kota itu.
Untuk melanjutkan perjuangannya, Kardinah mendirikan sekolah khusus wanita pribumi yang bernama Sekolah Kepandaian Putri Wisma Pranowo di sana. Sekolah itu mengajarkan para wanita pribumi berbagai hal seperti mengaji, membatik, bahasa belanda, dan pendidikan watak. Selain sekolah, Kardinah juga mendirikan sebuah rumah sakit yang dinamakan Rumah Sakit Kardinah dan sebuah perpustakaan bernama Panti Sastra.
RA Rukmini
Rukmini merupakan putri dari Raden Mas Ario Adipati Sosroningrat dengan Raden Ayu Moerjam. Dia merupakan adik tiri Kartini dan Kardinah. Rukmini agak berbeda dibandingkan dengan dua saudara lainnya. Rukmini mempunyai kepribadian yang lebih maskulin dan merupakan satu-satunya di antara ketiga saudara yang menikah tanpa perjodohan. Ia menikah dengan Raden Santoso.
Dalam perjuangannya, Rukmini membangun sekolah kejuruan. Hal inilah yang membedakan sekolah Rukmini dengan sekolah kedua saudaranya, di mana sekolah Rukmini lebih fokus dalam pembelajaran praktikal daripada ideal.
Selain membangun sekolah, Rukmini juga aktif dalam berbagai organisasi dan komunitas yang membela hak-hak perempuan. Pejuang wanita ini menjadi badan eksekutif dari organisasi pejuang hak pilih perempuan Eropa bernama Vereeniging voor Vrouwenkiesrecht (VVV). Bahkan, dirinya berkontribusi dalam pengajuan proposal pembangunan cabang VVV di Kudus dengan harapan perempuan pribumi bisa semaju perempuan Eropa. Selain itu, ia juga bergabung dalam Kongres Perempuan Indonesia di Yogyakarta dan dipilih menjadi perwakilan Indonesia dalam Kongres Perempuan se-Asia di Lahore, Pakistan.
(abd)