Hakteknas dan Anak Intelektual Habibie

Rabu, 10 Agustus 2022 - 11:33 WIB
loading...
A A A
Sejak 2014 sebagai pengurus Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE), saya dan kawan-kawan secara rutin diberi kesempatan untuk bertemu dengan Bapak BJ.Habibie di kediaman beliau di bilangan Kuningan Jakarta Selatan.

“IABIE adalah anak-anak intelektual saya yang merupakan SDM terbarukan berdaya saing Iptek. Mereka semua pernah saya didik dan persiapkan untuk melaksanakan transformasi teknologi dan industri bagi persada Indonesia Raya,” itulah pernyataan Pak Habibie yang sering dikemukakan terkait eksistensi IABIE.

Pak Habibie tahu bahwa segenap anggota IABIE tetap eksis dalam progress memajukan bangsa dan telah menemukan jalan masing-masing untuk mengabdikan keahlian dan kompetensinya.

Para anggota IABIE sebagian besar masih dalam arus global brain circulation. Mereka telah menjadikan pengalaman kerja di wahana transformasi teknologi dan industri baik di dalam negeri maupun di luar negeri untuk menghasilkan lompatan teknologi dan karya inovasi guna memajukan bangsa dan memecahkan masalah kebangsaan.

Seperti biasanya, sebelum memulai materi wejangannya, beliau meminta maaf pakai baju koko putih dengan syal putih (tidak seperti dress code hadirin yang pakai batik). Dia sampaikan bahwa baju putih seperti itu dipakai karena kebiasaan dulu ketika masih bersama Ibu Ainun. Setiap Jumat Pak Habibie ke masjid di dekat rumah dengan baju putih.

“Itulah contoh sebuah pembudayaan atau Erziehung dalam bahasa Jerman (Pak Habibie juga menyebutkan kata sepadannya dalam bahasa Inggris dan Belanda),” ujar Pak Habibie.

Saya jadi paham, dalam usia yang sudah lanjut beliau masih intens memikirkan masalah kebudayaan. Bahkan beliau hingga akhir hayatnya menaruh perhatian bersar terhadap kebudayan bangsa antara lain lewat berbagai forum yakni, Festival Habibie, Film Nasional yang berlatar perjuangan sosok Habibie dan istri, sejak muda belia hingga lansia.

Pak Habibie menekankan pembudayaan tidak kalah pentingnya dari pendidikan. Di lain pihak, kalau hanya pembudayaan, tapi tidak ada pendidikan, maka tidak terampil atau tidak punya skill, dan akhirnya tidak bisa memberikan nilai tambah.

“Wajah kita orang Indonesia awet muda, wajah kekanak-kanakan, tanpa jenggot lagi. Anda umur 28 tahun, bergaul dengan orang Jerman yang badannya besar-besar, paling dikira umur 19. Gimana ini orang yang baru 19 tahun-an sudah S3. Dan, mereka iri, tapi itu normal. Satu per satu mereka datang ke saya dengan pertanyaan atau permasalahan. Mereka bukan bertanya karena menghadapi masalah, tapi karena mau menguji saya, dan setelah dua bulan, mereka percaya,” ujar Pak Habibie dalam acara silaturahmi dengan anggota IABIE.

“Anda harus tahu, Anda mau ke mana, dan harus berani utk melaksanakan perubahan, dan dengan perubahan itu Anda bisa maju. Tiap perubahan biasanya bisa (salah satu dari) dua irreversible atau inpredictable,” pernyataan Pak Habibie lebih lanjut.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1351 seconds (0.1#10.140)