Perlu Upaya Konkret untuk Menciptakan Lingkungan Hijau
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menciptakan lingkungan hijau perlu upaya konkret dan konsisten, agar lingkungan yang diharapkan itu bisa terus terjaga. Hal ini dikatakan oleh CEO of Rima Ginanjar Architects, Rima Ginanjar.
Langkah konkret menurut Rima, seperti menghemat penggunaan energi, pengurangan karbon, dan efisien dalam memanfaatkan air.
"Meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi jejak karbon untuk keharmonisan manusia dengan alam lingkungannya," kata Rima dalam keterangannya, Jumat (5/8/2022).
Namun menurutnya, langkah konkret ini harus dilakukan semua pihak agar hasilnya maksimal, serta bisa menciptakan ekosistem hijau yang berkelanjutan.
"Menjadi konsep untuk keberimbangan dengan lingkungan. Hemat listrik, hemat air dan energi. Untuk jangka panjang green architects jelas unggul," ujarnya.
Hal lainnya yang disinggung Rima adalah tentang jejak karbon, menjadi tolak ukur industri apakah ramah lingkungan atau tidak. Masyarakat secara umum melihat jejak karbon yang dihasilkan oleh industri transportasi sebagai penyumbang terbesar jejak karbon.
"Namun di sisi lain dari disiplin ilmu arsitektur yang saya geluti, kontribusi emisi karbon dari gedung dan bangunan sebesar 40 persen. Tentunya ini menjadi angka yang bisa ditekan dalam konteks mengurangi jejak karbon untuk pembangunan berkelanjutan," tutupnya.
Seperti diketahui, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), melalui Komisi Brundtland pada tahun 1987 mendefiniskan pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini dengan tidak mengganggu kemampuan generasi masa depan.
Langkah konkret menurut Rima, seperti menghemat penggunaan energi, pengurangan karbon, dan efisien dalam memanfaatkan air.
"Meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi jejak karbon untuk keharmonisan manusia dengan alam lingkungannya," kata Rima dalam keterangannya, Jumat (5/8/2022).
Namun menurutnya, langkah konkret ini harus dilakukan semua pihak agar hasilnya maksimal, serta bisa menciptakan ekosistem hijau yang berkelanjutan.
"Menjadi konsep untuk keberimbangan dengan lingkungan. Hemat listrik, hemat air dan energi. Untuk jangka panjang green architects jelas unggul," ujarnya.
Hal lainnya yang disinggung Rima adalah tentang jejak karbon, menjadi tolak ukur industri apakah ramah lingkungan atau tidak. Masyarakat secara umum melihat jejak karbon yang dihasilkan oleh industri transportasi sebagai penyumbang terbesar jejak karbon.
"Namun di sisi lain dari disiplin ilmu arsitektur yang saya geluti, kontribusi emisi karbon dari gedung dan bangunan sebesar 40 persen. Tentunya ini menjadi angka yang bisa ditekan dalam konteks mengurangi jejak karbon untuk pembangunan berkelanjutan," tutupnya.
Seperti diketahui, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), melalui Komisi Brundtland pada tahun 1987 mendefiniskan pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini dengan tidak mengganggu kemampuan generasi masa depan.
(maf)