7 Habib yang Memiliki Peran dalam Kemerdekaan RI, Nomor 5 Ciptakan Mars Hari Merdeka
loading...
A
A
A
Habib Idrus merupakan tokoh pejuang di Provinsi Sulawesi Tengah di bidang pendidikan agama Islam. Ia mendirikan lembaga pendidikan Alkhairaat di Palu, Sulawesi Tengah.
Dalam buku Perguruan Islam Alkhairaat dari Masa ke Masa yang disusun Pengurus Besar Alkhairaat, Habib Idrus datang ke Indonesia pada umur 17 tahun bersama ayahnya. Tujuannya untuk mengunjungi sanak saudara yang berada di Pulau Jawa dan Sulawesi.
Kunjungan keduanya ke Indonesia pada 1922 erat kaitan dengan sikap dan perlawanan terjadap imperialis Inggirs di Hadramaut. Sejak saat itu dia menetap dan berkiprah untuk umat Islam di Indonesia.
Lembaga pendidikan Alkhairat yang didirikan, selain sebagai media dakwah Islam, uga menjadi pusat doktrinasi nilai-nilai nasionalisme. Habib Idrus wafat di Palu pada 22 Desember 1969.
3. Al Habib Salim bin Jindan
Habib Salim bin Jindan lahir di Surabaya, 7 September 1906 dari pasangan Habib Ahmad bin Al Husain dan Syarrifah Muznah binti Ali. Lahir dari keluarga ulama dan keturunan Nabi, Habib Salim sudah mendapatkan pelajaran agama sejak kecil.
Ia menimba ilmu dari sekitar 400 ulama, baik langsung maupun surat-menyurat. Habib Salim juga kerap bepergian ke pelosok untuk menimba ilmu atau berdakwah.
Selain mengajarkan ilmu kepada masyarakat, Habib Salim juga merupakan tokoh perjuangan yang berpengaruh bersam Habib Ali Alhabsyi dan Habib Ali Alathas Bungur. Ia kerap mengeluarkan kritikan serta fatwa tegas tentang antipenjajahan. Akibat fatwa-fatwanya, Habib Salim pernah ditangkap di masa penjajahan Belanda maupun Jepang. Habib Salim wafat di Jakarta, 1 Juni 1969.
4. Al Habib Syeikh Al Athas
Habib Syeikh Al Athas merupakan putra Habib Salim bin Umar bin Syekh Al-Athas yang lahir di Hadramaut, Yaman pada 1891. Saat usia 7 tahun, ia berguru kepada Habib Abdullah bin Alwi Al Athas yangmerupajan ulama kelahiran Cirebon, Jawa Barat.
Habib Syeikh belajar sepanjang siang dan malam, kecuali di hari Jumat, di Masjid Ba 'Alawi yang didirikan oleh Habib Abdullah. Bahkan ia tinggal di masjid tersebut untuk mendapatkan bimbingan langsung dalam berbagai hal, terutama terkait kemuliaan pribadi. Pada usian 12 tahun, Habib Syeikh telah menjadi seorang tahfiz Al-Qur'an.
Di usia 27 tahun, Habib Syekh berkunjung ke Indonesia, tepatnya Tegal, Jawa Tengah. Ia kemudian beliau menjalin silaturrahmi dengan para ulama, sesepuh, dan pembesar setempat, serta tokoh Alawiyyin yang ketika itu sudah banyak bermukim di Indonesia.
Dalam buku Perguruan Islam Alkhairaat dari Masa ke Masa yang disusun Pengurus Besar Alkhairaat, Habib Idrus datang ke Indonesia pada umur 17 tahun bersama ayahnya. Tujuannya untuk mengunjungi sanak saudara yang berada di Pulau Jawa dan Sulawesi.
Kunjungan keduanya ke Indonesia pada 1922 erat kaitan dengan sikap dan perlawanan terjadap imperialis Inggirs di Hadramaut. Sejak saat itu dia menetap dan berkiprah untuk umat Islam di Indonesia.
Lembaga pendidikan Alkhairat yang didirikan, selain sebagai media dakwah Islam, uga menjadi pusat doktrinasi nilai-nilai nasionalisme. Habib Idrus wafat di Palu pada 22 Desember 1969.
3. Al Habib Salim bin Jindan
Habib Salim bin Jindan lahir di Surabaya, 7 September 1906 dari pasangan Habib Ahmad bin Al Husain dan Syarrifah Muznah binti Ali. Lahir dari keluarga ulama dan keturunan Nabi, Habib Salim sudah mendapatkan pelajaran agama sejak kecil.
Ia menimba ilmu dari sekitar 400 ulama, baik langsung maupun surat-menyurat. Habib Salim juga kerap bepergian ke pelosok untuk menimba ilmu atau berdakwah.
Selain mengajarkan ilmu kepada masyarakat, Habib Salim juga merupakan tokoh perjuangan yang berpengaruh bersam Habib Ali Alhabsyi dan Habib Ali Alathas Bungur. Ia kerap mengeluarkan kritikan serta fatwa tegas tentang antipenjajahan. Akibat fatwa-fatwanya, Habib Salim pernah ditangkap di masa penjajahan Belanda maupun Jepang. Habib Salim wafat di Jakarta, 1 Juni 1969.
4. Al Habib Syeikh Al Athas
Habib Syeikh Al Athas merupakan putra Habib Salim bin Umar bin Syekh Al-Athas yang lahir di Hadramaut, Yaman pada 1891. Saat usia 7 tahun, ia berguru kepada Habib Abdullah bin Alwi Al Athas yangmerupajan ulama kelahiran Cirebon, Jawa Barat.
Habib Syeikh belajar sepanjang siang dan malam, kecuali di hari Jumat, di Masjid Ba 'Alawi yang didirikan oleh Habib Abdullah. Bahkan ia tinggal di masjid tersebut untuk mendapatkan bimbingan langsung dalam berbagai hal, terutama terkait kemuliaan pribadi. Pada usian 12 tahun, Habib Syeikh telah menjadi seorang tahfiz Al-Qur'an.
Di usia 27 tahun, Habib Syekh berkunjung ke Indonesia, tepatnya Tegal, Jawa Tengah. Ia kemudian beliau menjalin silaturrahmi dengan para ulama, sesepuh, dan pembesar setempat, serta tokoh Alawiyyin yang ketika itu sudah banyak bermukim di Indonesia.