BSKDN Kemendagri: Konsep ITKPD Upaya Wujudkan Tujuan Otonomi Daerah

Sabtu, 23 Juli 2022 - 02:10 WIB
loading...
BSKDN Kemendagri: Konsep ITKPD Upaya Wujudkan Tujuan Otonomi Daerah
Kepala Pusat Litbang Administrasi Kewilayahan, Pemerintahan Desa, dan Kependudukan, Kemendagri, Mohammad Noval. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Indeks Tata Kelola Pemerintahan Daerah (ITKPD) disebut sebagai upaya untuk memaksimalkan tujuan dari otonomi daerah. Karenanya, Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) terus menyempurnakan rancang bangun ITKPD.

Hal ini dikatakan oleh Kepala Pusat Litbang Administrasi Kewilayahan, Pemerintahan Desa, dan Kependudukan, Kemendagri, Mohammad Noval, dalam Indonesian Regional Science Association (IRSA) International Conference, di Lombok, Selasa 19 Juli 2022.

Menurut Noval, berbeda dengan indeks lainnya, sendiri menggunakan skema komposit. Skema tersebut disusun dari beragam aspek yang mewakili tidak hanya komponen input, tetapi juga proses, dan output dari pelaksanaan tata kelola pemerintah daerah (pemda).

"Dengan cara ini kita bisa menilai bagaimana kapasitas dan kualitas kebijakan daerah dalam mewujudkan tujuan dari otonomi daerah," kata Noval dalam keterangannya, Jumat (23/7/2022).

Dikatakan Noval, konsep ITKPD dibawa dalam seminar internasional agar banyak masukan dari para scientist. Harapannya agar metode indeks yang digunakan dapat didiskusikan bersama.

Noval menegaskan, ITKPD tidak akan merepotkan pemda. Hal ini karena indeks tersebut memanfaatkan data dan informasi dari indeks yang sudah tersedia di berbagai kementerian/lembaga yang tentunya sudah memenuhi kriteria.

"Jadi nanti daerah sifatnya hanya memperoleh hasil pengukuran dari ITKPD saja," pungkasnya.

Selanjutnya dari langkah tersebut, Kemendagri bersama dengan Lembaga Kemitraan/Partnership akan menyusun peta pembinaan guna meningkatkan kualitas tata kelola pemda.

Hal senada diungkapkan Tim dari Lembaga Kemitraan/Partnership, Irfani Fithria yang juga bertindak sebagai pembicara kedua dalam forum tersebut. Ia mengatakan ITKPD akan disusun sebagai alat ukur yang komprehensif.

Pasalnya, indeks tersebut merujuk pada beragam indeks yang telah ada sebelumnya, di antaranya World Governance Index dan The Berggruen Governance Index. Irfani menegaskan kedua indeks tersebut telah jamak digunakan lembaga internasional dalam mengukur kemajuan suatu negara.

"Kita pun ingin (ITKPD) lebih inklusif yang melihat bagaimana kualitas pendukung suatu daerah, kualitas tata kelolanya, hingga mencapai kualitas pembangunan. Jadi bila ada daerah yang bagus secara output, namun buruk secara input, bisa jadi daerah tersebut mengejar di sisi tata kelolanya. Ini yang ingin kita petakan," jelas irfani yang juga seorang ekonom dari Universitas Indonesia.

Sementara itu anggota Tim dari Lembaga Kemitraan/Partnership lainnya, Azizon, yang bertindak sebagai pemapar ketiga membenarkan pendapat sebelumnya. Dirinya berujar bahwa ITKPD dapat menghasilkan intervensi terbaik karena mampu memetakan kondisi terkini dari suatu daerah lewat beragam sisi.

"Namun konsep ini masih perlu review dan masukan dari para pihak," jelas pria yang juga berprofesi sebagai Peneliti Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah Universitas Indonesia.

Para peserta seminar menyambut positif konsep ITKPD. Seperti yang diutarakan Dosen Universitas Cenderawasih, Julius Ary. Menurutnya instrumen ini cukup komprehensif. "Saya ucapkan selamat, ini bagus sekali. Semoga dapat segera diterapkan," katanya.
(maf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1724 seconds (0.1#10.140)