Remaja Paham Kesehatan Reproduksi, Kepala BKKBN: Kenapa Tabu?

Sabtu, 27 Juni 2020 - 13:41 WIB
loading...
Remaja Paham Kesehatan Reproduksi, Kepala BKKBN: Kenapa Tabu?
Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo yang juga dokter Obstetri dan Ginekologi mengatakan, membicarakan kesehatan reproduksi bukan sesuatu yang tabu
A A A
JAKARTA - Menjaga kesehatan alat reproduksi bagi para remaja sangatlah penting. Namun hal ini masih dianggap tabu untuk dibicarakan. Banyak anak remaja malu untuk membicarakannya dengan orang tua mereka, atau sebaliknya orang tua yang merasa pembicaraan ini adalah pembicaraan yang tidak lazim dilakukan.

Padahal pendidikan tentang kesehatan reproduksi sangat penting untuk dilakukan sejak dini untuk mencegah terjadinya permasalahan-permasalahan yang terkait dengan alat reproduksi pada remaja. Hal ini dilakukan demi masa depan para remaja itu sendiri.

Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo yang juga dokter Obstetri dan Ginekologi (Kebidanan dan Kandungan) mengatakan, membicarakan kesehatan reproduksi bukan sesuatu yang tabu, karena ini menyangkut kesehatan kita semua. "Kesehatan reproduksi ini bisa diberikan di sekolah-sekolah, tidak harus dengan menunjukkan alat kelaminnya langsung tetapi bisa dengan melalui animasi atau bisa dengan membuat dokumenter yang singkat tetapi jelas dan tidak perlu ditampakkan alat kelamin," tegas Hasto dalam workshop daring bertajuk 'Peran Penting Pendidik Sebaya dalam Menjalankan Kegiatan di Masa Pandemi dan New Normal', Jumat (26/6/2020).

Pendidikan kesehatan reproduksi sejak dini dapat menjaga diri para remaja dalam pergaulan bebas, lebih aware dengan perubahan pada dirinya dan juga dapat mendeteksi kelainan pada tubuhnya lebih dini.

Menurut Hasto, ketika ada seorang anak laki-laki yang masih kecil lalu testisnya ternyata tidak turun hal tersebut sebenarnya bisa menyebabkan kanker nantinya. "Gimana solusinya? Yaitu dioperasi, testis yang jadi kanker akan diangkat serta yang sehat tidak diapa-apakan. Begitupun dengan gondongan apabila menjangkit anak laki-laki akan mempengaruhi spermanya kelak. Begitupun dengan anak perempuan, jika diumur 12 tahun blm menstruasi kita lihat apakah sudah ada bulu diketiak atau belum, payudaranya sudah tumbuh atau belum. Jika belum, kita tunggu sampai usia 16 tahun, jika masih belum ada tanda-tanda maka harus ke dokter untuk periksa kromosom karena ditakutkan ada kelainan,” papar Hasto.

BKKBN selalu melakukan terobosan-terobosan untuk mendekati para remaja terkait ketahanan remaja. Melalui program Generasi Berencana (GenRe) BKKBN mengembangkan ketahanan remaja di dalamnya. Program GenRe adalah (1) program yang dikembangkan dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja melalui pemahaman tentang Pendewasaan Usia Perkawinan sehingga mereka mampu melangsungkan jenjang pendidikan secara terencana, berkarir dalam pekerjaan secara terencana, serta menikah dengan penuh perencanaan sesuai siklus kesehatan reproduksi; (2) GenRe program yang mengedepankan pembentukan karakter bangsa di kalangan generasi muda; (3) GenRe merupakan wadah untuk mengembangkan karakter bangsa karena mengajarkan remaja untuk menjauhi Pernikahan Dini, Seks Pranikah dan Napza guna menjadi remaja tangguh dan dapat berkontribusi dalam pembangunan serta berguna bagi nusa dan bangsa.

Program GenRe dilakukan dengan pendekatan langsung terhadap remaja serta orang tua yang memiliki anak remaja. Pendekatan kepada remaja dilakukan melalui pengembangan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja). Saat ini PIK Remaja berjumlah sekitar 23.579 tersebar di 34 Provinsi. PIK Remaja diharapkan menjadi wadah bagi remaja untuk berkumpul, berbagi cerita, berkreatifitas dan saling tukar informasi dengan teman sebaya mereka.

Menurut Rosalina Verauli, anak usia 12-13 tahun adalah puncak-puncaknya pubertas, di mana para remaja berubah cara berfikirnya, cara pandang, apa yang mereka lakukan seolah sangat penting, mudah emosi dan cenderung menjauh dari orang dewasa dan orang tua.

"PIK Remaja menjadi wadah untuk para remaja bercerita kepada pendidik sebayanya, kalau mereka konsultasi di psikolog, kami hanya bisa memberi simpati tapi tidak empati, berbeda dengan pendidik sebaya yang bisa menempatkan diri di posisi mereka bisa memberikan simpati dan juga empati,” kata Rosalina.

Berdasarkan data BPS tahun 2020, jumlah penduduk Indonesia tahun 2019 sebesar 268.074.600 jiwa dengan jumlah remaja sebesar 67.268.900 jiwa. Ini berarti bahwa jumlah remaja sebesar 25.09 persen dari total jumlah penduduk Indonesia (BPS, 2020).

Dalam rangka meningkatkan promosi program ketahanan remaja tersebut perlu dilaksanakan kegiatan dalam berbagai momentum strategis sehingga program remaja dapat lebih dikenal dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan remaja. Salah satu Momentum strategis tersebut adalah Festival GenRe melalui Kegiatan Hari Keluarga Nasional yang di peringati setiap tanggal 29 Juni.

Tema harganas tahun ini adalah 'BKKBN baru dengan cara baru dan semangat baru hadir di keluargamu,” jelas Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN, M.Yani saat memberikan sambutan pengantar.
(ars)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1659 seconds (0.1#10.140)