PBNU Sebut RUU HIP Ibarat Membuka Kotak Pandora

Jum'at, 26 Juni 2020 - 20:12 WIB
loading...
PBNU Sebut RUU HIP Ibarat...
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU, Helmy Faishal Zaini mengutip pernyataan Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bahwa dalam sejarah bangsa dan negara itu akan selalu muncul perdebatan tentang bagaimana meletakkan relasi agama dan negara. Foto/SIN
A A A
JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menilai bahwa pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) adalah sesuatu yang tidak perlu dilakukan. Karena, membahas RUU HIP ibarat membuka kotak pandora yang tidak akan bisa ditutup kembali. Terlebih saat ini, perdebatan antar-ideologi tengah memanas.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU, Helmy Faishal Zaini mengutip pernyataan Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bahwa dalam sejarah bangsa dan negara itu akan selalu muncul perdebatan tentang bagaimana meletakkan relasi agama dan negara. Gus Dur pun menyebut ada tiga paradigma yang dalam perkembangan sejarah selalu terjadi tarik menarik. (Baca juga: Muhammadiyah Ingatkan Adanya Upaya Pengusulan RUU Lain yang Serupa HIP)

“Pertama paradigma yang disebut universalistik, hubungan negara dan agama sama. Kedua adalah pandangan yang sekularistik, yang memandang bahwa tidak ada hubungan antara agama dan negara, itu adalah negara-negara sekuler. Yang ketiga adalah apa yang disebut sebagai satu paradigma simbiotik yang meletakkan hubungan negara dan agama ini secara berkesesuaian,” ujar Helmy dalam webinar Partai Demokrat yang bertajuk “Agama dan Pancasila dalam Merawat Ke-Indonesiaan: Bedah RUU HIP”, Jumat (26/6/2020).

Terkait RUU HIP, lanjut Helmy, PBNU telah menegaskan bahwa Indonesia bukan negara agama tetapi juga bukan negara sekuler. Jika melihat dokumen historis pidato Bung Karno 1 Juni 1945, dia menyitir Ernest Renan bahwa lahirnya sebuah bangsa itu karena adanya kehendak untuk bersatu. Bagaimana mempersatukan perbedaan etnisitas, agama, ras, golongan, bahkan juga agama. Tentu ini jadi sesuatu yang tidak mudah.

“Maka proses lahirnya Pancasila luar biasa panjang sekali setelah pidato 1 Juni lahir Piagam Jakarta oleh BPUPKI, kemudian ketika itu masih terjadi perdebatan, terutama ancaman dari Indonesia timur kalau Piagam Jakarta diterapkan maka masyarakat Indonesia timur menyatakan tidak ikut dengan negara Indonesia,” terangnya.

“Akhirnya atas peran dan jasa KH Wahid Hasyim yang mengambil jalan tengah dengan menjadikan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai bagian dari menghapus 7 kata di Piagam Jakarta, maka ini jadi konsensus bersama. Maka bagi NU, Pancasila itu titik temu dari berbagai macam perbedaan,” jelas Helmy.

Karena itu, kata Helmy, PBNU sepakat dengan Ketum Demokrat agar sebaiknya bangsa Indonesia menyatukan energi untuk menghadapi pandemi COVID-19. Sejujurnya, Indonesia sesungguhnya belum siap memasuki era normal baru. Tapi, karena mempertimbangkan banyak hal dan jika terlalu sering di rumah maka ekonomi Indonesia ini akan hancur. Kalaupun terlalu sembrono, saat keluar bisa mati karena tertular COVID-19.

“Maka upaya pemerintah untuk normal baru ini bukan berarti kita sudah bebas untuk kegiatan di luar tapi, kita bersama-sama melaksanakan protokol kesehatan dengan baik,” imbuhnya.

Helmy berpandangan dengan membahas RUU HIP ini ibarat membuka kotak pandora yang bisa dibuka tapi tidak bisa ditutup kembali. Apalagi melihat di tengah situasi politik hari ini muncul perdebatan antarideologi yang akan melelahkan. (Baca: Tak Ingin Pancasila Dilemahkan, Mulyadi : Demokrat Konsisten Tolak RUU HIP)

“Kami berharap Partai Demokrat ikut memperjuangkan bersama-sama, sudahlah perjuangan terhadap RUU HIP ini kita selesaikan, kita drop untuk menyongsong era baru yaitu membangun kebersamaan dan kebersatuan kita untuk menghadapi tantangan yang tidak mudah ini,” tutupnya.
(kri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
PBNU Ajak Nahdliyin...
PBNU Ajak Nahdliyin Tak Terprovokasi Polemik Fuad Plered
Polemik Fuad Plered...
Polemik Fuad Plered dan Habaib, Ketua PBNU Minta Semua Pihak Menahan Diri
Sinergi PBNU-Polri Wujudkan...
Sinergi PBNU-Polri Wujudkan Mudik Aman dan Nyaman bagi Warga NU
NU Care-Lazisnu PBNU...
NU Care-Lazisnu PBNU Perkuat Pendidikan Inklusif lewat Pelatihan Guru Al-Qur'an Bahasa Isyarat
PBNU Mohon Doa untuk...
PBNU Mohon Doa untuk Kesembuhan KH Said Aqil Siroj
Gencarkan Syiar, PBNU...
Gencarkan Syiar, PBNU Kirim Dai ke 8 Negara dan Pelosok Indonesia
GP Ansor Gandeng LPDB-UMKM...
GP Ansor Gandeng LPDB-UMKM Gerakkan Kemandirian Ekonomi lewat Koperasi
Kongres: Jembatan Hati...
Kongres: Jembatan Hati Kader Muslimat
Perkuat Kelembagaan,...
Perkuat Kelembagaan, BPKH Jalin Sinergi dengan PBNU
Rekomendasi
Dirlantas Polda Metro...
Dirlantas Polda Metro Jaya Evaluasi Penerapan Tilang ETLE untuk Ambulans
Dokter Kandungan di...
Dokter Kandungan di Garut Lecehkan Pasien Hamil, Menteri HAM Perintahkan Stafnya ke Lokasi
MNC Pictures Mempersembahkan...
MNC Pictures Mempersembahkan Sinetron Kau Ditakdirkan Untukku: Kisah Cinta yang Tertahan oleh Luka dan Rahasia
Berita Terkini
Menko Polkam Ungkap...
Menko Polkam Ungkap Hasil Kunjungan Presiden Prabowo ke Timur Tengah dan Turki
51 menit yang lalu
Profil Ali Muhtarom,...
Profil Ali Muhtarom, Hakim Sidang Perkara Tom Lembong yang Jadi Tersangka Suap CPO
2 jam yang lalu
Ratusan Sekolah Anggota...
Ratusan Sekolah Anggota JSIT Indonesia Gelar Aksi Bersama Boikot Produk Pro Zionis
3 jam yang lalu
Akhiri Kunjungan ke...
Akhiri Kunjungan ke Yordania, Prabowo Kembali ke Tanah Air
3 jam yang lalu
BPKH Serahkan Uang Tunai...
BPKH Serahkan Uang Tunai untuk Living Cost Jemaah Haji 2025 Sebesar Rp3.187.500
4 jam yang lalu
Momen Presiden Prabowo...
Momen Presiden Prabowo Diantar Pangeran Ghazi usai Lawatan di Yordania
4 jam yang lalu
Infografis
Miliarder Elon Musk...
Miliarder Elon Musk Sebut Amerika Serikat sedang Menuju Bangkrut
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved