Kisah Jenderal Hoegeng, Lolos dari Berondongan Sniper hingga Pura-pura Jadi Monyet
loading...
A
A
A
Seorang pengusaha itu mengaku sebagai ketua "Panitia Selamat Datang", panitia yang khusus dibentuk oleh sejumlah pengusaha Medan untuk menyambut kedatangan Hoegeng. Pengusaha itu memberitahukan bahwa mereka sudah menyediakan rumah dan kendaraan untuk Hoegeng dan keluarganya selama bertugas di Medan.
Bahkan, para panitia penyambutan sudah menyiapkan sebuah hotel untuk Hoegeng dan keluarga. Namun, Hoegeng menolak secara halus dengan menyatakan supaya barang tersebut disimpan saja dulu.
Demikian juga tawaran mengantarnya ke sebuah hotel. Kata Hoegeng kala itu, jika memang diperlukan, dia akan segera menghubungi. Kemudian, pengusaha itu menitipkan kartu nama.
Disaksikan Presiden Soekarno, Hoegeng menandatangani SK sebagai Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet di Istana Negara pada 27 Maret 1966. Foto: Dok.Keluarga Hoegeng
Hoegeng juga menceritakan tentang hal yang sama kepada Soedharto Martopoespito atau Dharto, yang pernah menjadi Sekretaris Hoegeng saat menjabat Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet pada periode Maret 1966 hingga Juli 1966. Hoegeng sebagai polisi tetap bersikap profesional dan menjaga integritas.
Saat tiba di rumah dinasnya, Jalan A. Rivai, Medan, Hoegeng mendapat kiriman sejumlah barang perabotan rumah tangga seperti mesin cuci, kulkas, mesin jahit dari para pengusaha Medan. Berbagai perabotan itu sudah ada di dalam rumah dinasnya.
Awalnya, Hoegeng menolak secara halus agar si pengirim barang segera mengambilnya kembali barang-barang tersebut. Jika tidak diambil, Hoegeng akan mengeluarkannya dari rumah.
Si pengusaha tetap bersikeras tak mau mengambilnya. Hoegeng pun mengancam akan mengeluarkannya. Akhirnya, Hoegeng mengeluarkan sendiri barang-barang tersebut karena tak diambil juga oleh pengusaha.
Bahkan, para panitia penyambutan sudah menyiapkan sebuah hotel untuk Hoegeng dan keluarga. Namun, Hoegeng menolak secara halus dengan menyatakan supaya barang tersebut disimpan saja dulu.
Demikian juga tawaran mengantarnya ke sebuah hotel. Kata Hoegeng kala itu, jika memang diperlukan, dia akan segera menghubungi. Kemudian, pengusaha itu menitipkan kartu nama.
Disaksikan Presiden Soekarno, Hoegeng menandatangani SK sebagai Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet di Istana Negara pada 27 Maret 1966. Foto: Dok.Keluarga Hoegeng
Hoegeng juga menceritakan tentang hal yang sama kepada Soedharto Martopoespito atau Dharto, yang pernah menjadi Sekretaris Hoegeng saat menjabat Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet pada periode Maret 1966 hingga Juli 1966. Hoegeng sebagai polisi tetap bersikap profesional dan menjaga integritas.
Saat tiba di rumah dinasnya, Jalan A. Rivai, Medan, Hoegeng mendapat kiriman sejumlah barang perabotan rumah tangga seperti mesin cuci, kulkas, mesin jahit dari para pengusaha Medan. Berbagai perabotan itu sudah ada di dalam rumah dinasnya.
Awalnya, Hoegeng menolak secara halus agar si pengirim barang segera mengambilnya kembali barang-barang tersebut. Jika tidak diambil, Hoegeng akan mengeluarkannya dari rumah.
Si pengusaha tetap bersikeras tak mau mengambilnya. Hoegeng pun mengancam akan mengeluarkannya. Akhirnya, Hoegeng mengeluarkan sendiri barang-barang tersebut karena tak diambil juga oleh pengusaha.