Tiga Tempat Ini Berpotensi Menjadi Titik Sebaran Baru COVID-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Juru Bicara Pemerintah Penanganan virus Corona (COVID-19), Achmad Yurianto mengatakan di era adaptasi kebiasaan baru ini ada beberapa titik yang berpotensi untuk bisa menjadi tempat sebaran baru COVID-19. Hal ini berdasarkan riset dan sebuah kajian para ahli.
“Kembali kami ingatkan bahwa menjaga jarak ini menjadi kunci di samping menggunakan masker. Ada beberapa hal yang beberapa ahli sudah mulai melakukan sebuah riset, sebuah kajian, bahwa di era adaptasi kebiasaan baru, ada beberapa titik yang berpotensi bisa menjadi tempat sebaran baru. Yang pertama adalah ruang kantor,” ujar Yuri di Media Center Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19 Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Jumat (26/6/2020). (Baca juga: Update Corona: Kasus Positif Bertambah 1.240 Menjadi 51.427 Orang)
Yuri mengatakan kegiatan di perkantoran harus mencermati jumlah orang serta menjaga jarak 1,5 meter. Termasuk memastikan tidak terjadi kontak fisik yang lama antar pegawai karena berpotensi penularan COVID-19.
“Beberapa hal yang harus kita cermati, yang pertama, tentang pengisian ruang dengan jumlah orang untuk meyakinkan bahwa setiap pekerja di kantor itu bisa menjaga jarak setidaknya 1,5 meter satu dengan yang lain. Kemudian yang kedua, dipastikan kontak yang lama ini akan berpeluang untuk terjadinya penularan. Karena itu, menjaga jarak dan tetap menggunakan masker sepanjang di ruang pekerjaan menjadi sesuatu yang mutlak kita lakukan,” jelas Yuri.
“Kemudian mengatur sirkulasi udara, diupayakan menggunakan pendingin udara diawali sebisanya tidak sepanjang waktu, mungkin dimulai pada jam tertentu dan diupayakan juga setiap hari udara diganti dengan udara segar yang berasal dari luar, tentu ini dipengaruhi desain kantor. Upaya itu bisa kita lakukan termasuk ruangan di rumah,” papar Yuri.
Kedua, tempat yang berpotensi menjadi penularan baru adalah rumah makan. “Dengan kapasitas yang kemudian harus kita batasi, sering kali disiplin ini tidak bisa dipenuhi. Sehingga jarak satu dengan yang lain tidak bisa dijaga untuk lebih dari 1,5 meter. Ini adalah sesuatu yang harus kita perhatikan,” kata Yuri.
Ketiga adalah transportasi. Yuri mengatakan di moda transportasi masih menjadi tempat yang berpotensi tinggi penularan COVID-19. “Ketiga, yang memiliki juga potensi untuk terjadinya penularan adalah di sarana transportasi massal,” ucapnya.
“Pemerintah sudah mengantisipasi untuk moda transportasi commuter dengan membagi beban penumpang pada dua waktu yang beda, beberapa saat yang lalu sesuai surat edaran kita membagi jam mulai bekerja di dua gelombang, pukul 07.00-07.30 WIB dan 10.00-10.30 WIB. Ini dimaksudkan untuk memastikan kapasitas commuter bisa diisi memenuhi prasyarat aman untuk menjaga jarak,” jelas Yuri.
Yuri pun mengingatkan agar mentaati protokol kesehatan dengan baik. Dia menambahkan keluar rumah hanya untuk melaksanakan produktivitas untuk untuk kepentingan lain yang tidak perlu. (Baca: Positif Covid-19 Menjadi 50.187, Jawa Timur Sumbang Kasus Baru Terbanyak)
“Mari kita kembali aktif untuk hal yang produktif namun mutlak syaratnya harus aman, harus mampu menjalankan protokol kesehatan dengan baik. Ini harus kita maknai bersama bahwa aktivitas di luar rumah semata-mata hanya untuk kepentingan produktivitas kita, bukan berarti kepentingan-kepentingan yang bisa ditunda yang tidak perlu dilakukan masih kita paksakan untuk kita lakukan,” tegas Yuri.
“Kembali kami ingatkan bahwa menjaga jarak ini menjadi kunci di samping menggunakan masker. Ada beberapa hal yang beberapa ahli sudah mulai melakukan sebuah riset, sebuah kajian, bahwa di era adaptasi kebiasaan baru, ada beberapa titik yang berpotensi bisa menjadi tempat sebaran baru. Yang pertama adalah ruang kantor,” ujar Yuri di Media Center Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19 Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Jumat (26/6/2020). (Baca juga: Update Corona: Kasus Positif Bertambah 1.240 Menjadi 51.427 Orang)
Yuri mengatakan kegiatan di perkantoran harus mencermati jumlah orang serta menjaga jarak 1,5 meter. Termasuk memastikan tidak terjadi kontak fisik yang lama antar pegawai karena berpotensi penularan COVID-19.
“Beberapa hal yang harus kita cermati, yang pertama, tentang pengisian ruang dengan jumlah orang untuk meyakinkan bahwa setiap pekerja di kantor itu bisa menjaga jarak setidaknya 1,5 meter satu dengan yang lain. Kemudian yang kedua, dipastikan kontak yang lama ini akan berpeluang untuk terjadinya penularan. Karena itu, menjaga jarak dan tetap menggunakan masker sepanjang di ruang pekerjaan menjadi sesuatu yang mutlak kita lakukan,” jelas Yuri.
“Kemudian mengatur sirkulasi udara, diupayakan menggunakan pendingin udara diawali sebisanya tidak sepanjang waktu, mungkin dimulai pada jam tertentu dan diupayakan juga setiap hari udara diganti dengan udara segar yang berasal dari luar, tentu ini dipengaruhi desain kantor. Upaya itu bisa kita lakukan termasuk ruangan di rumah,” papar Yuri.
Kedua, tempat yang berpotensi menjadi penularan baru adalah rumah makan. “Dengan kapasitas yang kemudian harus kita batasi, sering kali disiplin ini tidak bisa dipenuhi. Sehingga jarak satu dengan yang lain tidak bisa dijaga untuk lebih dari 1,5 meter. Ini adalah sesuatu yang harus kita perhatikan,” kata Yuri.
Ketiga adalah transportasi. Yuri mengatakan di moda transportasi masih menjadi tempat yang berpotensi tinggi penularan COVID-19. “Ketiga, yang memiliki juga potensi untuk terjadinya penularan adalah di sarana transportasi massal,” ucapnya.
“Pemerintah sudah mengantisipasi untuk moda transportasi commuter dengan membagi beban penumpang pada dua waktu yang beda, beberapa saat yang lalu sesuai surat edaran kita membagi jam mulai bekerja di dua gelombang, pukul 07.00-07.30 WIB dan 10.00-10.30 WIB. Ini dimaksudkan untuk memastikan kapasitas commuter bisa diisi memenuhi prasyarat aman untuk menjaga jarak,” jelas Yuri.
Yuri pun mengingatkan agar mentaati protokol kesehatan dengan baik. Dia menambahkan keluar rumah hanya untuk melaksanakan produktivitas untuk untuk kepentingan lain yang tidak perlu. (Baca: Positif Covid-19 Menjadi 50.187, Jawa Timur Sumbang Kasus Baru Terbanyak)
“Mari kita kembali aktif untuk hal yang produktif namun mutlak syaratnya harus aman, harus mampu menjalankan protokol kesehatan dengan baik. Ini harus kita maknai bersama bahwa aktivitas di luar rumah semata-mata hanya untuk kepentingan produktivitas kita, bukan berarti kepentingan-kepentingan yang bisa ditunda yang tidak perlu dilakukan masih kita paksakan untuk kita lakukan,” tegas Yuri.
(kri)