Presidensi G20: Gagasan Kebijakan Exit Strategy dalam Pemulihan Ekonomi Global
loading...
A
A
A
Aurelia Abida Kurniawan
Mahasiswa Prodi Hubungan Internasional
Universitas Muhammadiyah Malang
KOMPLEKSITAS dunia pascapandemi Covid-19 yang kurang lebih melanda umat manusia dua tahun belakangan ini menimbulkan luka dalam dan memar bagi seluruh negara. Bukan hanya kehilangan sebagian dari penduduknya tetapi juga kehilangan berbagai aspek penyokong negara salah satunya sektor perekonomian.
Kondisi ini menimbulkan krisis multi-dimensional yang dihadapi seluruh negara di dunia. Pandemi juga menghambat upaya dan progres kerja dari negara mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs). Terutama negara berkembang dan miskin semakin kesusahan untuk memulihkan kondisi negaranya.
Indonesia yang pada saat itu kasus penyebaran Covid-19 peringkat keempat terbesar di dunia membuat kondisi domestik juga terdampak. Namun Indonesia segera bangkit dengan melakukan upaya-upaya seperti diplomasi kesehatan untuk vaksinasi dan juga bantuan dari WHO.
Dalam rapat petinggi ASEAN, Indonesia dinilai berhasil menghadapi pandemi dari sisi ekonomi, perlindungan terhadap masyarakat, dan pengelolaan tata keuangan negara. Hal ini dikarenakan Indonesia lebih dulu menerapkan Exit Strategy untuk memulihkan perekonomiannya.
Melihat kondisi tersebut, Indonesia yang menjadi tuan rumah G20 memiliki kesempatan yang besar untuk menyiapkan sebuah agenda besar. Tujuannya menciptakan sebuah kebijakan baru untuk menanggulangi krisis ekonomi global agar memberikan dampak positif pada kepentingan Indonesia dan seluruh negara.
G20 merupakan sebuah forum internasional yang fokus pada koordinasi kebijakan di bidang ekonomi dan pembangunan. Anggota-anggota G20 terdiri atas 19 negara dan satu kawasan yaitu Uni Eropa (UE). Rangkaian dari agenda pertemuan Presidensi G20 Indonesia mengusung tiga tema besar yaitu pertama kesehatan, ekonomi, dan energi terbarukan.
Dengan ini, Indonesia menggagaskan Exit Strategy untuk menjadi kebijakan ekonomi yang diterapkan negara-negara di dunia. Exit Strategy merupakan pendekatan untuk menyelesaikan situasi dengan memaksimalkan keuntungan dan meminimalisir kerugian.
Indonesia memiliki peranan sebagai bridge builder antara negara berkembang dengan maju disertai kolaborasi dengan aktor non-negara lainnya dengan tujuan mendapat hasil konkret. Yakni mengedepankan prinsip inklusif di forum internasional.
Upaya pemulihan ekonomi global merupakan peluang juga tantangan Indonesia dalam meng-take over peranan intermestiknya di panggung internasional. Indonesia akan menjadi penentu arah serta bagaimana birokrasi lembaga perekonomian dunia melalui kebijakan yang diciptakan dengan memperhatinkan keseimbangan negara berkembang dengan maju.
Kepala Departemen Pengelolaan Devisa Bank Indonesia, Rudy B. Hutabarat mengatakan perlunya diskusi lebih lanjut mengenai penerapan Exit Strategy untuk pertimbangan dari adanya kondisi perbedaan antanegara anggota dan mitra. Tujuannya untuk harmonisasi divergensi dari adanya kebijakan global untuk mencapai target dari Forum G20 ini yang bertemakan Recover Together and Recover Stronger.
Diskusi yang akan dibahas akan lebih fokus pada antisipasi-antisipasi dalam kebijakan Exit Strategy untuk meminimalisir dampak negatif dikemudian hari. Melihat hal tersebut, dapat dikatakan bahwa gagasan kebijakan Indonesia yang paling relatif dan kredibel untuk di implementasikan oleh seluruh negara di dunia.
Mahasiswa Prodi Hubungan Internasional
Universitas Muhammadiyah Malang
KOMPLEKSITAS dunia pascapandemi Covid-19 yang kurang lebih melanda umat manusia dua tahun belakangan ini menimbulkan luka dalam dan memar bagi seluruh negara. Bukan hanya kehilangan sebagian dari penduduknya tetapi juga kehilangan berbagai aspek penyokong negara salah satunya sektor perekonomian.
Kondisi ini menimbulkan krisis multi-dimensional yang dihadapi seluruh negara di dunia. Pandemi juga menghambat upaya dan progres kerja dari negara mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs). Terutama negara berkembang dan miskin semakin kesusahan untuk memulihkan kondisi negaranya.
Indonesia yang pada saat itu kasus penyebaran Covid-19 peringkat keempat terbesar di dunia membuat kondisi domestik juga terdampak. Namun Indonesia segera bangkit dengan melakukan upaya-upaya seperti diplomasi kesehatan untuk vaksinasi dan juga bantuan dari WHO.
Dalam rapat petinggi ASEAN, Indonesia dinilai berhasil menghadapi pandemi dari sisi ekonomi, perlindungan terhadap masyarakat, dan pengelolaan tata keuangan negara. Hal ini dikarenakan Indonesia lebih dulu menerapkan Exit Strategy untuk memulihkan perekonomiannya.
Melihat kondisi tersebut, Indonesia yang menjadi tuan rumah G20 memiliki kesempatan yang besar untuk menyiapkan sebuah agenda besar. Tujuannya menciptakan sebuah kebijakan baru untuk menanggulangi krisis ekonomi global agar memberikan dampak positif pada kepentingan Indonesia dan seluruh negara.
G20 merupakan sebuah forum internasional yang fokus pada koordinasi kebijakan di bidang ekonomi dan pembangunan. Anggota-anggota G20 terdiri atas 19 negara dan satu kawasan yaitu Uni Eropa (UE). Rangkaian dari agenda pertemuan Presidensi G20 Indonesia mengusung tiga tema besar yaitu pertama kesehatan, ekonomi, dan energi terbarukan.
Dengan ini, Indonesia menggagaskan Exit Strategy untuk menjadi kebijakan ekonomi yang diterapkan negara-negara di dunia. Exit Strategy merupakan pendekatan untuk menyelesaikan situasi dengan memaksimalkan keuntungan dan meminimalisir kerugian.
Indonesia memiliki peranan sebagai bridge builder antara negara berkembang dengan maju disertai kolaborasi dengan aktor non-negara lainnya dengan tujuan mendapat hasil konkret. Yakni mengedepankan prinsip inklusif di forum internasional.
Upaya pemulihan ekonomi global merupakan peluang juga tantangan Indonesia dalam meng-take over peranan intermestiknya di panggung internasional. Indonesia akan menjadi penentu arah serta bagaimana birokrasi lembaga perekonomian dunia melalui kebijakan yang diciptakan dengan memperhatinkan keseimbangan negara berkembang dengan maju.
Kepala Departemen Pengelolaan Devisa Bank Indonesia, Rudy B. Hutabarat mengatakan perlunya diskusi lebih lanjut mengenai penerapan Exit Strategy untuk pertimbangan dari adanya kondisi perbedaan antanegara anggota dan mitra. Tujuannya untuk harmonisasi divergensi dari adanya kebijakan global untuk mencapai target dari Forum G20 ini yang bertemakan Recover Together and Recover Stronger.
Diskusi yang akan dibahas akan lebih fokus pada antisipasi-antisipasi dalam kebijakan Exit Strategy untuk meminimalisir dampak negatif dikemudian hari. Melihat hal tersebut, dapat dikatakan bahwa gagasan kebijakan Indonesia yang paling relatif dan kredibel untuk di implementasikan oleh seluruh negara di dunia.
(poe)