Perkembangan Nasionalisme di Indonesia: Era Boedi Oetomo hingga Reformasi

Jum'at, 17 Juni 2022 - 04:30 WIB
loading...
Perkembangan Nasionalisme di Indonesia: Era Boedi Oetomo hingga Reformasi
Perkembangan Nasionalisme di Indonesia: Era Boedi Oetomo hingga Reformasi. Mahasiswa dan aktivis melakukan Tabur Bunga Peringatan 24 Tahun Tragedi Trisakti di Tugu Reformasi, Universitas Trisakti, Jakarta, Jumat (13/5/2022). Foto/Dok SINDOnews
A A A
JAKARTA - Perkembangan nasionalisme di Indonesia penting untuk kita ketahui. Ada proses panjang dalam perkembangan nasionalisme di Indonesia tersebut.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nasionalisme berarti paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri; sifat kenasionalan. Selain itu nasionalime juga bermakna kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; semangat kebangsaan.

Nasionalisme di Indonesia tumbuh dan berkembang melalui proses sejarah yang panjang. Ketika Indonesia dijajah, kondisi tersebut membangkitkan rasa nasionalisme pada masyarakat, sehingga mampu menciptakan negara yang merdeka.



Nasionalisme di Indonesia muncul dan berkembang dalam beberapa fase. Dikutip dari Nasionalisme, Bahan Ajar Latsar Gol III Angkatan ke-37 Pusat Pendidikan dan Pelatihan BPS 2019, diakses Kamis, 16 Juni 2022, ada lima fase nasionalisme. Berikut ini uraiannya:

Fase Pertama
Fase pertama diawali dengan terbentuknya organisasi pergerakan nasional. Salah satu organisasi dalam gerakan kebangkitan nasional adalah Boedi Oetomo. Boedi Oetomo merupakan organisasi yang terbentuk pada 20 Mei 1908. Organisasi ini didirikan oleh Dr Soetomo serta para mahasiswa kedokteran STOVIA. Diketahui, School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) adalah sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di Batavia pada zaman kolonial Hindia Belanda.

Boedi Oetomo mempunyai program yang mengusahakan perbaikan pendidikan dan pengajaran yang bersifat sosial. Hal ini karena pada saat itu Belanda masih melarang organisasi politik di Indonesia. Kelahiran organisasi Boedi Utomo ini diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Fase Kedua
Fase kedua kebangkitan nasionalisme ditandai dengan adanya Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Pada masa ini, mulai ada kesadaran untuk menyatukan negara, bangsa, dan bahasa ke dalam satu negara, bangsa, dan bahasa Indonesia.

Diketahui, pada 1928, Belanda berhasil menyebarkan perpecahan dengan munculnya perkumpulan kedaerahan, seperti Jong Celebes, Jong Jawa, dan lain-lain. Hal ini memicu tokoh Indonesia untuk menjebol perkumpulan kedaerahan. Hingga akhirnya pada 28 Oktober 1928 dikumandangkan Sumpah Pemuda.

Fase Ketiga
Pada fase ketiga, Indonesia memasuki masa revolusi fisik kemerdekaan. Salah satu peran nyata pemuda Indonesia tampak saat menculik Soekarno-Hatta dan dibawa ke Rengasdengklok. Mereka mendesak agar para pemimpin bangsa dapat segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Para pemuda ini bersemangat dalam mewujudkan nation state yang berdaulat dalam kerangka kemerdekaan.



Fase Keempat
Perkembangan nasionalisme pada tahun 1966 menandai tatanan baru dalam pemerintahan Indonesia. Setelah kemerdekaan, beberapa peristiwa besar terjadi di Tanah Air, salah satunya adalah gerakan pemberontakan. Mahasiswa, organisasi pemuda, hingga organisasi sosial memiliki andil penting di fase ini. Tanpa peran mereka, Soeharto tampaknya sulit untuk memperoleh kekuasaan dari penguasa Orde Lama, Soekarno. Namun, dalam perjalanannya, pemerintahan Orde Baru justru menerapkan langkah untuk membatasi gerak mahasiswa dalam berpolitik.

Fase Kelima
Masa Orde Baru kemudian melahirkan nasionalisme fase kelima, yaitu masa Reformasi pada 1998. Nasionalisme tidak selesai sebatas pada masa pemerintahan Soeharto. Nasionalisme tetap berjalan ketika Reformasi, yang menjadi sumber inspirasi perjuangan bangsa.
(zik)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1340 seconds (0.1#10.140)