Penyaluran Dana Filantropi di Awal Pandemi Meningkat 23,05%

Minggu, 29 Mei 2022 - 08:31 WIB
loading...
Penyaluran Dana Filantropi di Awal Pandemi Meningkat 23,05%
Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo mengungkapkan bahwa tren penyaluran dana filantropi di Indonesia menunjukkan kenaikan dalam tiga tahun ke belakang. Foto/ist
A A A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo mengungkapkan bahwa tren penyaluran dana filantropi di Indonesia menunjukkan kenaikan dalam tiga tahun ke belakang. Kata Kunto, kenaikan terbesar justru terjadi di awal pandemi Covid-19 dengan total kenaikan penyaluran bantuan adalah sebesar 23,05%.

Hal tersebut diungkapkan Kunto dalam soft-launching Survei Outlook Filantropi 2022 pada diskusi publik bertajuk “Giat Berbagi di Kala Pandemi” yang digelar di Jakarta, Sabtu (28/5/2022). Kunto mengatakan, penelitian ini adalah bagian dari Philanthropy Outlook 2022 yang akan diluncurkan bersamaan dalam acara puncak Festival Filantropi Indonesia atau FIFest 2022, yakni pada 13 Juni 2022.

Kunto lebih lanjut mengelaborasi temuan surveinya dengan menggarisbawahi bahwa filantropi agama adalah jenis filantropi yang kontribusinya paling besar dalam penyaluran dana filantropi di Indonesia. ”Filantropi agama menyalurkan lebih dari 80% dari total penyaluran dana filantropi di tahun 2020, disusul oleh filantropi perusahaan,” kata Kunto dalam keterangan persnya dikutip pada Minggu (29/5/2022).



Lebih lanjut dia menuturkan, penyaluran dana oleh filantropi perusahaan naik paling drastis di 2020 sebesar 41% dari 2019. “Pandemi Covid-19 membuat warga dan perusahaan di Indonesia semakin giat berbagi dengan sesama,” ungkapnya.

Sementara itu, Deputi Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Moh Arifin Purwakananta mengamini temuan Outlook Filantropi tersebut. Kata Arifin, filantropi agama sangat berperan di Indonesia, dapat dilihat dari jumlah zakat yang dihimpun oleh gerakan zakat dan zakat informal dari masyarakat.

Dia juga mengiyakan bahwa saat pandemi, meskipun inflasi sedang naik, donasi masyarakat pun meningkat. Arifin menilai donasi ini berasal dari mereka yang tidak terkena krisis dan mereka yang berharap, dengan menyumbang, pandemi akan segera berakhir. “Ketika ada krisis dan itu diberitakan, orang akan menjadi donatur,” ujar Arifin.



Sebagai survei pertama yang melihat perkembangan filantropi di Indonesia, survei ini mencatat bahwa pandemi Covid-19 mengakselerasi penerima manfaat kegiatan filantropi. Tercatat, pertumbuhan penerima manfaat sebesar 42,15% dari 27,42 juta jiwa di 2019 menjadi 38,71 juta jiwa di 2020. “Kegiatan filantropi di Indonesia telah menjangkau 91,6 juta jiwa dari tahun 2018-2020 yang merupakan pencapaian yang patut diapresiasi,” jelas Kunto.

Filantropi agama sekali lagi menjadi kontributor terbesar dalam penerima manfaat disusul oleh filantropi perusahaan. Pandemi Covid-19 mendorong inovasi dalam penggalangan dana untuk kegiatan filantropi dengan pemanfaatan teknologi digital.

“Terdapat 55,3% organisasi filantropi yang menggunakan teknologi digital dalam penggalangan dana. Teknologi digital yang paling banyak dimanfaatkan adalah media sosial dan situs web organisasi,” tuturnya.

Pendorong pemanfaatan teknologi digital menurut organisasi filantropi adalah kemudahan untuk meningkatkan keterlibatan publik dan kemampuan untuk membuat data donatur untuk pemetaan dan jejaring pendanaan. “Di lain sisi penggunaan teknologi digital juga menyisakan tantangan yaitu potongan bagi platform crowdfunding, periode penggalangan dana yang terbatas, dan isu yang sangat fokus pada charity,” ungkap Kunto.

Ketua Badan Pengurus Filantropi Indonesia Rizal Algamar menyatakan bahwa latar belakang kajian Outlook Filantropi Indonesia 2022 diharapkan dapat menggambarkan perkembangan filantropi selama tiga tahun terakhir (2018-2020) dan mengetahui dinamika, tantangan, dan capaian-capaian selama tahun tersebut. Adapun laporan riset ini menjadi bahan rujukan untuk melihat dinamika perkembangan filantropi di Indonesia dan akan diterbitkan setiap tahun dalam dua bahasa.

“Perlu menyuarakan prioritas untuk menjadi kunci penguatan filantropi, yakni pemetaan regulasi untuk aksi filantropi, khususnya mengenai insentif pajak dan kemitraan multipihak agar mendapatkan dampak yang luas,” kata Rizal.

Lebih lanjut Rizal menuturkan, kebiasaan berbagi yang sudah mendarah daging pada diri masyarakat Indonesia sesungguhnya merupakan kekuatan tersendiri bagi bangsa ini untuk sama-sama menjadikan masyarakat lebih berdaya. Pengaruh dan peran filantropi yang sangat fleksibel dalam percepatan pemulihan dari pandemi Covid-19, dari segi pendanaan maupun tenaga, dapat membantu meringankan sektor pemerintah yang memiliki keterbatasan sumber daya.

Direktur Eksekutif Filantropi Indonesia Gusman Yahya kemudian mengungkapkan tema FIFest 2022, yaitu ‘Filantropi Hub: Penguatan Ekosistem Filantropi untuk Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/SDGs’, yang bertujuan untuk mengelaborasi peluang, tantangan, strategi, dan prioritas dalam mengembangkan ekosistem filantropi untuk mendukung pencapaian TPB/SDGs. Rangkaian kegiatan berupa forum diskusi kemitraan dan kebijakan, publikasi, dan inovasi dalam berbagai kegiatan filantropi yang mendukung TPB/SDGs baik di tingkat nasional maupun internasional.

Gusman mengharapkan, kegiatan FIFEST 2022 dapat membangun kesadaran dan mendorong partisipasi masyarakat dan institusi filantropi dalam memajukan agenda filantropi di Indonesia melalui aksi kolektif membangun komunitas filantropi yang kuat, katalisasi kepemimpinan melalui ko-kreasi dan dan kolaborasi, mendukung terjadinya pembiayaan inovatif, dan membangun sistem pemantauan dampak untuk melacak tujuan bersama dalam pencapaian TPB/SDGs. Pengamat Ekonomi dan Dosen Ekonomi UI Ninasapti Triaswati dan Deputi Baznas Moh Arifin juga menanggapi paparan tersebut.

Kedua penanggap bersama mengutip pada perilaku aksi filantropi yang kurang akuntabel, baik perseorangan maupun institusi yang tidak tercatat secara administratif. Selain itu, lembaga filantropi diharapkan menjadi mainstream issue dalam menjawab persoalan sosial, ekonomi, hingga kemanusiaan di Indonesia.

Namun perilaku filantropi masyarakat Indonesia menurut Arifin dipengaruhi oleh kebiasaan zakat dan sedekah masyarakatnya. Itu sebabnya filantropi agama dapat menjadi penyumbang terbesar dalam penyaluran dana filantropi.

Adapun survei Outlook Filantropi 2020 ini adalah bagian dari kajian Philanthropy Outlook 2022 yang dilakukan oleh Lembaga Survei KedaiKOPI dan Filantropi Indonesia sejak 31 Januari sampai dengan 3 Maret 2022. Survei dilakukan dengan metode telesurvey kepada 1.023 organisasi filantropi di Indonesia dengan 224 organisasi filantropi yang merespons dan berpartisipasi dalam survei ini.
(rca)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1812 seconds (0.1#10.140)