Jejak 4 Jenderal TNI di Pilpres, SBY Menang 2 Kali
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejak pemilihan presiden (pilpres) digelar secara langsung pada 2004, tercatat 4 jenderal TNI yang bertarung. Dari keempat jenderal tersebut, Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) sukses menang dua kali dalam pilpres.
Pilpres secara langsung digelar sejak 2004. Sebelumnya, pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan oleh MPR RI.
Sejak Pilpres 2004 hingga Pilpres 2019 itu pula selalu ada jenderal purnawirawan ikut bertarung. Sebut saja Jenderal TNI (Purn) Wiranto, Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono, Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar, dan Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto.
Berikut ini SINDOnews ulas profil singkat dan jejak empat jenderal yang bertarung di pilpres tersebut.
1. Wiranto
Jenderal TNI (Purn) Wiranto lahir di Yogyakarta, 4 April 1947. Mantan Panglima ABRI ini maju Pilpres 2004 setelah menang dalam Konvensi Capres Partai Golkar. Golkar kemudian menduetkan Menhankam Kabinet Pembangunan VII dan Kabinet Reformasi Pembangunan tersebut dengan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah). Duet ini mendapatkan nomor urut 1.
Pasangan yang mengusung slogan 'Tenang, Aman, dan Sejahtera Bangsaku' ini meraih 22,15 persen suara, setara dengan 26.286.788 suara. Berada di urutan ketiga setelah SBY-JK dan Megawati-Hasyim Muzadi pada putaran pertama pilpres, duet ini gagal melangkah ke putaran kedua.
Pada pilpres selanjutnya, tahun 2009, Wiranto kembali maju. Namun, kali ini Wiranto menjadi cawapres, mendampingi M Jusuf Kalla. Duet yang diusung Golkar ini kalah dan hanya berada di urutan ketiga dari tiga pasangan yang bertarung.
Selain JK-Wiranto, dua pasangan lainnya adalah SBY-Boediono dan Megawati-Prabowo Subianto.
2. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lahir di Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949. Mantan Menko Polkam ini maju bertarung di Pilpres 2004 diusung oleh tiga partai yakni Partai Demokrat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Bulan Bintang.
SBY yang mendapat gelar Jenderal Kehormatan pada 25 September 2000, berduet dengan M Jusuf Kalla, tokoh Golkar yang juga rekan sesama menteri di Kabinet Gotong Royong (Megawati Soekarnoputri -Hamzah Haz). Pasangan ini mendapat nomor urut 4.
Duet SBY-JK mengusung slogan 'Bersama Kita Bisa!'. Duet ini sukses menjadi yang teratas di pilpres putaran pertama yang digelar pada 5 Juli 2004. SBY-JK meraup 39.838.184 suara atau 33,57 persen suara.
Pada putaran kedua yang digelar 20 September 2004, pasangan ini meraih 69.266.350 suara atau 60,62 persen suara, mengalahkan Megawati-Hasyim. SBY-JK pun terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI 2004-2009.
Pada Pilpres 2009, SBY kembali maju namun tidak dengan JK. SBY menggandeng Boediono. Hasilnya, SBY kembali menang setelah mengalahkan Megawati-Prabowo dan JK-Wiranto dalam satu putaran.
3. Agum Gumelar
Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 17 Desember 1945. Agum yang mendapat gelar Jenderal Kehormatan pada 9 November 2000, menjadi cawapres pada Pilpres 2004, mendampingi Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Hamzah Haz.
Diusung oleh PPP, pasangan ini mendapat nomor urut 5. Mengusung slogan 'Jujur, Tegas, Berwibawa, Percaya, dan Maju', duet ini gagal berbicara banyak. Hamzah-Agum berada di urutan kelima dengan meraih 3.569.861 suara atau 3,01 persen suara.
4. Prabowo Subianto
Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto lahir 17 Oktober 1951. Mantan Danjen Kopassus ini tercatat tiga kali ikut pilpres.
Pada Pilpres 2009, Prabowo yang baru mendirikan Partai Gerindra setelah keluar dari Partai Golkar, menjadi pendamping Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Duet ini dikenal dengan sebutan Mega-Pro.
Duet Megawati-Prabowo yang mendapat nomor urut 1, kalah dalam pilpres ini. SBY, petahana yang menggandeng Boediono, sukses menang satu putaran setelah meraih 60,80 persen suara. Sementara, Megawati-Prabowo meraih 26,79 persen suara.
Pada pilpres selanjutnya, yakni 2014, Prabowo Subianto kembali maju. Kali ini, Prabowo menjadi capres. Dia berduet dengan petinggi Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa.
Pada pilpres yang digelar 9 Juli 2014 tersebut, pasangan Prabowo-Hatta kalah dari pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Prabowo-Hatta meraih 46,85 persen suara. Sementara, Jokowi-JK meraih 53,15 persen suara.
Lima tahun kemudian, pada Pilpres 2019, Prabowo kembali maju sebagai capres. Kala itu, mantan Pangkostrad tersebut menggandeng pengusaha yang sebelumnya menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Salahuddin Uno.
Sementara, Jokowi sebagai petahana menggandeng Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin. Pasangan Prabowo-Sandi harus mengakui keunggulan pasangan Jokowi-Ma'ruf setelah hanya meraih 44,5 persen suara. Sementara, duet Jokowi-Ma'ruf meraih 55,5 persen suara.
Pilpres secara langsung digelar sejak 2004. Sebelumnya, pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan oleh MPR RI.
Sejak Pilpres 2004 hingga Pilpres 2019 itu pula selalu ada jenderal purnawirawan ikut bertarung. Sebut saja Jenderal TNI (Purn) Wiranto, Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono, Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar, dan Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto.
Berikut ini SINDOnews ulas profil singkat dan jejak empat jenderal yang bertarung di pilpres tersebut.
1. Wiranto
Jenderal TNI (Purn) Wiranto lahir di Yogyakarta, 4 April 1947. Mantan Panglima ABRI ini maju Pilpres 2004 setelah menang dalam Konvensi Capres Partai Golkar. Golkar kemudian menduetkan Menhankam Kabinet Pembangunan VII dan Kabinet Reformasi Pembangunan tersebut dengan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah). Duet ini mendapatkan nomor urut 1.
Pasangan yang mengusung slogan 'Tenang, Aman, dan Sejahtera Bangsaku' ini meraih 22,15 persen suara, setara dengan 26.286.788 suara. Berada di urutan ketiga setelah SBY-JK dan Megawati-Hasyim Muzadi pada putaran pertama pilpres, duet ini gagal melangkah ke putaran kedua.
Pada pilpres selanjutnya, tahun 2009, Wiranto kembali maju. Namun, kali ini Wiranto menjadi cawapres, mendampingi M Jusuf Kalla. Duet yang diusung Golkar ini kalah dan hanya berada di urutan ketiga dari tiga pasangan yang bertarung.
Selain JK-Wiranto, dua pasangan lainnya adalah SBY-Boediono dan Megawati-Prabowo Subianto.
2. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lahir di Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949. Mantan Menko Polkam ini maju bertarung di Pilpres 2004 diusung oleh tiga partai yakni Partai Demokrat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Bulan Bintang.
SBY yang mendapat gelar Jenderal Kehormatan pada 25 September 2000, berduet dengan M Jusuf Kalla, tokoh Golkar yang juga rekan sesama menteri di Kabinet Gotong Royong (Megawati Soekarnoputri -Hamzah Haz). Pasangan ini mendapat nomor urut 4.
Duet SBY-JK mengusung slogan 'Bersama Kita Bisa!'. Duet ini sukses menjadi yang teratas di pilpres putaran pertama yang digelar pada 5 Juli 2004. SBY-JK meraup 39.838.184 suara atau 33,57 persen suara.
Pada putaran kedua yang digelar 20 September 2004, pasangan ini meraih 69.266.350 suara atau 60,62 persen suara, mengalahkan Megawati-Hasyim. SBY-JK pun terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI 2004-2009.
Pada Pilpres 2009, SBY kembali maju namun tidak dengan JK. SBY menggandeng Boediono. Hasilnya, SBY kembali menang setelah mengalahkan Megawati-Prabowo dan JK-Wiranto dalam satu putaran.
3. Agum Gumelar
Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 17 Desember 1945. Agum yang mendapat gelar Jenderal Kehormatan pada 9 November 2000, menjadi cawapres pada Pilpres 2004, mendampingi Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Hamzah Haz.
Diusung oleh PPP, pasangan ini mendapat nomor urut 5. Mengusung slogan 'Jujur, Tegas, Berwibawa, Percaya, dan Maju', duet ini gagal berbicara banyak. Hamzah-Agum berada di urutan kelima dengan meraih 3.569.861 suara atau 3,01 persen suara.
4. Prabowo Subianto
Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto lahir 17 Oktober 1951. Mantan Danjen Kopassus ini tercatat tiga kali ikut pilpres.
Pada Pilpres 2009, Prabowo yang baru mendirikan Partai Gerindra setelah keluar dari Partai Golkar, menjadi pendamping Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Duet ini dikenal dengan sebutan Mega-Pro.
Duet Megawati-Prabowo yang mendapat nomor urut 1, kalah dalam pilpres ini. SBY, petahana yang menggandeng Boediono, sukses menang satu putaran setelah meraih 60,80 persen suara. Sementara, Megawati-Prabowo meraih 26,79 persen suara.
Pada pilpres selanjutnya, yakni 2014, Prabowo Subianto kembali maju. Kali ini, Prabowo menjadi capres. Dia berduet dengan petinggi Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa.
Pada pilpres yang digelar 9 Juli 2014 tersebut, pasangan Prabowo-Hatta kalah dari pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Prabowo-Hatta meraih 46,85 persen suara. Sementara, Jokowi-JK meraih 53,15 persen suara.
Lima tahun kemudian, pada Pilpres 2019, Prabowo kembali maju sebagai capres. Kala itu, mantan Pangkostrad tersebut menggandeng pengusaha yang sebelumnya menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Salahuddin Uno.
Sementara, Jokowi sebagai petahana menggandeng Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin. Pasangan Prabowo-Sandi harus mengakui keunggulan pasangan Jokowi-Ma'ruf setelah hanya meraih 44,5 persen suara. Sementara, duet Jokowi-Ma'ruf meraih 55,5 persen suara.
(zik)