Kebangkitan Industri Perfilman Tanah Air
loading...
A
A
A
Pada 2019 menjadi puncak kejayaan dalam sejarah industri perfilman nasional. Saat itu, terdapat 53 juta tiket film nasional ludes terjual. Kalau diasumsikan rata-rata harga tiket adalah Rp40.000, nilai penjualan tiket film nasional diperkirakan mencapai Rp2,12 triliun.
Indikator kesuksesan industri film nasional juga terlihat dari pencapaian lainnya ketika untuk pertama kalinya terdapat 15 film nasional yang penjualan tiketnya mencapai lebih dari 1 juta. Setiap judul film terlaris itu mampu menyedot rata-rata 3,5-7 juta pembeli tiket alias penonton. Contohnya, film romantisme remaja tahun 1990-an, Dilan 1991 yang dinobatkan sebagai salah satu film terlaris di 2019. Sekuel dari Dilan 1990 dan diadaptasi dari novel Dia Adalah Dilanku Tahun 1991 karya Pidi Baiq ini mampu menyedot 6,7 juta penonton.
Pada 2019 film nasional menguasai 35% dari pasar film di dalam negeri. Artinya mampu bersaing dengan film asing yang merebut 65% pasar nasional. Angka 35% itu adalah petunjuk sehat ketika mayoritas negara di Asia pangsa pasar film nasionalnya justru masih di bawah 30%. Hanya ada empat negara Asia dengan penguasaan film nasional di atas 50%, yaitu China, India, Jepang, dan Korea Selatan.
Saatnya kita bangkitkan kembali industri perfilman nasional. Salah satunya dengan memilih film-film nasional berkualitas dan layak ditonton oleh keluarga Indonesia.
Indikator kesuksesan industri film nasional juga terlihat dari pencapaian lainnya ketika untuk pertama kalinya terdapat 15 film nasional yang penjualan tiketnya mencapai lebih dari 1 juta. Setiap judul film terlaris itu mampu menyedot rata-rata 3,5-7 juta pembeli tiket alias penonton. Contohnya, film romantisme remaja tahun 1990-an, Dilan 1991 yang dinobatkan sebagai salah satu film terlaris di 2019. Sekuel dari Dilan 1990 dan diadaptasi dari novel Dia Adalah Dilanku Tahun 1991 karya Pidi Baiq ini mampu menyedot 6,7 juta penonton.
Pada 2019 film nasional menguasai 35% dari pasar film di dalam negeri. Artinya mampu bersaing dengan film asing yang merebut 65% pasar nasional. Angka 35% itu adalah petunjuk sehat ketika mayoritas negara di Asia pangsa pasar film nasionalnya justru masih di bawah 30%. Hanya ada empat negara Asia dengan penguasaan film nasional di atas 50%, yaitu China, India, Jepang, dan Korea Selatan.
Saatnya kita bangkitkan kembali industri perfilman nasional. Salah satunya dengan memilih film-film nasional berkualitas dan layak ditonton oleh keluarga Indonesia.
(bmm)