Poncke Princen, Tentara Belanda yang Memilih Menjadi Mualaf dan Mempertahankan Indonesia Merdeka

Rabu, 11 Mei 2022 - 06:00 WIB
loading...
A A A
Pada 28 Desember 1946, Princen dan tahanan penolak wajib militer lain diberangkatkan ke Indonesia. Begitu sampai di Indonesia, vonis 12 tahun penjara dijatuhkan untuk Princen pada 22 Oktober 1947 atas penolakannya terhadap wajib militer Kerajaan Belanda. Tetapi hukuman itu menjadi 4 bulan penjara tanpa syarat.

Pricen ditahan di Cipinang lalu dipindah ke Cisarua. Di kamp tahanan ini Princen mendengar kabar bahwa Piet van Staveren berhasil kabur dan bergabung dengan tentara Indonesia. Setelah empat ulan lewat, Princen akhirnya bebas dan kembali ke dinas militer dengan jabatan kopral bagian medikasi satu dalam Divisi 7 Desember.

Dari sini, keyakinan Princen terhadap pilihan untuk tidak mendukung kembalinya Belanda menjajah Indonesia semakin kuat. Dia melihat dengan mata kepala sendidri kekejaman tentara Belanda kepada orang Indonesia. Princen pun memutuskan harus kabur.

Ketika mendapatkan cuti pada 25 September 1948, Princen pergi ke Sukabumi dan akhirnya, pada 26 September 1948, Princen menyebrang garis demarkasi (garis yang membatasi wilayah pendudukan Belanda) dan masuk ke Yogyakarta melalui Semarang.

Ketika itu Yogyakarta adalah ibu kota sekaligus pusat politik dan militer Indonesia yang sedang berjuang mempertahankan kemerdekaan. Pricen akhirnya memang ditangkap sebagai tawanan perang Indonesia. Namun seelah Agresi Militer II Belanda pada 19 Desember 1948, Pricen dibebaskan.



Ketika tentara Belanda melakukan serangan ke Yogyakarta, dia sudah ikut bergabung dengan pasukan Divisi Siliwangi di bawah komando Kemal Idris. Saat itulah Princen jatuh cinta pada seorang wanita Indonesia bernama Odah lalu menikahinya.

Kemal Idris menunjuk Princen sebagai komandan Pasukan Istimewa, yang bertugas melakukan penyergapan dan pengeboman terhadap pasukan Belanda, targetnya adalah merebut persenjataan. Princen bahkan terlihat mengikuti longmarch ke Jawa Barat dan terus aktif dalam perang gerilya.

Keberadaan Princen di tubuh pasukan Indonesia akhirnya diketahui pimpinan militer Belanda atau KNIL, Mayjen E. Engels. Dia memerintahkan pasukannya untuk membunuh Princen.

Perintah itu dilaksanakan. Pertempuran sengit terjadi pada Agustus 1949, mengakibatkan Odah--sang istri yang tengah mengandung 2 bulan, dan 12 tentara Indonesia terbunuh. Princen yang menjadi target penyerangan itu berhasil meloloskan diri.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2111 seconds (0.1#10.140)