TNI AU HUT ke-76, Berikut Sejarah Terbentuknya Penjaga Wilayah Udara Indonesia Ini

Sabtu, 09 April 2022 - 09:25 WIB
loading...
A A A
TKR Djawatan Penerbangan juga mengalami perubahan karena makin besarnya kepercayaan pemerintah dan rakyat kepadanya. Hal ini terbukti dengan dikeluarkannya Penetapan Pemerintah Nomor : 6/SD/1946 yang berisi tentang Pembentukan Tentara Republik Indonesia Angkatan Udara, dan menetapkan Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma sebagai Kepala Staf Angkatan Udara pertama.

Tanggal tersebut kemudian diperingati sebagai Hari Angkatan Udara. Berbagai peristiwa sejarah mewarnai perjalanan TNI AU untuk menjadi sebuah angkatan perang. Diawali dengan berdirinya Badan Keamanan Rakyat Bagian Udara, kemudian berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat Jawatan Penerbangan.



Kemudian berkembang menjadi Tentara Republik Indonesia Angkatan Udara. Pesawat-pesawat bekas rampasan penjajah Jepang seperti pesawat Cureng, Cukiu, Nishikoreng, Guntei, Sansikisin dan Hayabusha menjadi kekuatan utama saat itu.

TNI AU sejak kemerdekaan sudah berhasil menorehkan tinta emas dalam lembaran sejarah perjuangan bangsa. Komodor Udara Agustinus Adisutjipto pada 27 Oktober 1945 berhasil untuk pertama kalinya menerbangkan pesawat Cureng dengan identitas merah putih di langit Indonesia.

Keberhasilan itu yang menggerakkan semangat juang para pemuda untuk berusaha mengembangkan kekuatan udara nasional. Pada 29 Juli 1947, operasi udara pertama kali juga berhasil dilakukan oleh para Kadet yaitu Kadet penerbang Mulyono, Kadet penerbang Sitardjo Sigit, dan Kadet penerbang Suharnoko Harbani dengan menyerang markas militer Belanda di Kota Semarang, Salatiga, dan Ambarawa.



Operasi udara ini dilakukan sebagai serangan balasan terhadap Agresi Militer Belanda pertama yang dilakukannya dengan menyerang kekuatan udara Republik Indonesia yang berpusat di Pangkalan Udara Maguwo, Bugis, Maospati, Panasan, Cibeureum, dan Kalijati. Lalu, pada 17 Oktober 1947 dilaksanakan penerobosan blokade Belanda melalui udara di Kalimantan dengan melakukan Operasi Lintas Udara dengan menerjunkan 13 orang pasukan payung.

Pada bidang yang lain, para personel perhubungan TNI Angkatan Udara juga berperan aktif mendukung jaringan komunikasi dalam perang gerilya dengan mendirikan berbagai pemancar radio seperti Stasiun Radio PHB ZZ di Payakumbuh, Stasiun Radio UDO, dan Stasiun Radio PD 2 di Kutaraja serta Stasiun Radio NBM di Lhok Nga, Aceh, serta Stasiun Radio SNM di Burma yang memberitakan Kemerdekaan Republik Indonesia ke luar negeri.

TNI AU pada periode 1950-1959 melakukan pengembangan dan konsolidasi dengan menggantikan alat utama sistem persenjataan (alutsista) peninggalan Jepang. Kala itu, Dirgantara Indonesia mulai dihiasi dengan kehadiran pesawat-pesawat lebih modern seperti P-51 Mustang, B-25 Mitchel, B-26 Invander, C-47 Dakota, AT-16 Harvard, Piper Cub L-4J, Cessna L-19, Cessna 180, Albatros, Vampire Trainer DH-115, Piper Cub, Mark-2 Auster, PBY Catalina, IL-28 Ilyusin, Mig-15, Mig-17, Bell 47G-2 Trooper, MI-4, SM-1, IL-14 Avia, BT-13 Valiant, Hiller-360 Utility, Bell-47G.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2953 seconds (0.1#10.140)