TNI AU HUT ke-76, Berikut Sejarah Terbentuknya Penjaga Wilayah Udara Indonesia Ini

Sabtu, 09 April 2022 - 09:25 WIB
loading...
A A A


TNI AU pada periode ini melaksanakan tugas dalam rangka mempertahankan kedaulatan negara. TNI AU berhasil melaksanakan berbagai operasi penumpasan pemberontakan secara gemilang. Di antaranya, operasi penumpasan pemberontakan PKI Madiun, PRRI/Permesta, Republik Maluku Selatan, dan DI/TII.

Selanjutnya, TNI AU pada periode 1960-1969 tumbuh menjadi kekuatan yang sangat disegani di kawasan Asia Tenggara. Pengadaan alutsista diwarnai dari Blok Barat dan Blok Timur.

Adapun alutsista yang berasal dari Blok Timur antara lain pesawat Mig-19, Mig-21, AN-12 Antonov, TU-16, Helikopter MI-4, MI-6, L-29 Dholphin, Radar Nysa, dan Rudal SAM-75. Dari Blok Barat didatangkan pesawat C-130 Hercules, C-140 Jet Star, Helikopter Bell-47J Ranger, Bell-204B Iroquis, S-58T Sikorsky, T-34A Mentor, serta Radar Decca.

TNI AU dengan kekuatan udara tersebut berhasil melaksanakan operasi merebut Irian Barat (Operasi Trikora), Operasi Dwikora terkait konfrontasi Indonesia-Malaysia, dan Operasi Penumpasan G-30 S/PKI.

Selanjutnya, TNI AU pada periode 1970-1979 secara bertahap diperkuat oleh beberapa alutsista baru seperti pesawat OV-10 Bronco, F-86 Sabre, T-33 Bird, Fokker F-27, T-34C Mentor Charlie, Helikopter Puma SA-330, Helikopter Latih bell 47G Sioux, Bell-204B Iroquis, serta AT-16 Harvard. Kemudian, pada periode 1980-1989, hadir pesawat tempur F-5 Tiger II, pesawat A-4 Sky Hawk, dan pesawat latih jenis Hawk MK-53, Boeing 737 yang memiliki kemampuan pengintaian dan pengamatan wilayah permukaan serta pesawat angkut ringan Cassa-212-200 Aviocar sebagai kekuatan Skadron Udara 4 Lanud Abdulrachman Saleh.

Kehadiran pesawat Multirole F-16 Fighting Falcon pada akhir 1989 telah menambah keperkasaan TNI AU, serta Radar Thomson, dan Plessey. Didatangkan pula pesawat AS-202/ 18 A Bravo sebagai pesawat latih mula untuk membentuk penerbang-penerbang muda.

TNI AU pada periode 1990-1999 kembali menambah kekuatan dengan datangnya pesawat CN-235, NAS 332 Super Puma, dan Radar Plessey AR 325, jenis Hawk 100/200 yang ditempatkan di Skadron Udara 12 dan Skadron Udara 1. TNI AU secara bertahap berbenah diri dalam mengembangkan kemampuan dan kekuatannya dengan menghadirkan pesawat Sukhoi SU-27 dan SU-30 dari Rusia pada periode 2000-2010.

Pesawat itu ditempatkan di Skadron Udara 11 Lanud Hasanuddin agar jika ada pesawat asing yang berusaha memasuki wilayah udara Indonesia di sekitar negara Timor Leste atau Papua, Sukhoi mampu mencegahnya. Pesawat itu punya kemampuan jelajah dan manuverabilitas yang cukup tinggi, dan memiliki kemampuan combat radius sejauh 1.500 km serta jarak jelajahnya maksimal 4.000 km.

Di samping itu, TNI AU pada periode itu dilengkapi pesawat latih dasar KT-1 Woong Bee, Helikopter EC-120 Colibri, NAS-332Super Puma, SF-260 Marchetti, dan CN-235-220 MPA, dan CN-295 buatan PT. Dirgantara Indonesia. Setelah itu, TNI AU melengkapi kekuatan alutsistanya dengan Su-30, F-16 CD, T-50i Golden Eagle, Super Tucano, G-120 TP-A, T-4D/R-172/182T, EC-725 Caracal, C-130 Hercules, B-737, F-28, Cassa-212, CN 295, dan CN-235.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3516 seconds (0.1#10.140)