Podcast Aksi Nyata Partai Perindo: Pemilu 2024 Kontestasi Popularitas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua DPP Partai Persatuan Indonesia ( Perindo ) Bidang Hukum dan Advokasi, Christophorus Taufik menilai, pemilihan umum ( Pemilu ) di Indonesia layaknya ajang popularitas. Hal tersebut berkaca pada pemilihan calon legislatif (Caleg) pada tahun 2019.
Baca juga: Bawaslu dan Tantangan Pengawasan Pemilu 2024
Christophorus mengatakan, banyak orang yang memiliki kualitas tapi tidak bisa menunjukkan taringnya pada kontestasi pemilu. Hal itu, karena tidak ada popularitas yang melekat pada dirinya.
"Jadi orang-orang yang berkualitas, tetapi dia tidak punya popularitas, hasilnya tidak ada jalan untuk muncul. Coba, di mana channelnya, kalau dia enggak populer?" ujar Christophorus dalam Podcast Aksi Nyata Partai Perindo, Kamis (31/3/2022).
Lanjut dia, hal tersebut juga berlaku sebaliknya. Menurut Christophorus, mereka yang memiliki popularitas tinggi tapi tidak senada dengan kapabilitas kerap terpilih dalam ajang pemilu.
"Tetapi sebaliknya, orang-orang yang punya popularitas tetapi dia tidak punya kapabilitas, bisa saja dia kepilih. Kenyataannya seperti itu," jelasnya.
Christophorus menyayangkan, hal tersebut membuat talenta-talenta layaknya profesor atau tokoh-tokoh daerah menjadi terabaikan, akibat dinamika politik tersebut.
"Kita mungkin punya profesor siapa, atau tokoh-tokoh hebat, orang-orang seperti ini kan tidak bisa muncul kalau kita lihat kontestasi seperti sekarang," tutur Christophorus.
Christophorus menambahkan, dinamika tersebut membuat dia menyetujui adanya dugaan pengamat lain yang mengatakan, jika harus membereskan korupsi perlu dibereskan terlebih dahulu sistem politiknya.
"Makannya saya bisa memahami kenapa kita ada sebagian institusi yang mengatakan kalau harus membereskan korupsi itu harus dari sistem politik," ucapnya.
Lihat Juga: Angela: Partai Perindo Bagian dari Pemenang Pilkada di 17 Provinsi dan 145 Kabupaten/Kota
Baca juga: Bawaslu dan Tantangan Pengawasan Pemilu 2024
Christophorus mengatakan, banyak orang yang memiliki kualitas tapi tidak bisa menunjukkan taringnya pada kontestasi pemilu. Hal itu, karena tidak ada popularitas yang melekat pada dirinya.
"Jadi orang-orang yang berkualitas, tetapi dia tidak punya popularitas, hasilnya tidak ada jalan untuk muncul. Coba, di mana channelnya, kalau dia enggak populer?" ujar Christophorus dalam Podcast Aksi Nyata Partai Perindo, Kamis (31/3/2022).
Lanjut dia, hal tersebut juga berlaku sebaliknya. Menurut Christophorus, mereka yang memiliki popularitas tinggi tapi tidak senada dengan kapabilitas kerap terpilih dalam ajang pemilu.
"Tetapi sebaliknya, orang-orang yang punya popularitas tetapi dia tidak punya kapabilitas, bisa saja dia kepilih. Kenyataannya seperti itu," jelasnya.
Christophorus menyayangkan, hal tersebut membuat talenta-talenta layaknya profesor atau tokoh-tokoh daerah menjadi terabaikan, akibat dinamika politik tersebut.
"Kita mungkin punya profesor siapa, atau tokoh-tokoh hebat, orang-orang seperti ini kan tidak bisa muncul kalau kita lihat kontestasi seperti sekarang," tutur Christophorus.
Christophorus menambahkan, dinamika tersebut membuat dia menyetujui adanya dugaan pengamat lain yang mengatakan, jika harus membereskan korupsi perlu dibereskan terlebih dahulu sistem politiknya.
"Makannya saya bisa memahami kenapa kita ada sebagian institusi yang mengatakan kalau harus membereskan korupsi itu harus dari sistem politik," ucapnya.
Lihat Juga: Angela: Partai Perindo Bagian dari Pemenang Pilkada di 17 Provinsi dan 145 Kabupaten/Kota
(maf)