Sosialisasi Sadar Wisata, Kemenparekraf Tekankan Pentingnya Raih Kepercayaan Wisatawan
loading...
A
A
A
“Ini adalah fondasi bagaimana sebuah desa atau destinasi bisa survive tidak hanya di masa pandemi melainkan juga ke depannya,” tutur Frans dalam keterangannya.
Menyoroti CHSE, Frans menegaskan harapan untuk membangun komitmen dan kredibilitas daerah wisata, sehingga pengunjung merasa nyaman, aman dan percaya. Sementara terkait Pelayanan Prima, ia menjelaskan bahwa hospitality penting dalam memberikan pengalaman berkesan bagi pengunjung saat berada di desa atau kampung wisata.
“Kita ingin benar-benar menghadirkan standar pelayanan yang baik sehingga meningkatkan daya saing bagi produk produk wisata kita,” terangnya.
Frans juga menegaskan bahwa kampung atau desa wisata harus mempertahankan karakteristik, keunikan, dan nilai-nilai lokal yang dimiliki. “Jangan kehilangan karakteristik dan lokalitas. Ini harus kita kemas, kita kelola dengan terus berinovasi,” tuturnya.
Inovasi, adaptasi, dan kolaborasi, menurut Frans, menjadi kunci untuk mendorong industri pariwisata agar semakin berkualitas dan berkelanjutan.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko menyatakan bahwa pihaknya menyambut baik kegiatan sosialisasi tersebut, “Kami sangat antusias dan mengapresiasi serta siap bersinergi dan mengawal program ini, agar sapta pesona plus CHSE dan Pelayanan Prima terinternalisasi dan diimplementasikan di Kampung Wisata Wilayah Kota Yogyakarta.”
Kegiatan Sosialisasi ini dilaksanakan selama dua hari, diikuti sekitar 1.000 peserta, yakni:
• 29 Maret 2022: Kampung Wisata Kadipaten, Kauman, Rejowinangun, Warungboto, dan Purbayan
• 30 Maret 2022: Kampung Wisata Taman Sari, Pakualaman, Cokromenduran, Sosromenduran, dan Sayidan
Sosialisasi Sadar Wisata ini bersifat berkelanjutan, yaitu ke depan akan dilakukan pelatihan terkait potensi produk pariwisata, kewirausahaan dan pelatihan bidang pariwisata lainnya yang diharapkan dari masing-masing desa dapat lahir local champion atau penggerak dalam pengembangan di desa wisatanya masing-masing.
Menyoroti CHSE, Frans menegaskan harapan untuk membangun komitmen dan kredibilitas daerah wisata, sehingga pengunjung merasa nyaman, aman dan percaya. Sementara terkait Pelayanan Prima, ia menjelaskan bahwa hospitality penting dalam memberikan pengalaman berkesan bagi pengunjung saat berada di desa atau kampung wisata.
“Kita ingin benar-benar menghadirkan standar pelayanan yang baik sehingga meningkatkan daya saing bagi produk produk wisata kita,” terangnya.
Frans juga menegaskan bahwa kampung atau desa wisata harus mempertahankan karakteristik, keunikan, dan nilai-nilai lokal yang dimiliki. “Jangan kehilangan karakteristik dan lokalitas. Ini harus kita kemas, kita kelola dengan terus berinovasi,” tuturnya.
Inovasi, adaptasi, dan kolaborasi, menurut Frans, menjadi kunci untuk mendorong industri pariwisata agar semakin berkualitas dan berkelanjutan.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko menyatakan bahwa pihaknya menyambut baik kegiatan sosialisasi tersebut, “Kami sangat antusias dan mengapresiasi serta siap bersinergi dan mengawal program ini, agar sapta pesona plus CHSE dan Pelayanan Prima terinternalisasi dan diimplementasikan di Kampung Wisata Wilayah Kota Yogyakarta.”
Kegiatan Sosialisasi ini dilaksanakan selama dua hari, diikuti sekitar 1.000 peserta, yakni:
• 29 Maret 2022: Kampung Wisata Kadipaten, Kauman, Rejowinangun, Warungboto, dan Purbayan
• 30 Maret 2022: Kampung Wisata Taman Sari, Pakualaman, Cokromenduran, Sosromenduran, dan Sayidan
Sosialisasi Sadar Wisata ini bersifat berkelanjutan, yaitu ke depan akan dilakukan pelatihan terkait potensi produk pariwisata, kewirausahaan dan pelatihan bidang pariwisata lainnya yang diharapkan dari masing-masing desa dapat lahir local champion atau penggerak dalam pengembangan di desa wisatanya masing-masing.
(mpw)