15 Tahun Menghilang Ternyata Mahasiswa IPB Ini Mengabdi untuk Masyarakat Pulau Seram

Kamis, 24 Maret 2022 - 06:45 WIB
loading...
A A A
Bahkan, ketika orang tuanya yang berada di Aceh memanggil pulang, Kasim tak bergeming. Panggilan yang sama juga datang dari Rektor IPB kala itu, Profesor Andi Hakim Nasution, namun Kasim tak menghiraukannya.

Tak kehabisan akal, Rektor IPB lalu mengutus Saleh Widodo, seorang teman kuliah Ķasim, untuk menjemputnya ke Waimital. Akhirnya dengan berat hati, Kasim bersedia pulang ke Bogor, kota tempat ia menimba ilmu masih dengan menggenakan sandal jepit dan baju yang lusuh.

Kampus memanggilnya untuk menyelesaikan studi dan meraih gelar sarjana. Kasim sejatinya tak butuh gelar akademik tapi dia tak kuasa menolak permintaan teman-temannya.

Kasim mengaku tidak memiliki keahlian menyusun skripsi. Dia akhirnya dibantu oleh teman-temannya yang memutuskan untuk mengangkat kisah perjuangan Kasim di Waimital sebagai pembahasan pada skripsi.

Bercerita selama 28 jam, teman-temannya yang mendengarkan dengan penuh haru. Mereka menganggap Kasim sebagai sosok yang memberikan bukti nyata akan pengabdian kepada masyarakat melampaui makna dari penugasan yang diterima lewat program KKN itu sendiri.

Dia bukan seperti kebanyakan orang yang hanya berpikir untuk kuliah lalu bekerja, mengumpul harta, kemudian hidup bahagia. Dia menemukan bahagianya dengan cara lain. Saat dia melihat petani tersenyum, hatinya bahagia. Selagi senyum itu belum hadir, dia akan menganggap tugasnya jauh dari kata selesai.

Hari itu, 22 September 1979 di Hotel Salak, Bogor. Lelaki berkulit legam itu dikelilingi teman-temannya. Dia hanya mengenakan sandal jepit. Temannya membawakan sepatu dan jas untuknya. Dia menolak memakainya. Namun, temannya bersikeras.

Hari itu, Kasim memasuki gedung IPB untuk wisuda. Mulanya dia ragu-ragu dan takut melihat banyak orang berdatangan. Pasalnya, semalaman dia tak bisa tidur di Hotel Salak karena pendingin udara dan suara bising di jalanan.

Di acara wisuda, Kasim ingin duduk di kursi belakang. Namun ketika dia datang, semua orang berdiri dan bertepuk tangan. Dia disambut bak seorang pahlawan yang baru saja kembali dari medan laga. Dedikasi yang Kasim lakukan membuat banyak orang sangat menghormati dirinya.

Teman-temannya sudah lama sarjana dan banyak yang sudah menjadi pejabat. Kasim hanya seorang petani yang bersahaja. Tapi dia justru jauh menjulang namanya dibandingkan rekan-rekannya. Namun, dia tetap Kasim yang sederhana.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1787 seconds (0.1#10.140)