15 Tahun Menghilang Ternyata Mahasiswa IPB Ini Mengabdi untuk Masyarakat Pulau Seram

Kamis, 24 Maret 2022 - 06:45 WIB
loading...
15 Tahun Menghilang Ternyata Mahasiswa IPB Ini Mengabdi untuk Masyarakat Pulau Seram
Pada tahun 1964 dikisahkan ada seorang mahasiswa IPB bernama Mohamad Kasim Arifin yang hilang ketika mengikuti Program Pengerahan Mahasiswa yang sekarang bernama KKN. Foto/Tangkapan layar Youtube akun Himpunan Alumni IPB
A A A
JAKARTA - Pada tahun 1964 dikisahkan ada seorang mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) bernama Mohamad Kasim Arifin yang "hilang" ketika mengikuti Program Pengerahan Mahasiswa yang sekarang bernama Kuliah Kerja Nyata (KKN). Tak tanggung-tanggung, Kasim menghilang selama 15 tahun.

Selidik punya selidik, hilangnya mahasiswa Fakultas Pertanian itu di Pulau Seram, Maluku ternyata memiliki misi mulia. Kasim mengabdikan dirinya untuk masyarakat Waimital, Pulau Seram. Totalitasnya membangun pertanian membuat ia lupa untuk pulang dan menyelesaikan skripsinya.

Seperti kebanyakan mahasiswa, Kasim mengikuti program kampusnya yang saat ini lebih dikenal dengan istilah KKN guna mengemban tugas memperkenalkan program Panca Usaha Tani. Di masa itu, mahasiswa harus siap ditempatkan di pelosok negeri. Kasim kemudian mendapat lokasi di Waimital, Pulau Seram, Maluku.

KKN yang rencananya hanya berlangsung beberapa bulan saja, kemudian mengubah jalan hidup Kasim. Pria yang lahir 18 April 1938 di Langsa, Aceh Timur larut dalam pengabdian panjang. Hatinya tergerak ketika bertemu dengan sebuah keluarga petani miskin yang datang melalui program transmigrasi.

Dia pun bertekad untuk mencurahkan semua pengetahuan dan ilmu yang ia dapat selama menimba ilmu di IPB untuk masyarakat setempat. Kasim melucuti semua identitas mahasiswa asal kota yang melekat pada dirinya.

Kasim menjalani kehidupan sebagai seorang pria dengan keseharian memakai sandal jepit dan baju lusuh. Ia menjalani peran sebagai warga setempat yang berjalan sejauh puluhan kilometer bersama para petani menuju sawah setiap harinya.

Menolong masyarakat Desa Waimital menjadi petani yang mandiri menjadi tekad Kasim. Bersama warga setempat, Kasim juga membuka jalan desa, membangun sawah-sawah baru, membuat irigasi.

Hebatnya, pengabdian itu dilakukan Kasim tanpa bantuan satu sen pun dari pemerintah. Dia membangkitkan semangat masyarakat untuk bergotong-royong. Kasim peduli pada petani lebih dari dirinya sendiri. Dia pun mendapat kasih sayang dari semua orang.

Karena dedikasinya dan sosoknya yang menghargai kesederhanaan, kedermawanan, dan memikiki tutur kata yang lembut, Kasim mendapat penghargaan dengan sapaan Antua. Sebuah sebutan bagi orang yang dihormati di Waimital.

Kasim yang seharusnya hanya menjalani KKN tiga bulan di Waimital, tetap memilih tinggal di desa itu. Dia merasa tugasnya belum selesai. Bahkan semua temannya telah diwisuda, dia masih setia di kampung itu. Hingga semua temannya lulus dan menjadi pejabat, dia tetap memilih di kampung itu hingga 15 tahun lamanya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1594 seconds (0.1#10.140)