Idham Azis Pensiun 6 Bulan Lagi, Ini Kriteria Ideal Kapolri Mendatang

Selasa, 16 Juni 2020 - 18:42 WIB
loading...
Idham Azis Pensiun  6 Bulan Lagi, Ini Kriteria Ideal Kapolri Mendatang
Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri). Foto/dok Kompolnas
A A A
JAKARTA - Kapolri Jenderal Polisi Idham Azis akan pensiun sekitar enam bulan lagi. Kini, pertanyaan publik adalah siapa sosok yang layak menduduki kursi Kapolri mendatang.

Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens mengatakan, perlu ada kepemimpinan yang kuat, nasionalis, dan demokratis di lingkungan penegak hukum, terutama Kapolri.

Menurut Boni Hargen, sejak 2016, menjelang Pilkada DKI Jakarta 2017, sejarah bangsa Indonesia menyaksikan gejolak sosial dan gejolak politik terjadi di ruang publik secara bersamaan.
"Gangguan keamanan entah terkait toleransi di tengah masyarakat, ancaman terorisme, ataupun gejolak politik elektoral benar-benar menguji kesabaran dan kekuatan institusi keamanan kita," ujar Boni Hargen, Selasa (16/6/2020).

Dalam praktik demokrasi yang belum begitu stabil seperti ini, kata Boni, negara harus kuat. Kuat tidak dalam pengertian otoriter. Tetapi kuat dalam pengertian tegas dalam menegakkan aturan hukum dan tahu dengan bijak kapan harus memakai kekuatan koersif dalam merespons ancaman, tantangan, gangguan, dan hambatan yang muncul dalam lingkungan strategis berbangsa dan bernegara.

Karena itu, Boni Hargen memiliki sejumlah kriteria bagi Kapolri baru pengganti Idham Azis. Pertama, sosok nasionalis yang tegas, berani, dan paham prinsip-prinsip demokrasi sipil.
"Menghadapi gejolak sosial dan politik yang terus berlangsung entah di level daerah ataupun nasional memang memerlukan figur yang kuat dalam prinsip, tegas dalam bertindak, dan tulus mengadi pada bangsa dan negara," katanya.

Kedua, Polri membutuhkan pimpinan baru yang dapat memperkuat kerja sama lintas sektoral, koordinasi antaragensi dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI), termasuk dengan Badan Intelijen Negara (BIN) supaya ada sinergi dalam merespons ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang muncul.

"Seperti dalam isu rasisme Papua yang bergejolak saat ini, polisi tidak bisa bekerja sendirian. Perlu ada koordinasi yang kuat dan efektif dengan BIN untuk pengumpulan dan analisis informasi, dan dengan institusi TNI apabila diperlukan," tuturnya.

Ketiga, Kapolri yang baru mesti sosok yang sejalan dengan visi dan misi penegakan hukum pemerintahan Presiden Jokowi.

Dari awal pemerintahan Presiden Jokowi tahun 2014, kata dia, TNI dan Polri selalu menjadi kekuatan utama yang menopang keamanan dalam berbagai gejolak yang terjadi di tengah masyarakat. "Hal itu harus dipertahankan. Apalagi 2024 akan menjadi titik balik yang cukup menegangkan bagi hidup berdemokrasi kita sebagai bangsa," paparnya. (Baca Juga: Kesederhanaan dan Ketegasan Jenderal Idham Azis Patut Diteladani Jajaran Polri)

Pertarungan antara kaum nasionalis dan kelompok radikal, kata Boni, benar-benar akan mewarnai kompetisi Pemilu 2024 maka kepolisian haruslah menjadi garda terdepan dalam menegakkan hukum, menindak setiap bentuk pelanggaran hukum oleh oknum-oknum yang mengatasnamakan agama untuk merusak toleransi, kebebasan sipil, dan integrasi sosial di tengah masyarakat Indonesia yang beragam.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1689 seconds (0.1#10.140)