Kenali Penceramah Moderat agar Tidak Disusupi Ideologi Radikal
loading...
A
A
A
Gus Najih juga mengatakan, ada banyak faktor yang membuat instansi negara kerap 'kecolongan' yang telah menjadikan oknum penceramah dengan visi menyebarkan paham radikal sebagai narasumber dalam majelis. "Salah satunya adalah faktor ketidaktahuan. Mungkin hanya berdasarkan bahwa si penceramah itu populer atau mudah diundang. Kedua, bisa jadi karena memang sudah terpapar," kata pria yang juga praktisi Pesantren ini.
Menurut alumnus Universitas Ahmad Kuftaro Damaskus Suriah ini, perlu ditanamkan kesadaran dan pengetahuan kepada khususnya anggota serta keluarga ASN, TNI, dan Polri untuk dapat mengenali para pemuka agama moderat yang membawa kepada konsep agama sebagai rahmat.
"Sebetulnya tidak sulit, bisa saja dengan mendengarkan atau melihat rekaman ceramahnya di YouTube atau media sosial di internet. Parameternya Islam yang rahmatan lil alamin. Kita punya modal besar, ulama dari ormas moderat yang diundang dan insyaAllah membawa kebaikan," ujarnya.
Terlebih, manusia dibekali dengan intuisi dan hati nurani untuk mengenali kebaikan dan penyimpangan. Jika ajaran agama tidak membawa rahmat dan kebaikan, maka bisa jadi hal tersebut sekedar nafsu dan kepentingan politik semata. Karena itu, sudah selayaknya para pemuka agama kembali mencontoh metode dakwah yang dilakukan oleh Wali Songo dan para ulama Nusantara pendahulu dalam rangka menyebarkan agama di tengah kondisi keragaman bangsa.
"Islam itu masuk ke Indonesia masuk melalui akulturasi budaya, tanpa ada kekerasan, pemaksaan, tanpa ada upaya menjatuhkan atau menghina. Prosesnya pun sangat soft sekali masuk melalui jalur kebudayaan, kekeluargaan dan sebagainya," katanya.
Proses dakwah seperti itu, dapat menjadikan agama Islam ini mudah diterima oleh masyarakat Indonesia dan menjadikan kondisi sosial masyarakat saat itu menjadi sangat baik. "Jadi sekali lagi bahwa dakwah proses ini sangat penting sekali diperhatikan, ke depannya bisa berbahaya kalau sampai para pemegang kepentingan ini terpapar dan terinfiltrasi," katanya.
Lihat Juga: Lakpesdam PBNU: Moderasi Beragama dan Cinta Tanah Air Kunci Hadapi Ideologi Transnasional
Menurut alumnus Universitas Ahmad Kuftaro Damaskus Suriah ini, perlu ditanamkan kesadaran dan pengetahuan kepada khususnya anggota serta keluarga ASN, TNI, dan Polri untuk dapat mengenali para pemuka agama moderat yang membawa kepada konsep agama sebagai rahmat.
"Sebetulnya tidak sulit, bisa saja dengan mendengarkan atau melihat rekaman ceramahnya di YouTube atau media sosial di internet. Parameternya Islam yang rahmatan lil alamin. Kita punya modal besar, ulama dari ormas moderat yang diundang dan insyaAllah membawa kebaikan," ujarnya.
Terlebih, manusia dibekali dengan intuisi dan hati nurani untuk mengenali kebaikan dan penyimpangan. Jika ajaran agama tidak membawa rahmat dan kebaikan, maka bisa jadi hal tersebut sekedar nafsu dan kepentingan politik semata. Karena itu, sudah selayaknya para pemuka agama kembali mencontoh metode dakwah yang dilakukan oleh Wali Songo dan para ulama Nusantara pendahulu dalam rangka menyebarkan agama di tengah kondisi keragaman bangsa.
"Islam itu masuk ke Indonesia masuk melalui akulturasi budaya, tanpa ada kekerasan, pemaksaan, tanpa ada upaya menjatuhkan atau menghina. Prosesnya pun sangat soft sekali masuk melalui jalur kebudayaan, kekeluargaan dan sebagainya," katanya.
Proses dakwah seperti itu, dapat menjadikan agama Islam ini mudah diterima oleh masyarakat Indonesia dan menjadikan kondisi sosial masyarakat saat itu menjadi sangat baik. "Jadi sekali lagi bahwa dakwah proses ini sangat penting sekali diperhatikan, ke depannya bisa berbahaya kalau sampai para pemegang kepentingan ini terpapar dan terinfiltrasi," katanya.
Lihat Juga: Lakpesdam PBNU: Moderasi Beragama dan Cinta Tanah Air Kunci Hadapi Ideologi Transnasional
(abd)