Konflik Rusia-Ukraina, Ini Ramalan Prabowo tentang Perang Generasi Keenam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketegangan geopolitik di Ukraina timur akhirnya pecah menjadi perang dahsyat. Rusia mengerahkan kekuatan militer penuh untuk memborbardir Ukraina. Serangan telah memasuki hari kelima dengan ratusan orang menjadi korban.
Perang fisik itu bukan satu-satunya terjadi di era modern. Paling mutakhir sebelum ini yaitu pertempuran di Afghanistan maupun Suriah. Pecahnya perang antara kelompok maupun negara pernah menjadi pandangan tersendiri oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Menurut Prabowo, seiring kecanggihan teknologi, dunia akan atau sedang menghadapi peperangan generasi keenam. Peperangan ini mensyaratkan penggunaan kemajuan teknologi, kecerdasan buatan (AI), satelit, dan robotik.
Kendati demikian, kehebatan teknologi itu tidak serta merta menghilangkan peperangan langsung secara fisik atau berhadap-hadapan. Dalam teori, pertempuran itu dikenal sebagai perang generasi pertama.
“Kita tidak bisa lagi sekadar membayangkan peperangan atau menghadapi musuh dengan bertemu secara langsung (face to face) di medan perang seperti pada zaman dahulu, meskipun hal tersebut saya yakini tetap kita hadapi dalam batas-batas tertentu,” ujar Prabowo dalam pengantar buku ‘Ekonomi Pertahanan: Menghadapi Perang Generasi Keenam’ karya Laksdya TNI (Purn) Agus Setiadji, dikutip Senin (28/2/2022).
Sebelumnya Prabowo mematahkan argumen seorang Jenderal TNI Angkatan Darat yang menyebut Indonesia tidak akan mengalami perang dalam kurun waktu dekat. Penegasan itu berkaca pada pengalamannya semasa menjadi Taruna Akademi Militer.
Mantan Danjen Kopassus tersebut menceritakan, sehari sebelum pelantikan lulus Taruna, seorang jenderal dari Jakarta datang ke Lembah Tidar, Magelang. Di hadapan para Taruna, sang jenderal memberikan ceramah kepada para calon perwira.
Intinya, jenderal tersebut meminta para Taruna rajin belajar. Tidak hanya ilmu militer tetapi juga sosial politik dan lainnya. Ini karena Indonesia, ucap jenderal tadi, tidak akan perang dalam kurun waktu 25 tahun ke depan. Baca juga: Diperintahkan Putin Siaga Tinggi, Ini Rincian Pasukan Nuklir Rusia
“Dia bilang para calon perwira sekalian dalam analisa kami Indonesia tidak akan perang dalam 25 tahun yang akan datang. Karena itulah para taruna sekarang lebih baik belajar. Belajar sospol, belajar ini dan itu. Bener enggak itu? Tentang dwifungsi, pokoknya enggak akan ada perang. Itu saya inget Desember tahun 1974,” tutur Prabowo di acara podcast Deddy Corbuzier, belum lama ini.
Tetapi ucapan jenderal tadi meleset. Pada Desember 1975 pecah perang di Timor-Timur (kini Timor Leste). Pada Maret 1976, Prabowo yang telah selesai pendidikan kecabangan dasar, Para Komando dan lainnya bahkan diterjunkan dalam operasi di wilayah tersebut.
“Bulan Maret saya tiba di Tim-tim. Belum satu tahun ramalan jenderal itu tidak benar,” ucap Prabowo.
Berkaca dari pengalaman itu, lulusan Akmil 1974 ini menegaskan Indonesia harus selalu dalam keadaan siap untuk menghadapi berbagai kemungkinan. Meskipun dalam kondisi damai, tidak berarti potensi terjadi perang sama sekali tidak ada.
Dalam buku Generasi Perang Keenam, Prabowo menegaskan semakin tinggi teknologi alutsista, jarak medan perang semakin jauh alias tidak perlu lagi bertemu secara fisik. Daya jelajah rudal, misalnya, bahkan bisa menembus antarbenua.
“Belum lagi semakin menguatnya perang siber, digital, artificial intelligence yang bergerak tanpa batas tapi memiliki dampak yang setara dengan senjata kinetik. Pendeknya, perang masa depan adalah perang berbasis kecanggihan teknologi (revolution in military affairs),” ucapnya.
Hal senada dilontarkan mantan KSAL Laksamana TNI (Purn) Marsetio. Lulusan terbaik AAL 1981 ini menuturkan sekarang ini sejatinya sedang berlangsung perang dunia tanpa banyak yang menyadarinya. Bentuk perang yaitu non-contact warfare alias perang non-kontak.
“Dalam sejarah peperangan umat manusia, penggunaan senjata biologi berupa kuman dan virus bukan lah sesuatu yang baru karena telah digunakan sejak perang generasi pertama, bahkan jauh sebeum generasi perang modern,” tutupnya.
Perang fisik itu bukan satu-satunya terjadi di era modern. Paling mutakhir sebelum ini yaitu pertempuran di Afghanistan maupun Suriah. Pecahnya perang antara kelompok maupun negara pernah menjadi pandangan tersendiri oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Menurut Prabowo, seiring kecanggihan teknologi, dunia akan atau sedang menghadapi peperangan generasi keenam. Peperangan ini mensyaratkan penggunaan kemajuan teknologi, kecerdasan buatan (AI), satelit, dan robotik.
Kendati demikian, kehebatan teknologi itu tidak serta merta menghilangkan peperangan langsung secara fisik atau berhadap-hadapan. Dalam teori, pertempuran itu dikenal sebagai perang generasi pertama.
“Kita tidak bisa lagi sekadar membayangkan peperangan atau menghadapi musuh dengan bertemu secara langsung (face to face) di medan perang seperti pada zaman dahulu, meskipun hal tersebut saya yakini tetap kita hadapi dalam batas-batas tertentu,” ujar Prabowo dalam pengantar buku ‘Ekonomi Pertahanan: Menghadapi Perang Generasi Keenam’ karya Laksdya TNI (Purn) Agus Setiadji, dikutip Senin (28/2/2022).
Sebelumnya Prabowo mematahkan argumen seorang Jenderal TNI Angkatan Darat yang menyebut Indonesia tidak akan mengalami perang dalam kurun waktu dekat. Penegasan itu berkaca pada pengalamannya semasa menjadi Taruna Akademi Militer.
Mantan Danjen Kopassus tersebut menceritakan, sehari sebelum pelantikan lulus Taruna, seorang jenderal dari Jakarta datang ke Lembah Tidar, Magelang. Di hadapan para Taruna, sang jenderal memberikan ceramah kepada para calon perwira.
Intinya, jenderal tersebut meminta para Taruna rajin belajar. Tidak hanya ilmu militer tetapi juga sosial politik dan lainnya. Ini karena Indonesia, ucap jenderal tadi, tidak akan perang dalam kurun waktu 25 tahun ke depan. Baca juga: Diperintahkan Putin Siaga Tinggi, Ini Rincian Pasukan Nuklir Rusia
“Dia bilang para calon perwira sekalian dalam analisa kami Indonesia tidak akan perang dalam 25 tahun yang akan datang. Karena itulah para taruna sekarang lebih baik belajar. Belajar sospol, belajar ini dan itu. Bener enggak itu? Tentang dwifungsi, pokoknya enggak akan ada perang. Itu saya inget Desember tahun 1974,” tutur Prabowo di acara podcast Deddy Corbuzier, belum lama ini.
Tetapi ucapan jenderal tadi meleset. Pada Desember 1975 pecah perang di Timor-Timur (kini Timor Leste). Pada Maret 1976, Prabowo yang telah selesai pendidikan kecabangan dasar, Para Komando dan lainnya bahkan diterjunkan dalam operasi di wilayah tersebut.
“Bulan Maret saya tiba di Tim-tim. Belum satu tahun ramalan jenderal itu tidak benar,” ucap Prabowo.
Berkaca dari pengalaman itu, lulusan Akmil 1974 ini menegaskan Indonesia harus selalu dalam keadaan siap untuk menghadapi berbagai kemungkinan. Meskipun dalam kondisi damai, tidak berarti potensi terjadi perang sama sekali tidak ada.
Dalam buku Generasi Perang Keenam, Prabowo menegaskan semakin tinggi teknologi alutsista, jarak medan perang semakin jauh alias tidak perlu lagi bertemu secara fisik. Daya jelajah rudal, misalnya, bahkan bisa menembus antarbenua.
“Belum lagi semakin menguatnya perang siber, digital, artificial intelligence yang bergerak tanpa batas tapi memiliki dampak yang setara dengan senjata kinetik. Pendeknya, perang masa depan adalah perang berbasis kecanggihan teknologi (revolution in military affairs),” ucapnya.
Hal senada dilontarkan mantan KSAL Laksamana TNI (Purn) Marsetio. Lulusan terbaik AAL 1981 ini menuturkan sekarang ini sejatinya sedang berlangsung perang dunia tanpa banyak yang menyadarinya. Bentuk perang yaitu non-contact warfare alias perang non-kontak.
“Dalam sejarah peperangan umat manusia, penggunaan senjata biologi berupa kuman dan virus bukan lah sesuatu yang baru karena telah digunakan sejak perang generasi pertama, bahkan jauh sebeum generasi perang modern,” tutupnya.
(kri)