Bisikan Prabowo ke Soeharto Buat Jenderal Kopassus Ini Terjungkal dari Istana
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pada masa Pemerintahan Orde Baru rivalitas antar jenderal atau elite TNI kerap terjadi. Entah sengaja dibiarkan atau tidak, rivalitas antar jenderal atau elite TNI di lingkaran Istana terlihat sangat terbuka.
Salah satunya adalah konflik yang terjadi antara dua putera terbaik Kopassus, yakni Letjen TNI Leonardus Benyamin Moerdani dan Prabowo Subianto. Benny Moerdani, sapaan akrabnya pernah marah besar terhadap bawahannya Prabowo. Bahkan, membuat Prabowo harus ditendang dari Kopassus.
Dikutip dalam "Ali Moertopo dan Intelijen Indonesia", konflik Benny Moerdani dan Prabowo berawal dari sentimen negatif pribadi Benny Moerdani terhadap Islam dan melebarkan kekuasaan. Lantas ia melakukan pembersihan pada perwira tinggi yang menaruh simpati terhadap Menhankam/Pangab M Jusuf dan kelompok Islam.
Kondisi semacam itu terungkap dari perjalanan karier Prabowo Subianto, yang mengalami kehidupan militer dekat dengan Benny Moerdani. Terutama dalam kurun 1982-1985, saat bertugas sebagai Staf Khusus Benny Moerdani.
Sebagai staf khusus yang dipercayai Benny Moerdani, Prabowo mendapat banyak informasi tentang pelbagai rencana menghancurkan gerakan Islam secara sistematis. Prabowo mendapatkan kepercayaan ini lantaran Benny melihat latar belakang ayahnya, Prof Soemitro Djojohadikusumo-seseorang sosialis, dan ibunya penganut Kristen dari Manado.
Tetapi atas rencana-rencana yang ia dengar dari atasannya tersebut tidak membuat Prabowo nyaman. Ia lantas justru melaporkannya kepada mertuanya, Presiden Soeharto, termasuk rencana Benny untuk menguasai Indonesia dan menjadi RI 1.
Pengaduan yang dilakukan Prabowo kepada Presiden Soeharto menjadi penyebab letupan awal konflik antara Benny Moerdani dan Prabowo Subianto. Meski mulanya Soeharto tidak memercayai berita tersebut, tapi berdasarkan informasi lanjutan yang ia dapatkan sendiri akhirnya percaya.
Kemarahan Jenderal Benny Moerdani tak terbendung, Prabowo lantas dikeluarkan dari korps baret merah Kopassus ke korps baret hijau Kostrad menjadi Kepala Staf KODIM (Kasdim), jabatan buangan anggota Kopassus. Sebelum dibuang, Prabowo menjabat Wakil Komandan Detasemen 81-pasukan elite Kopassus spesial antiteror yang dibentuk bersama Letkol Luhut Panjaitan. Atas apa yang Prabowo alami, ia dikabarkan menjadi sangat benci terhadap Benny Moerdani.
Jika Prabowo pernah tersingkir oleh Benny Moerdani, maka selanjutnya Prabowo menjadi semakin hati-hati dengan langkah yang ia ambil. Tercermin dalam pelbagai pertemuan di tahun 1985 misalnya, ketika itu Mayor Prabowo bertemu dengan koleganya sesama perwira menengah seperti Mayor Kivlan Zen, Mayor Ismed Yuzairi, Mayor Sjafrie Sjamsoeddin, dan Mayor Glen Kairupan di rumah Prabowo di Lembang Bandung. Dalam pertemuan itu, menurut Kivlan Zen, Prabowo kerap berkata bisik-bisik dan penuh kekhawatiran.
Karir Jenderal Benny Moerdani tidak saja digoyah oleh Prabowo, tapi beberapa statemen dan langkah yang ia ambil sendiri justru menjadi penentu nasibnya. Disebutkan, suatu kali ketika Pak Harto dan Benny sedang main biliar berdua, Benny mengatakan sesuatu yang membuat Pak Harto sangat tersinggung.
Salah satunya adalah konflik yang terjadi antara dua putera terbaik Kopassus, yakni Letjen TNI Leonardus Benyamin Moerdani dan Prabowo Subianto. Benny Moerdani, sapaan akrabnya pernah marah besar terhadap bawahannya Prabowo. Bahkan, membuat Prabowo harus ditendang dari Kopassus.
Dikutip dalam "Ali Moertopo dan Intelijen Indonesia", konflik Benny Moerdani dan Prabowo berawal dari sentimen negatif pribadi Benny Moerdani terhadap Islam dan melebarkan kekuasaan. Lantas ia melakukan pembersihan pada perwira tinggi yang menaruh simpati terhadap Menhankam/Pangab M Jusuf dan kelompok Islam.
Kondisi semacam itu terungkap dari perjalanan karier Prabowo Subianto, yang mengalami kehidupan militer dekat dengan Benny Moerdani. Terutama dalam kurun 1982-1985, saat bertugas sebagai Staf Khusus Benny Moerdani.
Sebagai staf khusus yang dipercayai Benny Moerdani, Prabowo mendapat banyak informasi tentang pelbagai rencana menghancurkan gerakan Islam secara sistematis. Prabowo mendapatkan kepercayaan ini lantaran Benny melihat latar belakang ayahnya, Prof Soemitro Djojohadikusumo-seseorang sosialis, dan ibunya penganut Kristen dari Manado.
Tetapi atas rencana-rencana yang ia dengar dari atasannya tersebut tidak membuat Prabowo nyaman. Ia lantas justru melaporkannya kepada mertuanya, Presiden Soeharto, termasuk rencana Benny untuk menguasai Indonesia dan menjadi RI 1.
Pengaduan yang dilakukan Prabowo kepada Presiden Soeharto menjadi penyebab letupan awal konflik antara Benny Moerdani dan Prabowo Subianto. Meski mulanya Soeharto tidak memercayai berita tersebut, tapi berdasarkan informasi lanjutan yang ia dapatkan sendiri akhirnya percaya.
Kemarahan Jenderal Benny Moerdani tak terbendung, Prabowo lantas dikeluarkan dari korps baret merah Kopassus ke korps baret hijau Kostrad menjadi Kepala Staf KODIM (Kasdim), jabatan buangan anggota Kopassus. Sebelum dibuang, Prabowo menjabat Wakil Komandan Detasemen 81-pasukan elite Kopassus spesial antiteror yang dibentuk bersama Letkol Luhut Panjaitan. Atas apa yang Prabowo alami, ia dikabarkan menjadi sangat benci terhadap Benny Moerdani.
Jika Prabowo pernah tersingkir oleh Benny Moerdani, maka selanjutnya Prabowo menjadi semakin hati-hati dengan langkah yang ia ambil. Tercermin dalam pelbagai pertemuan di tahun 1985 misalnya, ketika itu Mayor Prabowo bertemu dengan koleganya sesama perwira menengah seperti Mayor Kivlan Zen, Mayor Ismed Yuzairi, Mayor Sjafrie Sjamsoeddin, dan Mayor Glen Kairupan di rumah Prabowo di Lembang Bandung. Dalam pertemuan itu, menurut Kivlan Zen, Prabowo kerap berkata bisik-bisik dan penuh kekhawatiran.
Karir Jenderal Benny Moerdani tidak saja digoyah oleh Prabowo, tapi beberapa statemen dan langkah yang ia ambil sendiri justru menjadi penentu nasibnya. Disebutkan, suatu kali ketika Pak Harto dan Benny sedang main biliar berdua, Benny mengatakan sesuatu yang membuat Pak Harto sangat tersinggung.