Bahasa Bertakdir Sejarah

Senin, 21 Februari 2022 - 13:53 WIB
loading...
A A A
Bahasa itu beruntung. Bahasa terpilih ketimbang bahasa Jawa saat tanah jajahan bergerak dan membenarkan modernitas. Keberuntungan memang tampak saat kebijakan untuk (pengajaran) bahasa Belanda sering ragu dan salah. “Bangkrutnya VOC pada akhir abad XVIII bersamaan jatuhnya dengan gagalnya politik bahasa yang bertalian dengan bahasa Belanda,” penjelasan Kees Groeneboer. Bangkrut dan “salah” dalam politik bahasa itu berlanjut pada abad XIX dan XX. Pemerintah kolonial Belanda susah memamerkan kepongahan politik dalam “menjamin” bahasa Belanda sebagai bahasa “terpenting” dibandingkan bahasa Melayu atau Jawa.

Sejak awal abad XX, bahasa Melayu seperti bahasa “resmi” untuk peristiwa-peristiwa penting di Hindia Belanda. Kita memiliki ingatan-ingatan sejarah saat bahasa itu “bersaing” dengan bahasa Belanda dan Jawa dalam pemenuhan ide-imajinasi Indonesia. Bahasa kadang tersingkir atau terpenting di babak-babak sejarah pembentukan Boedi Oetomo (1908) sampai Kongres Pemuda II (1928). Bahasa itu telah menempuhi jalan (sejarah) panjang. Pada suatu masa, debat-debat besar tak lagi selalu dari kalangan pejabat kolonial atau sarjana Eropa. Elite terpelajar, jurnalis, dan pengarang-pengarang bumiputra perlahan turut dalam membesarkan bahasa Melayu. Mereka sadar bahasa digunakan untuk “membentuk” sejarah. Begitu.

Judul : Bahasa Melayu Indis

Penulis : John Hoffman

Penerjemah : Fatih Abdulbari

Penerbit : Diomedia

Cetak : 2022

Tebal : 132 halaman

ISBN : 978 623 5518 35 0
(hdr)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1121 seconds (0.1#10.140)