Omicron Makin Mengkhawatirkan

Jum'at, 28 Januari 2022 - 15:20 WIB
loading...
Omicron Makin Mengkhawatirkan
Meskipun gejala yang ditimbulkan Omicron ringan tapi varian ini sangat infeksius sehingga berpotensi menimbulkan ledakan penderita yang butuh perawatan medis. (KORAN SINDO/Wawan Bastian)
A A A
PANDEMI Covid-19 tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda bakal berakhir dalam waktu dekat. Bahkan, tren yang terjadi penyebaran virus korona yang kini didominasi varian Omicron makin mengkhawatirkan. Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan harus segera mengambil sikap tegas untuk melindungi masyarakat dari serangan virus ini.

Kita tidak bisa main-main lagi dengan virus Covid-19. Banyak penelitian yang membuktikan varian Omicron jauh lebih menular dibanding pendahulunya, varian Delta. Meskipun dampak yang ditimbulkan orang yang terinfeksi Omicron tidak separah Delta, tetap saja Omicron sangat membahayakan dan mengancam kehidupan masyarakat karena penyebarannya yang sangat cepat.

Menurut data Covid19.go.id, virus korona telah menyebar ke 227 negara. Secara global, 356.955.803 orang telah terkonfirmasi positif dan 5.610.291 orang di antaranya dinyatakan meninggal dunia. Untuk Indonesia, hingga 27 Januari 2022 4.309.270 orang yang positif terkena Covid-19. Dari jumlah itu, 4.129.305 orang telah sembuh dan 144.261 orang tidak tertolong atau meninggal. Varian Delta banyak merenggut korban jiwa yang terjadi pada pertengahan 2021.

Saat ini pergerakan penyebaran Omicron semakin masif dari hari ke hari. Kalau kita berbicara di level global, negara-negara di Benua Amerika dan Eropa mengalami lonjakan kasus Covid-19 yang benar-benar menggila. Amerika Serikat, misalnya, kasus positifnya pernah menyentuh angka 1 juta dalam sehari. Prancis pernah menembus angka 200.000 dalam sehari, Inggris juga pernah mencapai 100.000 dalam sehari. Begitu juga dengan India yang sampai menyentuh angka 179.000 orang terinfeksi Omicron dalam sehari. Masih banyak negara lain yang angka penderita Covid-19-nya terus mengalami kenaikan.

Bagaimana dengan Indonesia? Dalam sebulan terakhir data mencatat angka positif Covid-19 terus merangsek naik. Meski angkanya masih rendah, tren yang terjadi semakin mengkhawatirkan. Sebagai gambaran, jumlah pasien rawat inap di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran Jakarta terus naik. Pada 27 Januari pukul 08.00 WIB pasien Covid-19 di sana bertambah 172 orang menjadi 3.436 pasien. Kabar terbaru dari Kementerian Sosial RI di Salemba Raya Jakarta, sebanyak 60 orang pegawainya dinyatakan positif Covid-19.

Hal yang mengkhawatirkan lagi adalah merebaknya Covid-19 di lingkungan sekolah. Seperti kita ketahui, sudah banyak sekolah yang menggelar pertemuan tatap muka (PTM) baik di Jakarta maupun di daerah-daerah. Di DKI Jakarta, misalnya, dari 90 sekolah yang ditutup, 68 sekolah di antaranya sudah melakukan PTM. Adapun 22 sekolah masih belum menggelar sekolah offline. Begitu pula di daerah hampir semua sekolah menggelar PTM. Mereka melakukan kebijakan buka tutup tergantung ada tidaknya kasus Covid-19.

Melihat perkembangan terakhir, sudah seyogianya pemerintah meninjau ulang kebijakannya terkait izin menggelar PTM di sekolah. Dengan data-data yang ada, terlihat sudah banyak sekolah yang siswanya terinfeksi Covid-19. Untuk menghindari korban yang lebih banyak, pemerintah sebaiknya menutup kembali izin PTM. Selain itu, berbagai kebijakan lain yang harus dikaji ulang, misalnya pembatasan yang ketat bagi warga asing yang masuk ke Indonesia. Begitu juga perjalanan luar negeri bagi WNI sebaiknya dibatasi untuk sementara waktu sampai kondisi berangsur normal. Karena data mencatat mayoritas para penderita Covid-19 banyak yang berasal dari perjalanan luar negeri.

Kita wajib mengapresiasi upaya pemerintah untuk terus menggenjot vaksinasi bagi masyarakat. Bahkan, saat ini pemerintah juga terus mendorong vaksin ketiga (booster) Covid-19 dalam upaya untuk mencegah penyebaran virus yang lebih parah. Namun, pemberian vaksin saja tidak cukup tanpa kebijakan tegas lain yang menyertainya. Imbauan bagi masyarakat untuk tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan (prokes) memang sangat perlu. Namun, tidak cukup dengan imbauan. Diperlukan kebijakan yang tegas agar masyarakat bisa menaati prokes. Kalau boleh jujur, saat ini disiplin masyarakat sudah sangat menurun. Mungkin di mal-mal besar orang patuh memakai masker. Namun, di semua pasar tradisional hampir tak ada lagi kebijakan prokes yang ditaati.

Karena itu, sudah saatnya pemerintah mengingatkan kembali pentingnya prokes dengan kebijakan tegas yang konsisten di seluruh lapisan masyarakat tanpa kecuali. Skenario terburuk harus disiapkan termasuk infrastruktur rumah sakit. Jangan sampai tragedi varian Delta tahun lalu yang banyak menelan korban terulang kembali.
(bmm)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1599 seconds (0.1#10.140)