Kawal Era Transformasi, Anak Muda Diajak Bangun Gerakan Bersama
loading...
A
A
A
SURABAYA - Dimas Oky Nugroho, Ketua Perkumpulan Kader Bangsa mengajak seluruh anak mud a Indonesia yang merupakan kekuatan demografi terbesar untuk membangun gerakan bersama mengawal zaman transformasi sosial ekonomi yang saat ini tengah berlangsung.
Sejumlah isu besar era transformasi ini adalah tantangan sosial ekonomi, ancaman ketimpangan, lapangan pekerjaan, digitalisasi, lemahnya SDM, dan penguatan partisipasi warga serta kohesi sosial. Untuk itu, Dimas mengajak anak-anak muda melek politik guna mengawal kepentingan anak-anak muda dan kebijakan publik yang suportif.
"Anak-anak muda tidak boleh alergi dan salah fokus terhadap politik. Politik jangan dijadikan upaya sekadar mencari kekuasaan atau kesempatan. Namun merupakan upaya menjaga kemaslahatan bersama, nilai-nilai keteladanan dan melayani kepentingan umum. Karena itu pendidikan kebangsaan dan demokrasi menjadi kritikal di eral milenial ini, agar anak muda paham hak dan kewajibannya secara berkarakter, bukan model buzzer," ujar Dimas dalam Diskusi Kolaborasi Positif bersama sejumlah pimpinan komunitas anak muda Kota Surabaya dalam rilisnya, Selasa (18/1/2022).
Mantan Stafsus Kantor Kepresidenan ini mengajak anak-anak muda untuk aktif terlibat dan kritis terhadap momen dan kebijakan yang terkait kepentingan anak muda dan kepentingan publik secara keseluruhan. Bisa melalui ruang-ruang politik formal maupun media sosial yang sehari-hari kita gunakan.
"Kepentingan anak muda bukan hanya soal kesempatan kerja semata tapi juga menyangkut penguatan kapasitas, integritas, dan kepemimpinan. Ekosistem kebangsaan, dinamika sosial politik dan regenerasi yang kondusif serta produktif. Demokrasi menjadi penting bagi anak muda agar kesempatan untuk berkembang dapat terbuka dan dinikmati secara merata seluruh anak bangsa, bukan hanya kelompok elite tertentu".
Dimas menyatakan saat ini khususnya pada era new economy dan pasca pandemi merupakan eranya kolaborasi, saling berbagi dan keutamaan budi pekerti. Kolaborasi yang bermanfaat luas antara pelaku ekonomi kreatif, pemerintah, dengan pelaku bisnis, dan semua elemen masyarakat menjadi tren yang meluas demi menghadapi ancaman kesenjangan sosial.
"Dari old economy menuju new economy, ini harus ditangkap oleh anak-anak muda dengan berkolaborasi untuk kesejahteraan bersama. Nah di sini pentingnya kita membangun sebuah gerakan bersama yang multiplatform, sosial ekonomi, budaya sekaligus sosial politik yang khas anak muda," kata Dimas.
Di Surabaya, Dimas berdialog dengan sejumlah pimpinan anak muda yang berasal dari Surabaya, Sidoarjo, Gresik dan Pasuruan dengan berbagai latar belakang, pengusaha muda, akademisi, aktivis, influenser, pelaku industri kreatif, komunitas film, sampai organisasi mahasiswa.
Dari diskusi ini, Dimas menangkap banyak keresahan dari anak muda. Di antaranya tentang aktualisasi diri, sampai pada jaminan hidup di masa mendatang.
Dimas berkesimpulan bahwa tantangan mendatang harus disambut dengan semangat kolaborasi. Bergerak bersama tidak hanya meraup keuntungan pribadi semata, namun juga memberikan manfaat dan nilai tambah kepada lingkungan sekitar.
"Sosiopreneurship istilahnya, kita ingin melahirkan calon-calon pemimpin bangsa yang berkapasitas dan berintegritas serta memiliki kepedulian dan keberanian untuk menjadi pemimpin yang baik dan bermanfaat bagi komunitas maupun bagi warga secara luas," pungkas doktor alumnus Universitas New South Wales Australia ini.
Melalui Perkumpulan Kader Bangsa dan Kolaborasi Positif, Dimas secara konsisten bertemu dan berdialog dengan anak-anak muda di berbagai daerah di Indonesia. Ia juga menggagas sekolah kepemimpinan dan kebangsaan anak muda, serta program pertukaran dan dialog pemimpin muda Indonesia dengan sejumlah pemimpin muda negara sahabat.
Sejumlah isu besar era transformasi ini adalah tantangan sosial ekonomi, ancaman ketimpangan, lapangan pekerjaan, digitalisasi, lemahnya SDM, dan penguatan partisipasi warga serta kohesi sosial. Untuk itu, Dimas mengajak anak-anak muda melek politik guna mengawal kepentingan anak-anak muda dan kebijakan publik yang suportif.
"Anak-anak muda tidak boleh alergi dan salah fokus terhadap politik. Politik jangan dijadikan upaya sekadar mencari kekuasaan atau kesempatan. Namun merupakan upaya menjaga kemaslahatan bersama, nilai-nilai keteladanan dan melayani kepentingan umum. Karena itu pendidikan kebangsaan dan demokrasi menjadi kritikal di eral milenial ini, agar anak muda paham hak dan kewajibannya secara berkarakter, bukan model buzzer," ujar Dimas dalam Diskusi Kolaborasi Positif bersama sejumlah pimpinan komunitas anak muda Kota Surabaya dalam rilisnya, Selasa (18/1/2022).
Mantan Stafsus Kantor Kepresidenan ini mengajak anak-anak muda untuk aktif terlibat dan kritis terhadap momen dan kebijakan yang terkait kepentingan anak muda dan kepentingan publik secara keseluruhan. Bisa melalui ruang-ruang politik formal maupun media sosial yang sehari-hari kita gunakan.
"Kepentingan anak muda bukan hanya soal kesempatan kerja semata tapi juga menyangkut penguatan kapasitas, integritas, dan kepemimpinan. Ekosistem kebangsaan, dinamika sosial politik dan regenerasi yang kondusif serta produktif. Demokrasi menjadi penting bagi anak muda agar kesempatan untuk berkembang dapat terbuka dan dinikmati secara merata seluruh anak bangsa, bukan hanya kelompok elite tertentu".
Dimas menyatakan saat ini khususnya pada era new economy dan pasca pandemi merupakan eranya kolaborasi, saling berbagi dan keutamaan budi pekerti. Kolaborasi yang bermanfaat luas antara pelaku ekonomi kreatif, pemerintah, dengan pelaku bisnis, dan semua elemen masyarakat menjadi tren yang meluas demi menghadapi ancaman kesenjangan sosial.
"Dari old economy menuju new economy, ini harus ditangkap oleh anak-anak muda dengan berkolaborasi untuk kesejahteraan bersama. Nah di sini pentingnya kita membangun sebuah gerakan bersama yang multiplatform, sosial ekonomi, budaya sekaligus sosial politik yang khas anak muda," kata Dimas.
Di Surabaya, Dimas berdialog dengan sejumlah pimpinan anak muda yang berasal dari Surabaya, Sidoarjo, Gresik dan Pasuruan dengan berbagai latar belakang, pengusaha muda, akademisi, aktivis, influenser, pelaku industri kreatif, komunitas film, sampai organisasi mahasiswa.
Dari diskusi ini, Dimas menangkap banyak keresahan dari anak muda. Di antaranya tentang aktualisasi diri, sampai pada jaminan hidup di masa mendatang.
Dimas berkesimpulan bahwa tantangan mendatang harus disambut dengan semangat kolaborasi. Bergerak bersama tidak hanya meraup keuntungan pribadi semata, namun juga memberikan manfaat dan nilai tambah kepada lingkungan sekitar.
"Sosiopreneurship istilahnya, kita ingin melahirkan calon-calon pemimpin bangsa yang berkapasitas dan berintegritas serta memiliki kepedulian dan keberanian untuk menjadi pemimpin yang baik dan bermanfaat bagi komunitas maupun bagi warga secara luas," pungkas doktor alumnus Universitas New South Wales Australia ini.
Melalui Perkumpulan Kader Bangsa dan Kolaborasi Positif, Dimas secara konsisten bertemu dan berdialog dengan anak-anak muda di berbagai daerah di Indonesia. Ia juga menggagas sekolah kepemimpinan dan kebangsaan anak muda, serta program pertukaran dan dialog pemimpin muda Indonesia dengan sejumlah pemimpin muda negara sahabat.
(kri)